Rabu, 29 Juli 2009

" Flu Babi : Melawan dengan Senjata Sementara "















Flu Babi : Melawan dengan Senjata Sementara
Tanggal: Sen 20 Jul 2009 07:24
Dari: Koran Digital

Melawan dengan Senjata Sementara
Penjualan vaksin flu meningkat sejak flu babi mewabah. Vaksin flu babi
sendiri sampai kini belum selesai dibuat.



LIA Hidayah, karyawan swasta di Jakarta, bimbang. Perusahaannya
menugasi perempuan 25 tahun ini ke Singapura. Biasanya, perempuan yang
punya hobi belanja ini tak pernah berpikir dua kali bila ada tawaran
ke negeri jiran itu—sekalian berbelanja. ”Aku ngeri gara-gara baca
berita ratusan warga Singapura mengidap flu babi,” katanya.

Toh, Lia akhirnya memilih berangkat. Namun, sebelumnya, dia bersiap
diri dengan disuntik vaksin flu. Lia mendatangi klinik tak jauh dari
tempatnya bekerja di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.
Sejak flu babi (swine flu) menyebar dari Meksiko, Maret lalu, ke Benua
Amerika, lalu melebar ke belahan dunia lain, termasuk Indonesia, marak
pula rumah sakit dan klinik menyediakan vaksin flu jenis A. Flu babi
masuk jenis flu ini.

Carepoint Clinic Medic One, salah satu tempat penyedia vaksin flu
merek Fluarix, produk pabrik farmasi Glaxo Smith Kline, Belgia,
mencatat permintaan dalam tiga bulan terakhir terus meningkat. Vaksin
itu diyakini dapat mencegah orang tertular flu babi. Konsumennya
kebanyakan orang yang akan bepergian ke luar negeri.

”Setelah marak wabah flu babi, klinik rata-rata memberikan 20-30
vaksin per bulan. Dulu jarang,” ujar Surya, petugas klinik itu. Klinik
tersebut juga melayani pemberian vaksin bagi karyawan perusahaan.
Tercatat 20 perusahaan yang menjadi anggota klinik itu. ”Sekali datang
bisa 80 vaksin,” katanya.

Isnaeni Fajri dari bagian pimpinan bisnis vaksin Glaxo Smith Kline
mengakui ada lonjakan permintaan vaksin flu. Sebelum flu babi mewabah,
1.500 vaksin diedarkan untuk seluruh Indonesia, sedangkan kini 2.000
vaksin dihabiskan dalam sebulan. ”Kesadaran masyarakat kita masih
rendah. Kalau ada yang meninggal, baru ramai,” katanya.

Dokter Harman Nasution, yang juga berpraktek di klinik itu, menjamin
kliniknya memberikan vaksin secara benar. Vaksin tidak akan diberikan
kepada orang yang demam. Sebab, demam itu berindikasi infeksi, bisa
karena virus, alergi, atau jamur. ”Kalau dipaksakan, seperti menyiram
api dengan bensin, tambah berbahaya,” katanya.

Informasi masa kerja vaksin pun disebutkan secara gamblang. Fluarix
seperti vaksin lainnya secara umum bekerja setelah dua minggu
disuntikkan, tapi bisa bertahan selama setahun. Menurut Isnaeni,
vaksin Fluarix bekerja secara tidak langsung. ”Sebab, vaksin ini bukan
vaksin khusus untuk flu babi, melainkan hanya untuk strain virus yang
mirip,” ujarnya. Vaksin Fluarix ini berisi virus yang sudah dimatikan
untuk membentuk antibodi. Selain Fluarix, di Indonesia beredar vaksin
sejenis dari produsen farmasi berbeda, seperti Vaxigrip, Agrippal, dan
Influtac.

Strain atau turunan virus itu mengikuti rekomendasi Badan Kesehatan
Dunia (WHO). Untuk tahun ini, menurut rekomendasi WHO, di belahan
dunia utara dan selatan ada tiga strain virus, yakni jenis A H1N1, A
H1N2, dan jenis B. ”Jadi tiap tahun vaksin ini berganti fungsi sesuai
dengan rekomendasi strain tahunan,” kata Isnaeni.

Ketua Tim Dokter Penyakit Khusus dan Isolasi Rumah Sakit Hasan
Sadikin, Bandung, dokter Hadi Yusuf, juga memastikan vaksin yang ramai
diminati masyarakat kini bukanlah vaksin khusus flu babi. ”Itu vaksin
tahunan. Di Amerika Serikat saja mungkin vaksin buat flu babi itu baru
ada pada Oktober nanti,” katanya. Vaksin flu tidak serta-merta
ditemukan karena strain virus flu berbeda-beda, tergantung tempat dan
waktu. Flu tahun lalu di suatu tempat berbeda strain-nya dengan flu
tahun ini di tempat yang sama, lebih-lebih di tempat lain. ”Apalagi
flu babi ini belum diketahui jelas strain virusnya,” ujarnya.

Meskipun vaksin yang ada saat ini bukan khusus untuk flu babi, zat di
dalamnya sudah dapat digunakan buat melindungi diri dari serangan flu
tersebut. Menurut Hadi, vaksin yang mengandung virus, bakteri, atau
organisme lain yang telah mati atau dilemahkan itu disuntikkan ke
dalam tubuh. Lalu vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
memproduksi antibodi melawan organisme tersebut. Saat organisme jahat
kembali menyerang tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan balik
menyerang dan menghentikan infeksi.

Vaksin berisi kuman yang dimatikan itu, bila diberikan kepada orang
sehat, akan memicu respons kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh
berpikir bahwa tubuh tengah diserang organisme spesifik, sehingga
sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan penyerbu dan mencegahnya
menginfeksi lagi. Kekebalan yang dibangun vaksin mirip kekebalan yang
diperoleh dari infeksi alami.

Agar kekebalan penuh diperoleh, mungkin diperlukan beberapa dosis
vaksin. Beberapa orang bisa saja gagal mendapatkan pertahanan penuh
setelah diinjeksi pertama kali tapi berhasil pada dosis lanjutan.
Kekebalan tubuh juga mungkin berkurang dengan berjalannya waktu,
sehingga perlu dosis vaksin tambahan untuk menambah kekebalan.

Influenza atau sering disebut flu adalah sejenis virus yang merupakan
paket protein dan DNA yang tidak memiliki cukup kemampuan untuk
bereproduksi sendiri. Virus ini perlu menginfeksi sebuah sel, lalu
menggandakan diri. Virus berkembang biak sehingga ada begitu banyak
salinannya tumpah menyebar ke sel-sel yang masih sehat.

Virus flu dari babi (H1N1), sama dengan virus flu dari burung (H5N1),
tergolong virus influenza tipe A. Manusia, kuda, anjing laut, dan paus
juga bisa terinfeksi virus flu tipe itu. Saat ini ada tiga subtipe
yang paling banyak bersirkulasi dalam tubuh manusia, termasuk H1N1.
Virus influenza tipe A dan B (hanya bersirkulasi di antara manusia)
dikarakterkan ke dalam varian genetik yang disebut strain atau
turunan. Turunan baru terus tumbuh secara konstan menggantikan turunan-
turunan lama.

Ketika tubuh sudah membangun resistensi terhadap salah satu turunan,
turunan yang lebih baru bisa menyusup mengganggu kekebalan tubuh. Bila
hal ini terjadi, bermunculanlah insiden penyakit yang cukup tinggi di
sebuah area dan menyebar ke wilayah lain, seperti yang terjadi kini.

Senin pekan lalu, WHO mencatat 94.512 kasus flu babi di sejumlah
negara, dan 429 penderita di antaranya meninggal. Di Indonesia
terdeteksi 112 kasus. Dua pasien meninggal di Padang dan Denpasar.

Karena flu babi sangat cepat menyebar, dan perpindahan orang
antarnegara begitu mudah, menurut Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga
Aditama, untuk menangkalnya, pemerintah berkonsentrasi menjaga pintu-
pintu masuk internasional, yakni pelabuhan udara dan laut serta lintas
batas darat. Caranya: dilakukan pemasangan pemindai panas tubuh,
pengamatan oleh petugas, dan pelaporan. Selain itu, Departemen
Kesehatan sudah mempersiapkan logistik, obat Tamiflu, dan lebih dari
100 rumah sakit untuk merawat pasien flu ini. ”Kami juga sudah
merancang metode pemantauan. Semua rumah sakit dan puskesmas harus
memberikan data influenza-like illness (penyakit mirip influenza)
setiap minggu ke Jakarta,” ujar Tjandra.

Ahmad Taufik, Harun Mahbub

Gejala dan Cegah

Flu babi adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus
influenza A subtipe H1N1. Virus ini ditularkan melalui binatang,
terutama babi, dan dapat menular antarmanusia.

Gejala penderitanya mirip influenza dengan gejala klinis seperti
demam, batuk, pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, napas cepat, atau
sesak napas, disertai mual, muntah, dan diare. Kematian akibat flu
babi terjadi antara lain karena gangguan paru atau pneumonia.

Masa inkubasinya 3-5 hari. Cara penularan bisa melalui udara atau
kontak dengan penderita. Menurut dokter Hadi Yusuf, flu babi dapat
dicegah dengan pola hidup bersih dan sehat, misalnya cuci tangan
sebelum makan, setelah buang air, dan sesudah kontak dengan binatang.
”Juga istirahat yang cukup dan makan makanan yang cukup gizi,”
ujarnya.


" Beredar Kabar Nurdin M Top Cs Adalah Intelijen Malaysia !! "















Beredar Kabar Nurdin M Top Cs Adalah Intelijen Malaysia !!
Minggu, 19 Juli 2009, 06:33 WIB

Heboh di Internet kini dikatakan bahwa negara Malaysia secara
sengaja menyelundupkan teroris ke Indonesia yang terbukti sejak paska
reformasi menjadi momok sendiri soal peledakan bom di Indonesia.




Jelas kabar ini belum di ketahui secara pasti, karena isu ini beredar melalui Instant Messanger.

Dalam
pesan yang diterima, Minggu (18/7) dini hari yang mulai beredar luas
tersebut dikatakan bahwa para otak pelaku bom di BEJ, Bali 1-2 , JW
Marriot 1-2, dan Ritz Carlton serta sejumlah ledakan bom di tempat
lainnya adalah permainan intelijen pemerintah Malaysia yang secara
sengaja dikirimkan ke Indonesia untuk menghancurkan negara RI dan
menjatuhkan citra keamanan di Indonesia buruk.

Dalam aksinya
kinerja para intelijen tersebut membuat sebuah jaringan yang dalam
merekrut para anggotanya di Indonesia menggunakan kata JIHAD.

Soal
tuduhan intelijen Malaysia tersebut cukup berlandaskan, bukti jika di
telaah, Noordin M Top dan Dr. Azahari adalah warga asal Malaysia yang
menjadi otak pelaku pemboman di Indonesia serta Zulkifli yang menjadi
pembantu keduanya.

Dan dalam pesan Instant Messanger itu ketiga
orang teroris tersebut merupakan intelijen Malaysia yang dekat dengan
salah satu raja negara bagian.

Efek dari peledakan bom tersebut,
salah satunya kini secara perlahan para wisman lebih sreg ke negeri
yang dikatakan satu rumpun tersebut.

Info didapat dari http://www.berita8. com/news. php?tgl=2009- 07-19&cat= 2&id=13258

" Pengaruh Ucapan Orangtua bagi Anak "
















Pengaruh Ucapan Orangtua bagi Anak
Jodi Foster pernah menerima Piala Oscar sebagai aktris terbaik dalam salah satu film layar lebar. Saat penyerahan piala tersebut, dari atas panggung dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukungnya hingga meraih penghargaan ini.




Yang menarik, ucapan terima kasihnya yang pertama ditujukan kepada ibunya. Kira-kira ucapannya seperti ini, “Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu saya. Sewaktu saya masih kecil, Ibu selalu mengatakan bahwa semua lukisan tangan saya itu setara dengan karya Picasso. Pada saat saya sedang dalam keadaan sulit, ia selalu bilang: Jodi, kamu pasti bisa mengatasinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan, kata-kata inilah yang selalu terngiang di benak saya hingga akhirnya saya yakin dan mampu untuk menjadi seorang seniman sehebat Picasso.”

Demikian cerita yang dikutip Ayah Edy dalam membuka topik pentingnya kalimat yang diucapkan orangtua bagi anak. Ternyata, dulu Jodi Foster sangat gemar melukis. Dan, sering kali mengganggu ibunya hanya untuk memperlihatkan hasil lukisan-lukisannya yang pada saat itu semuanya masih tampak seperti benang kusut.

Para orangtua dan guru yang saya cintai, tetapi apa yang terjadi jika seandainya yang diucapkan oleh ibunya adalah seperti ini: “Jodi jangan pernah ganggu pekerjaan ibu lagi dengan lukisan-lukisan burukmu itu ya... Sudahlah Jodi, kamu tidak akan pernah mampu untuk menjadi seniman. Cepat sana segera selesaikan PR-mu, sebelum ibu berubah pikiran...!”

Kalimat-kalimat negatif seperti ini akan meninggalkan kesan dan luka yang mendalam bagi diri seorang anak. Bisa jadi, kalimat tersebut akan tertanam di dalam benaknya sepanjang hidupnya. Dalam beberapa kasus ditemui, pengaruh kata-kata di duga lebih menghancurkan hidup seorang anak daripada kekerasan yang menyangkut fisik.

Kata-kata yang kita ucapkan kepada anak membawa pengaruh besar bagi hidupnya karena setiap kata atau kalimat yang diucapkan sekaligus membawa pesan tersirat tentang dirinya, baik berhubungan dengan kemampuan ataupun ketidakmampuannya. Begitu si anak menyimpan pesan itu dalam batinnya, pesan itu lama-lama menjadi suatu keyakinan dan pembenaran atas setiap kegagalan yang dialaminya. Bahkan, sering kali kata negatif yang telah terserap dalam alam bawah sadarnya tetap bekerja, meskipun ia tidak menyadarinya.

Bayangkan, pada saat dilakukan penelitian terhadap kekuatan kalimat positif, Douglas Bloch mewawancara dua kelompok, yakni orang-orang yang sukses dan orang-orang yang tinggal di penjara. Ternyata ada perbedaan besar sekali mengenai kata-kata yang dulu sering didengar dari orangtua mereka.

Inilah kata-kata yang dulu sering didengar oleh sebagian besar kelompok orang yang dipenjara: “Kamu memang anak sialan, lihat saja nanti kelak hidupmu akan berakhir di penjara!”

Sementara itu, inilah kata-kata yang dulu sering didengar oleh kelompok orang-orang yang sukses. Mereka selalu diberikan duaa jenis kalimat positif, yaitu kalimat penghargaan dan penguatan.

Kalimat Penghargaan
- “Lihat... betapa bagusnya kamu melakukan itu....”
- “Terimakasih, kamu telah menepati janji....”
- “Papa sungguh berterimakasih, kamu telah mau berusaha....”

Kalimat Penguatan
- “Mama yakin, kamu akan mampu mengatasinya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan!”
- “Mama yakin, kamu sesungguhnya anak baik, hanya mungkin kali ini kamu sedang terpengaruh oleh teman-temanmu yang tidak baik. Apakah kamu mau bila mama membantumu untuk bisa menjadi baik seperti dulu lagi?”

Sebagaimana dijelaskan di dalam bukunya, "Mendidik Anak Zaman Sekarang Ternyata Mudah Lho..." sungguh betapa dahsyatnya efek dari kalimat-kalimat negatif bagi masa depan seorang anak!

Namun, berita baiknya adalah ternyata pengaruh kalimat-kalimat negatif tersebut masih bisa dihapuskan melalu kalimat-kalimat positif. Terlebih lagi yang mengucapkannya adalah orangtua atau gurunya sendiri. Jadi, segeralah ganti kalimat-kalimat kita yang selama ini bernuansa negatif dengan kalimat positif.

Berikut adalah beberapa contoh kalimat negatif yang mungkin dulu sering kita dengar dari para guru dan orangtua.
“Aduh... Kamu susah amat ya diajarinya.. .?”
Coba kita ganti dengan:
“Ibu Guru yakin, kamu sebenarnya mampu mengerjakannya. Kamu hanya perlu waktu saja. Ayo kita coba sekali lagi ya...!”

Ingat, kalimat mana yang kita pilih, tulah yang akan menjadi kenyataan pada masa depan anak-anak tercinta! Demi masa depan anak-anak kita yang lebih baik, mulai hari ini juga, mari kita biasakan untuk selalu mengucapkan kalimat-kalimat positif pada mereka setiap hari.

Senin, 27 Juli 2009

" Bocah Memegangi Tali Kambingnya! "













Bocah Memegangi Tali Kambingnya!

H. Bambang Eka Wijaya

PELINTAS dari kota menghampiri seorang bocah desa yang memegangi tali kambingnya. "Kenapa talinya tidak kau ikat di tengah padang itu, lantas kau bisa bermain?" tanya pelintas. "Kalau diikat di tengah padang dia ribut! Karena panas, kedua anaknya ini bermain jauh di tempat yang teduh!" jawab bocah. "Maka itu kubawa ke tempat teduh, supaya dia dan anak-anaknya bisa tetap berkumpul dan lebih tenang makan!" "Kalau begitu, di tempat teduh ini kan bisa kau ikat, sehingga kau tak perlu memegangi talinya terus?" kejar pelintas.



"Kalau di terik panas begini diikat di tempat teduh, dia bukannya makan, tapi malah tiduran sambil memamah biak! Akibatnya, petang nanti perutnya tidak betul-betul kenyang!" jelas bocah. "Maka itu kupegangi terus, setiap dia mau tiduran langsung kutarik talinya agar dia kembali makan!" "Kenapa kau lebih mementingkan kenyangnya kambingmu, ketimbang bermain?" tanya pelintas.

"Karena ini kambingku, hadiah naik kelas empat dari ayahku! Waktu itu belum beranak, karena setiap hari makan kenyang, jadi cepat beranak!" jawab bocah. "Maka itu, kuusahakan setiap hari kenyang, agar cepat jadi banyak! Jika banyak, aku bisa sekolah sampai jadi sarjana! Kalau kutinggal bermain, serbasalah. Kuikat, jadi tidak kenyang! Jika kulepas talinya, dia masuk kebun orang!"

"Teruskan pelihara baik-baik kambingmu!" tegas pelintas. "Setelah besar nanti kau bisa menjadi politisi yang baik!"

"Politisi itu apa?" tanya bocah.

"Politisi itu pemimpin, fungsinya seperti gembala juga. Tapi yang digembalakan umat atau rakyat!" jelas pelintas. "Politisi yang baik akan berusaha seperti kau, agar umat atau rakyat gembalaannya selalu kenyang! Dia berusaha agar umat atau rakyat gembalaannya tidak teriak-teriak protes kepanasan, serta tenteram dalam keteduhan hati bersama anak-anaknya! "

"Jadi politisi yang baik tidak asyik bermain sendiri meninggalkan gembalaannya? " kejar bocah. "Betul!" jawab pelintas. "Sebaliknya politisi kurang baik, pikirannya selalu tercekam untuk studi banding, pergi bermain meninggalkan jauh-jauh gembalaannya, tanpa peduli entah makan atau tidak gembalaannya itu!"

"Politisi seperti itu tak menyayangi gembalaannya seperti aku menyayangi kambingku!" tukas bocah. "Kalau begitu tak cepat bertambah banyak!" "Justru bisa semakin habis gembalaannya! " tegas pelintas. "Apalagi karena mereka lepas talinya, gembalaannya banyak yang masuk ke kebun orang! Anehnya politisi itu berteriak, menuding pemilik kebun yang dimasuki gembalaannya itu curang!"

"Huahaha!" bocah terbahak. "Gembalaannya yang tidak diurus masuk kebun orang, malah orang lain yang dituduh curang!"

Artikel didapat dari

http://www.lampungp ost.com/buras. php?id=200907270 1353516

Minggu, 26 Juli 2009

" Digelar, Lomba Karya Video Anak Indonesia! "










JAKARTA, KOMPAS.com - Tepat di perayaan Hari Anak Nasional (23/7), Kids Witness News Indonesia (KWNI) 2009 resmi digelar sebagai lomba karya video untuk anak umur 10-15 tahun. Selain mencari bibit baru, kegiatan diharapkan bisa menjadi wadah anak menampilkan kreativitasnya.




Pada penyelenggaraannya tahun ini, KWNI bertemakan "Negeriku, Budayaku, dan Lingkungan Hidup". Tema ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian anak-anak terhadap budaya dan lingkungan di sekitarnya. Selain itu, anak-anak juga bisa menjadi corong budaya, yang pada akhirnya bisa menjaga budayanya sendiri.

Kids Witness News pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada 2004 lalu. Pada penyelengaraan yang keenam tahun ini, KWNI lebih serius untuk mendapatkan bibit-bibit kreatif baru dengan mendatangi sekolah-sekolah di Jabodetabek, bahkan hingga ke luar Jawa.

"Lomba ini merupakan wadah bagi anak Indonesia untuk menampilkan kreativitas dan menemukan bibit-bibit baru yang membanggakan bangsa," ujar Santi Turino, Corporate Communication Manager dari Panasonic, yang menjadi penyelenggara lomba.

Menurut Santi, lomba bisa diikuti dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 2 sampai 10 anak dari sekolah yang sama. Untuk tahap pertama, lanjut Santi, yang perlu dikirimkan ke pihak panitia adalah jalan ceritanya.

Materi tersebut kemudian diseleksi oleh para juri untuk memperoleh 10 kelompok. Setelah itu, peserta baru membuat videonya. Tahun ini, KWNI memiliki sembilan orang juri, di antaranya adalah Garin Nugroho (sutradara), Subagjo Budisantoso (Wakil Dekan IKJ), dan Titin Rosmasari (Pemimpin Redaksi Salah Satu Televisi Swasta).

"Saya berharap melalui lomba ini akan muncul insan-insan film di masa akan datang," harap Subagjo Budisantoso, salah satu juri lomba.

Menariknya, KWNI tidak hanya akan diadakan di tingkat nasional. Bagi pemenang nasional akan diberikan kesempatan mengikuti Kids Witness News tingkat global. Di tingkat global, video pemenang karya anak negeri akan bersaing dengan video-video hasil karya anak-anak dari berbagai negara. (M6-09/M7-09)

Info lebih lengkap silakan mengakses website berikut: http://kwn-id. com/

" Negara Ikut Lahirkan Terorisme "













PELEDAKAN bom di Mega Kuningan, Jakarta, belum lama ini melahirkan opini publik bahwa pelakunya adalah kelompok fanatik agama tertentu. Opini ini dibangun secara sistematis sehingga muncul kesan hanya orang-orang fanatik yang rela menjadi martir bom bunuh diri. Pelaku dianggap lebih memburu surgawi ketimbang duniawi. Janji surga menggerakkan pelaku untuk menerima tantangan mematikan.




Kalau mau memperhatikan secara lebih jernih akar teror itu, akan tampak bahwa bukan melulu janji surga yang menggerakkan para teroris. Bukan pula hanya soal ideologi. Tetap saja ada pengukur materi. Filsafat teror melihat terorisme di sini mengandung ekspresi kaum marginal terhadap kemapanan, entah itu kemapanan yang dinikmati elite politis maupun birokrat. Yang paling mencolok adalah ekspresi ketidaksetaraan antarbelahan dunia yang ditunjukkan oleh ketimpangan ekonomi.

Terorisme Global

Kita mulai dulu dari skala luas. Dalam tatanan dunia, terorisme tumbuh akibat ketimpangan belahan dunia. Entah itu di Bali atau di Mega Kuningan, sasaran teror adalah simbol-simbol Barat. Kapitalisme Barat sangat nyata mengalir ke negeri ini dan celakanya malah memperlebar ketimpangan. Karena itu, Barat menjadi metafor keserakahan yang harus dihentikan. Inilah yang acap disebut terorisme global.

Terorisme global adalah menebar ketakutan kepada dunia atas penolakan ketimpangan globalisasi. Secara eksplisit para teroris itu ingin menunjukkan penolakan terhadap jenis modernitas dan sekularisasi. Simbol modernitas dan sekularisasi adalah Barat.

Teroris itu menyerang akses Barat di Indonesia, sebagai wujud perlawanan terhadap kecongkakan globalisasi. Sudah lama diingatkan oleh para pemikir sosial bahwa globalisasi telah membagi masyarakat dunia ke dalam kelompok-kelompok pemenang, penerima keuntungan, dan para pecundang. Terorisme global adalah perlawanan para pecundang terhadap pemenang.

Para pecundang punya dalih bahwa globalisasi merupakan "pencabutan cara-cara hidup tradisional dengan jalan kekerasan". Si pencabut itu justru Barat lewat modernisasi. Mereka yang kalah lebih rapuh terhadap modernisasi yang kejam, yang justru dibawa oleh pasar global dan celakanya, didominasi oleh sejumlah kecil korporasi internasional.

Kalau kita pinjam pandangan filsuf Jurgen Habermas, terorisme merupakan efek trauma modernisasi yang telah menyebar ke seantero dunia dengan suatu kecepatan patologis. Sementara Jacques Derrida melihat terorisme sebagai suatu gejala elemen traumatis yang intrinsik terhadap pengalaman modern. Fokusnya selalu pada hari depan yang acapkali dipahami sebagai janji, harapan, dan penegasan diri. Karena itu, momok terorisme global menghantui cita rasa kita akan masa depan karena ia membunuh harapan.

Marginalitas Terorisme

Bicara soal harapan, kita akan berhadapan dengan fakta bahwa banyak anggota masyarakat hidup tanpa harapan. Ketika berharap untuk menumbuhkan keluarga sehat, mereka berhadapan dengan adagium kapitalisme "sehat itu mahal". Karena itu, senantiasa dipelesetkan, "Orang miskin jangan sakit". Begitupun manakala berkeinginan menyekolahkan anaknya, mereka terbentur sebuah fakta semu dari "sekolah gratis". Kenyataannya sekolah masih saja membutuhkan biaya tinggi.

Ketimbang berpengharapan tanpa terwujudkan, masyarakat pun memilih hidup tanpa harapan. Orang hidup tanpa harapan sesungguhnya ketiadaan akses. Mereka yang punya akses lebih mudah mewujudkan segala harapan tersebut. Inilah kondisi mengkhawatirkan, yakni ketika ada orang tanpa harapan dan orang berpengharapan dan ini acap dinamakan ketimpangan.

Di mana pun kita duduk, apakah itu di birokrasi atau kancah politik, tetap harus menjaga agar tidak terlalu njomplang ketidaksetaraan. Memang sebuah konsekuensi, ada yang tersisih dalam sebuah proses mewujudkan itu. Namun, kalau membiarkan kian banyak yang tersisih, sama artinya menyimpan bom waktu yang suatu saat meledak dahsyat.

Tanggung Jawab Negara

Agar bom waktu tidak meledak, negara punya peran. Hakikatnya, kesenjangan dan ketidaksetaraan bisa ditekan jika negara secara maksimal mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ketimpangan global bisa pula dimanipulasi bila negara bisa memfilter kapitalisme Barat. Namun, apa lacur, negara lebih berfungsi bagi segelintir orang ketimbang rakyat kebanyakan. Akibatnya, ekspresi kesenjangan, ketidaksetaraan maupun ketimpangan global itu terus terjadi. Bentuk ekspresi yang paling nyata adalah terorisme. Ini berarti tatkala negara membiarkan kesenjangan maupun ketimpangan, sama artinya ikut melahirkan terorisme.

Jadi, sekali lagi, teror tidak sekadar berkedok agama. Masih sangat memungkinkan teror disebabkan oleh warna ekonomi dan budaya. Wajar jika senantiasa diingatkan oleh para pengamat, tak selayaknya buru-buru melihat agama demi memberangus terorisme. Pada dasarnya agama sekadar penguatan sekaligus percepatan. Cukup memakai dalil agama, seorang penggerak akan mudah merekrut operator lapangan. Janji-janji surga memudahkan untuk membangun jaringan ketimbang janji-janji materiil.

Namun, sesungguhnya upaya menekan terorisme adalah bagaimana negara bisa menjalankan fungsinya bagi masyarakat. Jika negara secara sungguh-sungguh mau menyejahterakan rakyatnya, pelan-pelan terorisme bisa ditekan. Inilah pekerjaan besar bagi aparat negara, terutama para pemimpin baru di negeri ini. (*)

Kamis, 16 Juli 2009

" Flu Babi di Bloomington v di Surabaya "











Flu Babi di Bloomington v di Surabaya
Oleh: Budi Darma

KASUS flu babi yang menghebohkan masyarakat Indonesia belakangan ini mengingatkan saya pada era 1979, tepatnya Januari, sesaat setelah saya menyelesaikan S-2 di Universitas Indiana, Bloomington, Indiana, Amerika. Kala itu sponsor saya, Fulbright, mengizinkan saya tetap tinggal di Bloomington sampai Mei, akhir semester musim semi.

Karena mendapatkan izin tersebut, saya bisa mengambil beberapa mata kuliah sambil berjuang untuk memperoleh beasiswa S-3 dengan membawa keluarga. Fulbright sudah terikat kontrak. Maka, Fulbright tidak dapat memberikan beasiswa lanjutan, apalagi saya mengajak keluarga. Karena sebetulnya saya sudah diterima S-3 dan dapat langsung masuk ke S-3, Fulbright berjanji menawarkan kasus saya ke sponsor-sponsor lain. Dengan catatan, saya harus berusaha sendiri.



Sialnya, berita mengenai beasiswa tidak kunjung tiba. Sabtu, 22 Mei 1976, saya pulang dengan singgah di berbagai negara di Eropa. Lalu, Sabtu, 29 Mei 1976, ketika berada di Paris, saya menerima telegram dari Bloomington. Isinya: The Ford Foundation setuju, kalau mungkin, segera kembali ke Bloomington. Karena harus mengurus keluarga dan beberapa dokumen, saya putuskan untuk pulang dulu ke Indonesia. Apalagi, semester musim panas sudah mulai. Karena itu, saya akan masuk semester musim gugur, Agustus 1976.

Karena berbagai dokumen harus diurus ulang, saya dan keluarga baru bisa berangkat ke Bloomington lewat Jakarta pada Selasa, 7 September 1976. Di Bloomington, kuliah sudah berjalan. Karena itu, saya harus ke sana kemari untuk menghubungi berbagai pihak. Senin, 13 September 1976, saya mulai kuliah.

***

Di hari pertama kuliah itu, saya tidak tahu mengapa pers kampus dan pers lokal beberapa kali menyiarkan berita bahwa semua penduduk Bloomington wajib vaksinasi swine flu di rumah sakit, gratis. Seperti teman-teman dan para tetangga, waktu itu saya tidak perduli apa itu swine flu. Namun, karena merasa sebagai penduduk Bloomington, Selasa sore, 14 Mei 1976, saya dan keluarga pergi ke rumah sakit. Di sana sudah berderet banyak orang, menunggu giliran.

Setelah membaca pengumuman, tahulah saya bahwa swine flu sudah masuk ke beberapa kota besar di Amerika. Meskipun di Bloomington belum pernah ditemukan kasus swine flu dan lokasinya jauh dari kota-kota besar, penduduk wajib vaksinasi untuk menghindari kemungkinan kontaminasi. Seperti penduduk lain, saya tetap tidak peduli apa makna swine flu dan merasa aman karena pemerintah sudah menyediakan vaksinasi gratis.

Beberapa waktu lalu (saya sudah tidak rajin menulis catatan harian), pers menyebarkan informasi tentang flu babi di Meksiko. Radio BBC mewartakan bahaya flu babi, sejarahnya, dan kemungkinan penyebarannya. Suatu sore, ketika kebetulan menonton TV, saya melihat Presiden SBY berbicara mengenai swine flu (presiden mempergunakan istilah tersebut).

Dari rentetan peristiwa itu, baru saya teringat dengan peristiwa di Bloomington yang sudah saya lupakan, swine flu tidak lain adalah flu babi. Sementara itu, pers menyiarkan berita mengenai pengusiran orang-orang Meksiko di Tiongkok. Sebab, Tiongkok takut terkontaminasi flu babi.

Kemudian, beberapa kali menteri kesehatan memberikan penjelasan mengenai flu babi, demikian juga para pakar. Berkali-kali menteri kesehatan menekankan, penduduk tidak perlu takut selama mengikuti gaya hidup sehat, yaitu gizi cukup, istirahat cukup, lingkungan bersih, dan cuci tangan dengan sabun setelah bepergian dan akan makan.

Beberapa pakar menjelaskan, flu babi bukan penyakit baru dan akan secara berkala muncul lagi. Flu babi muncul karena babi yang berpenyakit menulari manusia. Karena itu, kita harus mengikuti gaya hidup sehat.

Karena pemanasan global, perubahan gaya hidup, dan terus bertambahnya penduduk, kemungkinan lahirnya lagi penyakit manusia yang berasal dari binatang bakal makin sering terjadi. Contoh, karena tanah gembur makin sempit, kucing tidak bisa lagi buang air besar dan mencakar-cakar tanah tanah gembur untuk menutupi kotoran.

