Minggu, 29 Maret 2009

" Command Prompt "

Ada Tugas dari pak Tomi, sewaktu mau ujian Mid Semester kemarin pak tomi memberikan tugas untuk anak- anak kelas malem untuk membuat tugas tentang Command Prompt NIh di bawah ini gue langsungkan aja di download ya.

Bilamana kamu ingin langsung mendownload, download aja langsung di bawah ini. Silahkan.


Download disini !!!!!

" Virus Konficker "

Tugas dari pak Tomi, mencari apa itu virus konficker and bagaimana cara menghilangkan nya, so sekarang nih gue kasih untuk temen-temen STMIK tugas dari pak tomi

Nih bila langsung download disini aja !!

Temen-temen gue di STMIK Duta Bangsa Nih cuman buat referensi aja ya, Gunakan lah dengan sebaik-baik nya !!!! THANK

Sabtu, 28 Maret 2009

" Soal Mid Semester "

Hai bro Gue dari kelas malem nih, oh ya ujian dari STMIK DUTA BANGSA untuk D3 TKJ bisa di ambil disini, tapi inget nih buat referensi and latihan aja loe.


Sistem Operasi I

Sistem Operasi II

PTK

Matematika

Jarkom

Fisika Dasar


Electronika Dasar

Bahasa Inggris III

Bahasa Inggris II

BahasaInggris I

Algoritma dan Pemograman


Senin, 23 Maret 2009

" Pelajaran Semester Satu "

Tuk temen-temen ku STMIK Duta Bangsa nih gue ada artikel tentang Pengantar teknologi Informasi . Silahkan bisa Download ada dibawah ini.

1. Pengantar Teknologi Informasi.


Pengantar Teknologi Informasi
Perbedaan NTFS, FAT32, EXT
Wireles, IPv6, Mobile, IP grid komputing

2. Pengantar Telecomunikasi

Telekomunikasi

3. Sistem Operasi I

BobolPasswordWindowsDenganEmergencyBootCD

TUGASKELOMPOKprosesdansinkronisasi

TugasShutdownRestart

SistemOperasi-4.0-Indonesia

UNDERSTANDINGCOMPUTERNETWORK


KonsepJaringanKomputer


5.KKPI

UAS_KKPI
TUGASkkpiexceluntuksmtrI

6. PPKN

PANCASILASEBAGAIETIKAPOLITIK
BABI.KontribusisiswaterhadapprestasiPKN-sejarah
SejarahIndonediaBAbII

7. Dasar Sistem Komputer

Artikel akhir

maaf bilamana kurang lenkap dan saya minta maaf atas kesalahan saya.


Oh ya sekalian mau kasih tahu, kalau mau bukak file nya download dulu winrar.

Nih dapat di download disini

Winrar


Kamis, 19 Maret 2009

" Dari Hutan, Anak Rimba Membuat Buku Dongeng "

Sabtu, 14 Maret 2009 | 03:06 WIB

Yurnaldi

Di tengah hutan lebat di Taman Nasional Bukit Duabelas di Makekal, wilayah Kabupaten Tebo, Jambi, sekelompok anak-anak tengah memegang buku dan pensil. Mereka siap sakola, belajar baca-tulis-hitung. Tidak ada yang memakai seragam, yang ada cuma anak-anak yang memakai celana pendek.

Bahkan, ada anak yang tidak berpakaian sama sekali. Tradisi keseharian mereka di hutan hanya pakai kain penutup kemaluan (cawot).

Tak jauh dari mereka berkumpul terdapat gubuk tempat belajar, genah pelajoron (rumah sekolah). Akan tetapi, siang itu mereka ingin belajar di alam terbuka, di bawah pohon. Inilah uniknya, sang guru/fasilitator mencari murid dan memberikan pelajaran baca-tulis-hitung (BTH) di mana murid suka.
Kelompok-kelompok orang rimba ini hidup tersebar di TNBD seluas sekitar 60.500 hektar.

Memberikan pendidikan alternatif kepada orang rimba, atau sering juga disebut Suku Anak Dalam atau orang Kubu, butuh perjuangan keras. Untuk mencapai lokasi dari Tebo, perlu waktu tiga jam perjalanan dengan kendaraan gardan ganda. Atau enam jam dari Kota Jambi. Setelah itu berjalan kaki 1-2 jam masuk hutan, kadang baru ditemui anak-anak rimba tersebut. Di mana bertemu dengan mereka, di situ belajar.

