Selasa, 24 November 2009

Perempuan-perempuan dibalik Cicak VS Buaya

Perkembangan perseteruan antara Cicak dan Buaya semakin lama
semakin ruwet, beberapa orang malah mengatakan kisah ini sudah sekelas
kisah misterinya Agatha Christie. Di akhir pekan ini saya ingin
mengarahkan spotlight pada kesetiaan dan dukungan yang luar biasa yang
ditunjukkan oleh para perempuan, persisnya para istri dari para tokoh
di perseteruan antara Cicak dan Buaya ini. Juga pada dua perempuan
kontroversial yang tampil di pangung permainan kelas tinggi ini.


Perempuan pertama yang menarik perhatian saya adalah Ida Laksmiwati,
istri Mantan Ketua KPK, Antasari Ashar. Ida Laksmiwati tampak begitu
tegar ketika mendampingi suaminya di acara temu wartawan pertama sejak
Antasari dituduh melakukan perselingkuhan dan pembunuhan, pada tanggal
3 Mei 2009. Dia begitu tegar, tersenyum dan melambaikan tangan, seakan
ia ingin mengatakan :"Saya sudah mengenal betul dan telah mendampingi
suami saya puluhan tahun. Tidak mungkin suami saya melakukan apa yang
dituduhkan kepadanya" . Walau suaminya dituduh melakukan perselingkuhan
dan pembunuhan, Ida begitu tekun mengunjungi suaminya di tahanan,
mengantarkan semua keperluan sehari-hari Antasari. Ia juga hadir di
persidangan dengan sabar dan tegar. Di setiap wawancara media, baik
televisi maupun cetak, dia tampak konsisten menyampaikan pesan, tidak
mungkin suaminya melakukan apa yang dituduhkan kepadanya. Luar biasa
ibu Ida ini.

Perempuan kedua yang menarik perhatian saya adalah Isma Mustika, istri
Chandra M Hamzah. Perempuan cantik ini tampak cerah ketika di interviu
oleh Metro TV di rumahnya bersama anak nya Zihan dan suaminya, tidak
lama setelah Chandra M Hamsah diberikan penangguhan penahanan. Ia
menceritakan pertemuan pertamanya dengan Chandra, kesibukan suaminya di
KPK yang ternyata jauh lebih sibuk dibandingkan dengan ketika masih
jadi pengacara, juga keyakinannya bahwa suaminya tidak bersalah. Isma
bahkan sambil berseloroh menanyakan mana uang suap 1 milyar yang
ditudingkan diterima Chandra. Jelas terpacar secara natural dari bahasa
tubuhnya, bahwa iya yakin suaminya tidak bersalah dan suaminya tidak
akan ditahan. Sepanjang interviu itu, Chandra memandangi istri dan
anaknya dengan bangga.

Perempuan ketiga yang juga fenomenal adalah Novarina, istri tersangka
kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen, Kombes Wiliardi Wizard. Begitu
suaminya keluar dari ruang sidang, sesusai memberikan kesaksian dalam
persidangan bahwa dia dipaksa pimpinan Polri untuk menjerat mantan
Ketua KPK Antasari Azhar, Novarina langsung memburu suaminya untuk
memberikan dukungan. Dan ketika di wawancarai para wartawan, dengan
penuh semangat Novarina menyampaikan bahwa dia sangat lega suaminya
akhirnya menyampaikan fakta yang sebenarnya dan bahwa selama ini suami
begitu tertekan, dan bahwa Novarina terus menerus meyakinkan suaminya
untuk menyampaikan hal yang sebenarnya. Novarina pun pasang badan dan
menyampaikan bahwa dia mendengar sendiri ketika penyidik meminta
suaminya menandatangani BAP yang telah disamakan dengan BAP Sigid Haryo
Wibisono. Kontan, keesokan harinya Rabu 11November sore ia pun diminta
menjalani pemeriksaan oleh tim penyidik dari Bareskrim Polri , dengan
materi pertanyaan terkait pengakuan suaminya tentang pengkondisian
pembuatan BAPnya. Sepanjang berbagai interview di Metro TV, perempuan
ini tampak tegar memperjuangkan keadilan bagi suaminya.

Ida Laksmiwati, Isma Mustika dan Novarina mengingatkan saya pada
pepatah "Behind every successful man there is a wise woman"

Di sisi yang lain kita melihat dua perempuan kontroversial, Rani
Juliani dan Ong Yuliana Gunawan. Rani Juliani, mantan caddy golf, istri
ketiga korban pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen, yang pada hari Kamis 12
November memberikan wawancara ekslusif di Metro TV, juga merupakan
sosok yang unik. Perempuan belia ini tampil tenang dan percaya diri
dalam wawancara dan konperensi pers yang disiarkan langsung. Dia, yang
kelihatannya di umpankan oleh suaminya pada Antasari untuk mempercepat
turunnya SK pengangkatan direksi RNI, dengan penuh percaya diri
menyatakan keyakinannya bahwa Antasari lah dalang pembunuhan suaminya.
Kesimpulan itu di ambilnya dari sms-sms teror yang dikirim kepadanya
dan kepada suaminya. Juga pesan yang disampaikan oleh suaminya ketika
masih hidup, bahwa bila dia terbunuh, maka Antasari lah pelakunya.
Penampilannya yang jauh dari kesan seorang perempuan nakal memang
membuat kesaksiannya patut diperhitungkan.

Ong Yuliana Gunawan, perempuan rupawan yang sudah tiga kali terjerat
kasus narkoba ini terekam pembicaraan teleponnya dengan Anggodo. Kesan
yang timbul dari pembicaraan itu, pemijat saraf ini rupanya mempunyai
akses ke banyak petinggi negara, terutama petinggi penegak hukum.
Dengan yakinnya di menyebutkan bahwa KPK akan ditutup dan SBY sudah
mendukung. Nama-nama petinggi negara seperti Ritonga dan Susno
disebutkan seakan-akan mereka adalah kawan baiknya.

Membaca cerita Rani Juliani dan Ong Yuliana Gunawan, saya jadi teringat
sebuah lagu berjudul Sabda Alam karya Ismail Marzuki yang liriknya sbb :

diciptakan alam pria dan wanita
dua makhluk dalam asuhan dewata
ditakdirkan bahwa pria berkuasa
adapun wanita lemah lembut manja

wanita dijajah pria sejak dulu
dijadikan perhiasan sangkar madu
namun ada kala pria tak berdaya
tekuk lutut di kerling wanita

Entah bagaimana akhir dari cerita perseteruan antara cicak dan buaya
ini. Yang jelas, banyak korban sudah berjatuhan, termasuk persepsi
negatif terhadap SBY yang minggu lalu hanya mencapai 53.85%, kini
meningkat mencapai 64%, sementara persepsi negatif terhadap DPR
mencapai angka 58%. Penyebab utamanya adalah masih berlarutnya isu
KPK-Polri-Century.


Posted by:
Sat Nov 21, 2009 11:03 pm (PST)
Perempuan, Cicak dan Buaya
Oleh: Betti Alisjahbana

Tidak ada komentar: