Helsinki (ANTARA/Xinhua-OANA) - Satu penelitian baru di Finlandia menunjukkan kekurangan tidur mungkin turun-temurun, dan penderita insomnia lebih mungkin untuk meninggal lebih cepat dibandingkan orang dengan pola tidur yang sehat.
Penelitian tersebut adalah yang pertama yang mengaitkan insomnia dengan risiko kematian, demikian laporan media Finlandia, Senin (4/7).
Penelitian tersebut dilakukan oleh Institute of Occupational Health melalui kerja sama dengan University of Helsinski dan Finnish National Institute for Health and Welfare.
Dalam studi terhadap orang kembar yang berskala luas, para peneliti Finlandia mengikuti status kesehatan 12.500 pasangan kembar dewasa selama 1990 sampai 2009, demikian laporan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa.
Sebanyak 20 persen peserta menderita gejala kurang tidur, termasuk kesulitan untuk mulai tidur, terbangun pada larut malam dan tidur yang tidak mengembalikan stamina tubuh.
Studi itu mendapati dibandingkan dengan orang kembali yang tidak identik, orang kembar identik lebih mungkin untuk menderita gejala insomnia yang sama.
Temuan tersebut menunjukkan faktor genetika memainkan peran dalam pembentukan insomnia.
Selain itu, para peserta tersebut dibagi jadi tiga kelompok, menurut kualitas tidur mereka. Di antara semua peserta, 48 persen adalah orang yang tidur dengan baik, 40 persen tidur rata-rata dan 12 persen orang yang tidur dengan buruk. Hasil penelitian itu memperlihatkan gejala yang berkaitan dengan insomnia mungkin meningkatkan risiko kematian.
Sementara itu dibandingkan dengan orang yang tidur dengan baik, tujuh persen perempuan dan 22 persen lelaki yang tidur rata lebih mungkin untuk meninggal lebih cepat; dan orang tidur dengan buruk 1,5 kali lebih mungkin untuk meninggal lebih cepat.
Menurut para peneliti tersebut, kekurangan tidur adalah masalah kesehatan umum di kalangan kelompok usia kerja. Kekurangan tidur kronis meningkatkan risiko banyak kecelakaan dan penyakit, sehingga memperlemah kualitas hidup orang dan kemampuan untuk bekerja secara layak.
Para ahli tersebut menyatakan penderita insomnia mesti berusaha memperoleh perawatan medis tepat pada waktunya, dan pasien insomnia kronis mesti dirawat dengan cara lebih baik dengan terapi tanpa obat.
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Kamis, 07 Juli 2011
Ikatan Guru Indonesia: Tolak Pemotongan Gaji Guru
Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Satria Dharma meminta seluruh pengurus wilayah dan daerah di seluruh Indonesia berkirim surat ke Pemda setempat untuk melawan dan menolak pemotongan gaji guru.
"Pemerintah harus bertanggung jawab untuk menghentikan pemotongan gaji guru. Pemotongan gaji itu sewenang-wenang. Pemerintah tak boleh membiarkan kesewenang-wenangan ini," tegas Satria Dharma di Jakarta, Selasa (5 Juli 2011).
Pemotongan gaji guru terjadi hampir di sejumlah wilayah, seperti di Jawa Timur dan di Sulawesi Selatan. Modusnya, gaji guru langsung dipotong, sebelum diterima oleh guru. Alasan pemotongan dilakukan bermacam-macam, salah satunya untuk membangun gedung organisasi pekerja guru.
Menurutnya, gaji guru itu hak guru. Pemerintah apalagi nonpemerintah tidak berhak memotong seenaknya. Jika itu dilakukan, menurut Satria, itu bentuk kesewenang-wenangan yang tidak bisa dibiarkan.
"Biarkan gaji guru menjadi hak guru dan dinikmati guru. Jika memang guru ingin menyumbang atau memberi bantuan, biarkan hak itu diterima oleh guru terlebih dulu. Jangan main potong sembarangan," tandasnya.
Pemerintah atau siapapun yang memotong seenaknya gaji guru, kata Satria, harus bertanggung jawab di depan hukum. "Tidak boleh ada pemotongan, sekecil apapun pemotongan itu, tanpa ijin dan kerelaan guru. Jika ini berindikasi korupsi, maka pemerintah akan berhadapan dengan KPK. Kita perlu menghargai hak guru dan menegakkan supremasi hukum," tuturnya.
Menurut informasi yang diperolehnya, saat ini banyak guru yang mendapat intimidasi. Itu sebabnya, pemerintah juga diminta Satria mengawasi upaya intimidasi terhadap guru seperti menahan sertifikasi, memutasi guru, dan lainnya.
"Kami menerima pengaduan dari beberapa anggota kami yang menerima intimidasi. Kami berharap agar tindakan intimidasi pada guru dihentikan. Kami juga mengajak guru untuk tidak diam saja menghadapi penindasan dari mana pun. Kita akan digilas oleh kezaliman kalau kita tetap membiarkan kezaliman menguasai kita," tegas Satria. mnh/ha
"Pemerintah harus bertanggung jawab untuk menghentikan pemotongan gaji guru. Pemotongan gaji itu sewenang-wenang. Pemerintah tak boleh membiarkan kesewenang-wenangan ini," tegas Satria Dharma di Jakarta, Selasa (5 Juli 2011).
Pemotongan gaji guru terjadi hampir di sejumlah wilayah, seperti di Jawa Timur dan di Sulawesi Selatan. Modusnya, gaji guru langsung dipotong, sebelum diterima oleh guru. Alasan pemotongan dilakukan bermacam-macam, salah satunya untuk membangun gedung organisasi pekerja guru.
Menurutnya, gaji guru itu hak guru. Pemerintah apalagi nonpemerintah tidak berhak memotong seenaknya. Jika itu dilakukan, menurut Satria, itu bentuk kesewenang-wenangan yang tidak bisa dibiarkan.
"Biarkan gaji guru menjadi hak guru dan dinikmati guru. Jika memang guru ingin menyumbang atau memberi bantuan, biarkan hak itu diterima oleh guru terlebih dulu. Jangan main potong sembarangan," tandasnya.
Pemerintah atau siapapun yang memotong seenaknya gaji guru, kata Satria, harus bertanggung jawab di depan hukum. "Tidak boleh ada pemotongan, sekecil apapun pemotongan itu, tanpa ijin dan kerelaan guru. Jika ini berindikasi korupsi, maka pemerintah akan berhadapan dengan KPK. Kita perlu menghargai hak guru dan menegakkan supremasi hukum," tuturnya.
Menurut informasi yang diperolehnya, saat ini banyak guru yang mendapat intimidasi. Itu sebabnya, pemerintah juga diminta Satria mengawasi upaya intimidasi terhadap guru seperti menahan sertifikasi, memutasi guru, dan lainnya.
"Kami menerima pengaduan dari beberapa anggota kami yang menerima intimidasi. Kami berharap agar tindakan intimidasi pada guru dihentikan. Kami juga mengajak guru untuk tidak diam saja menghadapi penindasan dari mana pun. Kita akan digilas oleh kezaliman kalau kita tetap membiarkan kezaliman menguasai kita," tegas Satria. mnh/ha
Selasa, 31 Mei 2011
Penelitian RSBI : Bahasa Inggris Bisa “Hambat” Kemajuan
Dalam penguasaan mata pelajaran Matematika, anak-anak Korea Selatan
berada di peringkat pertama dari 57 negara, sedangkan Indonesia berada
di urutan ke-49. Di bidang sains, anak-anak Indonesia menduduki
peringkat ke-50 dari 57 negara, namun anak-anak Korea Selatan bertengger
di posisi ke-7.
Demikian data itu terungkap dalam penelitian Hywel Coleman, peneliti
senior bidang pendidikan keguruan di University of Leeds, Inggris,
selama kurun waktu 2009-2010. Hasil penelitian yang telah dibukukan dan
diterbitkan oleh British Council Asia Tenggara berjudul Teaching Other
Subjects through English in Two Asian Nations: Teacher’s Response to
Globalisation ini sangat relevan dengan polemik yang mengiringi
perjalanan sekolah-sekolah negeri di Indonesia yang berstatus rintisan
sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah berstandar
internasional (SBI).