Terampil mendongeng

Sejak 10 tahun terakhir terlihat kemajuan luar biasa dari anak-anak rimba. Setelah diberikan pendidikan alternatif oleh Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi sejak 1998, anak-anak rimba, yang sebelumnya tak kenal BTH, tak hanya sekadar bisa BTH, tetapi kini juga sudah terampil mendongeng.

Sebagian dari dongeng-dongeng yang mereka tulis dibukukan dengan judul Kisah-kisah Anak Rimba (pengantar oleh Kak Seto, penerbit KKI Warsi, 2007). Ada sembilan dongeng orisinal yang dibukukan, yang selama ini turun-temurun ada dalam cerita-cerita kelompok orang rimba. Mereka menyebut dongeng itu sebagai ande-ande. Tradisi lisan lain yang hidup dalam tradisi orang rimba adalah sloko adat, bedeki (pantun), dan teka-teki.

”Dari nenek moyang mereka tidak ada tradisi tulis. Segala sesuatu diturunkan secara lisan. Mereka buta aksara. Setelah KKI Warsi memberikan pendidikan alternatif, baru mereka bisa BTH,” kata Sukmareni, staf Komunikasi, Informasi, dan Pembelajaran KKI Warsi.

Secara bertahap, anak-anak rimba mengenali huruf, melafalkannya, dan merangkainya menjadi kata-kata dan kalimat. Demikian juga dengan angka, dari mengenalkan angka hingga menjadi hitung-hitungan.

Menurut Sukmareni, sebagai anak orang rimba, kemampuan mereka boleh diacungi jempol. Dari pengenalan huruf hingga bisa merangkainya menjadi kata hanya dalam tempo dua bulan.

”Waktu belajar disesuaikan dengan waktu anak-anak. Terkadang pelajaran baru dimulai sekembalinya mereka dari berburu atau selesai membantu orangtua. Kadang mereka belajar sampai malam dengan penerangan lilin atau lampu teplok. Jika lelah belajar, mereka istirahat dulu, bermain, atau menangkap kodok atau ikan untuk makan malam,” papar Sukmareni.

Sudah 350 anak rimba

Keberadaan orang rimba tidak banyak. Dari pendataan KKI Warsi tahun 2008, populasi mereka ada 3.009 jiwa, yang tersebar dalam hutan di sepanjang jalan lintas Sumatera, mulai dari Singkut (batas Sumsel-Jambi) hingga Sungai Rumbai (batas Jambi-Sumbar).

Jumlah mereka di sepanjang lintas Sumatera ini ada 1.375 jiwa. Kemudian di dalam kawasan TNBD ada 1.300 jiwa yang tersebar di kawasan seluas 65.000 hektar. Dan, di kawasan Bukit Tigapuluh ada 434 jiwa yang tersebar di areal seluas 131.000 hektar.

Program Manager KKI Warsi Rudi Syaf mengatakan, berdasarkan pengalaman Warsi, anak-anak orang rimba sulit mengikuti pendidikan formal karena belum bisanya komunitas luar menerima mereka. Anak-anak rimba sering menerima ejekan yang sangat memengaruhi psikologis mereka. Selain itu, sekolah di luar rimba juga akan menyulitkan karena jauh dari permukiman mereka.

”Pendidikan yang efektif adalah seperti yang dilakukan Warsi sekarang dengan mendatangi anak-anak rimba tersebut ke kelompok-kelompok mereka. Fasilitator Warsi masing-masing akan berada di dalam hutan bersama anak-anak rimba selama 21 hari dalam sebulan,” ujarnya.

Menurut Rudi, saat ini ada sekitar 350 anak rimba yang terbebas dari buta aksara. Dari mereka, Warsi juga mendidik kader-kader guru dari anak-anak rimba yang dianggap berkemampuan lebih untuk mengajari BTH kepada anak lainnya. Hal ini penting dilakukan, mengingat banyaknya orang rimba yang harus diberi pendidikan.

Tahun 2009, KKI Warsi memprogramkan pendidikan untuk anak-anak rimba di kawasan hutan sepanjang jalan lintas Sumatera.

”Kalau ada tenaga guru yang diangkat pemerintah, khusus mengajar anak-anak rimba, itu sangat membantu. Sebab, tenaga pengajar dari Warsi terbatas,” ujar Rudi.

Tenaga pengajar dari Warsi saat ini ada dua orang, yaitu Fery Apriadi (sejak 2005) dan Galih Sekar Tyas Sandra (sejak 2006).