Ternyata, gaya itu menular pada kucing-kucing lain, bahkan di kawasan yang masih punya area tanah gembur. Saya sendiri melihat beberapa kucing liar melampiaskan hajat di aspal pinggir jalan, lalu mencakar-cakar aspal. Padahal, di dekat jalan itu masih banyak area tanah gembur. Binatang-binatang lain pun, kata para pakar, mengalami perubahan perilaku dan perubahan tersebut mempercepat munculnya lagi penyakit-penyakit yang ada sejak dulu.

***

Beberapa hari lalu, setelah beberapa hari kasus flu babi ditemukan di Indonesia, menteri kesehatan muncul lagi dengan pernyataan, kalau demikian keadaannya, masuk dan menyebarnya flu babi di Indonesia sudah tidak mungkin dicegah. Lalu, Senin, 13 Juli 2009, ada berita bahwa flu babi sudah masuk ke Surabaya dan penyebarannya sukar dibendung.

Apa yang diterima penduduk? Hanya berita-berita mengenai penyebaran dan bahaya flu babi serta nasihat-nasihat dari pemerintah untuk mengikuti gaya hidup sehat. Hanya itu. Mengapa? Bukan karena Indonesia melarat sehingga tidak mampu memberikan vaksinasi gratis, melainkan Indonesia digerogoti penyakit korupsi. Andai kata vaksinasi gratis pun diberikan, manipulasi pasti terjadi di sana sini, misalnya pungli. Kesadaran untuk antre tidak ada. Jarum yang seharusnya dipakai untuk satu orang dipakai untuk banyak orang, Kualitasnya pun sudah disulap menjadi kualitas buruk dan seterusnya. Sementara itu, politisi sodok-menyodok untuk memperebutkan kekuasaan dan kekuasaan diidentikkan dengan kesempatan untuk korupsi. (*)

*). Budi Darma, budayawan, guru besar Unesa, Surabaya.

Senin, 13 Juli 2009

" Gerakan Cicak Vs Buaya Ramai di Facebook "


Jumat, 10/07/2009 14:21 WIB
Gerakan Cicak Vs Buaya Ramai di Facebook
Rachmadin Ismail - detikNews

Jakarta - Ucapan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Susno Duaji soal cicak dan buaya direspons sejumlah kalangan. Bahkan kini muncul perlawanan terhadap ucapan Susno tersebut di facebook. Gerakan ini ramai mulai Selasa (7/7/2009) lalu.


Pantauan detikcom, Jumat (10/7/2009) slogan-slogan yang kemudian bermunculan, misalnya saja 'Say no to buaya', 'Saya berani melawan buaya', atau 'Saya cicak siap melawan buaya'

Bukan hanya itu saja, gambar karikatur cicak dan buaya juga dibuat. Seperti gambar cicak dan buaya yang berdampingan dengan buaya, dengan tubuh buaya yang disilang, atau juga buaya yang memakai topi polisi.

Di gambar itu juga dituliskan gerakan CICAK yang diberi kepanjangan Cintai Indonesia Cintai KPK. "Silakan memakai gambar ini", tulis keterangan di bawah gambar itu.

Tak hanya di facebook, gerakan cicak melawan buaya juga ramai di blog dan milis.

Gerakan ini ramai, menyusul ucapan Susno saat diwawancara Majalah Tempo edisi 6-12 Juli 2009. Dalam Tempo yang terbit Senin (6/7/2009), Susno membantah ingin menggembosi KPK terkait penyadapan teleponnya oleh lembaga antikorupsi itu.

"Kalau orang berprasangka, saya tidak boleh marah, karena kedudukan ini (Kabareskrim) memang strategis. Tetapi saya menyesal, kok masih ada orang yang goblok. Gimana tidak goblok, sesuatu yang tidak mungkin bisa ia kerjakan kok dicari-cari. Jika dibandingkan, ibaratnya, di sini buaya di situ cicak. Cicak kok melawan buaya. Apakah buaya marah? Enggak, cuma menyesal. Cicaknya masih bodoh saja. Kita itu yang memintarkan, tapi kok sekian tahun nggak pinter-pinter. Dikasih kekuasaan kok malah mencari sesuatu yang nggak akan dapat apa-apa," ucap Susno seperti dikutip Majalah Tempo.

Banyak pihak menafsirkan, apa yang disampaikan Susno itu yakni cicak mengarah kepada KPK dan buaya kepada Mabes Polri. Meski Susno tegas-tegas membantah ucapannya bila kata cicak dan buaya mengacu kepada institusi tertentu.

info didapat dari

http://www.detiknews.com/read/2009/07/10/141826/1162738/10/gerakan-cicak-vs-buaya-ramai-di-facebook