Rudi menjelaskan, penggunaan bahasa, alam pikiran, dan kebudayaan orang rimba akan mempercepat penerimaan pelajaran. Dan, pendidikan harus memberikan wawasan sebagai bekal untuk melihat perkembangan di dunia luar.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/14/0306020/dari.hutan.anak.rimba.membuat.buku.dongeng

" Voucher Pendidikan Beredar "

JAKARTA(SINDO) – Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menengarai DPR terlibat pembagian voucher pendidikan madrasah dari Departemen Agama (Depag).

SekjenFITRA YunaFarhanmenilai pembagian voucher pada masakampanye ditengaraibisa dimanfaatkan anggota DPR untuk melakukan kampanye. ”Bantuan sosial ini bisa disalahgunakan oleh anggota DPR yang saat ini kembali bertarung untuk menuai simpati dari pemilihnya,”kata Yuna Farhan di Jakarta kemarin.

Yuna mengaku heran,mengapa anggaran-anggaran bantuan yang biasanya baru dicairkan pada bulan Mei justru pada tahun politik ini dicairkan lebih cepat sebelum pemilu legislatif dimulai. Beberapa tahun lalu,menurut Yuna, Ketua DPR Agung Laksono juga membagikan voucherpendidikan untuk bantuan sekolah-sekolah.

Menjelang kontes tasi politik 2009, modus serupa kembali mencuat. Dari data yang diterima FITRA,Voucher tersebut merupakan bantuan Dirjen Pendidikan Islam untuk bantuan madrasah melalui program Bantuan Peningkatan Mutu Madrasah (BPMM). Isi voucher untuk madrasah tersebut, untuk tingkat ibtidaiyah Rp50 Juta, tingkat tsanawiyah Rp60 Juta, dan tingkat aliyah Rp75 Juta.

Voucher bantuan sosial ini dibagikan melalui anggota Komisi VIII DPR sebagai mitra kerja Depag. Menurut dia, bantuan sosial dalam bentuk vouchertersebut jelas tidak akan tepat sasaran. Sebab hal itu tidak lagi berdasarkan kebutuhan madrasah yang benar-benar membutuhkan, tetapi semata- mata kepentingan pragmatis politik anggota DPR agar terpilih kembali.

”Pemberian voucher juga berpotensi terjadinya penyimpangan anggaran yang dapat menimbulkan calocalo anggaran dengan jalan memperjualbelikan voucher bantuan,”tandasnya. Sementara itu,Ketua Komisi VIII Hasrul Haswar membenarkan bahwa ada penitipan voucherdari Depag kepada DPR.

Namun, Hasrul membantah bahwa penitipan voucher pendidikan tersebut digunakan sebagai alat kampanye anggota DPR. ”Masak titip saja tidak boleh.. Yang kompeten menyalurkan bantuan pendidikan itu memang Depag.Hanya saja memang ada sebagian yang dititipkan penyalurannya ke anggota DPR untuk dibagikan ke daerah,” tandas Hasrul Azwar kepada SINDO semalam.

Hasrul mengatakan saat ini DPR memang sedang memasuki masa reses. Jika kemudian saat reses ini sedang dalam masa kampanye, hal tersebut hanya faktorkebetulanbela ka sehingga persoalan penitipan penyaluran bantuan tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. ”DPR hanya dititipi penyalurannya. Jadi tidak untuk kampanye,” tandasnya.

DPR menurutnya hanya dititipi penyaluran untuk vouchersaja. Nantinya Depag yang akan mengurusi pembayarannya melalui rekening madrasah masing-masing secara langsung.”Jadi uangnya masih dipegang sama Depag. Kita hanya dititipi vouchernya saja,”ujarnya.

Sementara itu,Kepala Pusat Informasi Kehumasan Depag Masyhuri mengatakan mekanisme penyaluran bantuan pendidikan untuk madrasah memang bisa melalui penitipan kepada anggota DPR saat melakukan kunjungan kerja.

Namun penitipan tersebut tidak untuk modal kampanye bagi anggota DPR yang bersangkutan. ”Voucher tersebut dititipkan ke DPR untuk dibagikan di madrasah saat kunjungan kerja. Biasanya memang pada masa reses anggota DPR melakukan kunjungan ke daerah,”tandasnya. (sofian dwi)

http://www.seputar- indonesia. com/edisicetak/ content/view/ 221958/