“Angka ini pasti mengecewakan, padahal
selama ini di Indonesia belajar dengan menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar. Nah, kalau anak Indonesia dipaksa belajar
dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya, dapat
dipastikan akan lebih mengecewakan lagi,” ujar Hywel dalam
penelitiannya.
Menurutnya, hampir di semua negara dengan tingkat perekonomian yang
kuat di dunia, pembelajaran bagi para siswa menggunakan bahasa ibunya
sebagai bahasa pengantar, semisal bahas Jerman, Inggris, Jepang, Korea
Selatan, dan lain-lainnya. Sebaliknya, di negara-negara miskin dan
berkembang memakai atau mulai memakai bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar di sekolah seperti Afrika, Pakistan, Indonesia dan sebagainya.
“Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa penggunaan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar, terutama tingkat SD, tidak membantu suatu
negara untuk menjadi maju, tetapi malah bisa menghambat,” ujarnya.
TERKAIT:
“Bahaya” di Balik Bahasa Pengantar Makna “Internasional” Terlalu SempitPenggunaan Dana RSBI Kurang TransparanICW: RSBI Itu Cuma Proyek Pemerintah!Rintisan SBI Jangan Sekedar Label, Apalagi ProyekSBI-SBI itu agar Ditertibkan…. Pengelolaan RSBI Segera Diambilalih Provinsi Sori, Laptopnya untuk Guru-guru SBI/RSBI Dulu Ya…Banyak Guru Belum Menjadi “Role Model” SBI
berada di peringkat pertama dari 57 negara, sedangkan Indonesia berada
di urutan ke-49. Di bidang sains, anak-anak Indonesia menduduki
peringkat ke-50 dari 57 negara, namun anak-anak Korea Selatan bertengger
di posisi ke-7.
Demikian data itu terungkap dalam penelitian Hywel Coleman, peneliti
senior bidang pendidikan keguruan di University of Leeds, Inggris,
selama kurun waktu 2009-2010. Hasil penelitian yang telah dibukukan dan
diterbitkan oleh British Council Asia Tenggara berjudul Teaching Other
Subjects through English in Two Asian Nations: Teacher’s Response to
Globalisation ini sangat relevan dengan polemik yang mengiringi
perjalanan sekolah-sekolah negeri di Indonesia yang berstatus rintisan
sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah berstandar
internasional (SBI).
“Angka ini pasti mengecewakan, padahal
selama ini di Indonesia belajar dengan menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar. Nah, kalau anak Indonesia dipaksa belajar
dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya, dapat
dipastikan akan lebih mengecewakan lagi,” ujar Hywel dalam
penelitiannya.
Menurutnya, hampir di semua negara dengan tingkat perekonomian yang
kuat di dunia, pembelajaran bagi para siswa menggunakan bahasa ibunya
sebagai bahasa pengantar, semisal bahas Jerman, Inggris, Jepang, Korea
Selatan, dan lain-lainnya. Sebaliknya, di negara-negara miskin dan
berkembang memakai atau mulai memakai bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar di sekolah seperti Afrika, Pakistan, Indonesia dan sebagainya.
“Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa penggunaan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar, terutama tingkat SD, tidak membantu suatu
negara untuk menjadi maju, tetapi malah bisa menghambat,” ujarnya.
TERKAIT:
“Bahaya” di Balik Bahasa Pengantar Makna “Internasional” Terlalu SempitPenggunaan Dana RSBI Kurang TransparanICW: RSBI Itu Cuma Proyek Pemerintah!Rintisan SBI Jangan Sekedar Label, Apalagi ProyekSBI-SBI itu agar Ditertibkan…. Pengelolaan RSBI Segera Diambilalih Provinsi Sori, Laptopnya untuk Guru-guru SBI/RSBI Dulu Ya…Banyak Guru Belum Menjadi “Role Model” SBI
Buku Standar-Standar Minimum untuk Pendidikan Diluncurkan
Buku “Standar-Standar Minimum untuk Pendidikan: Kesiapsiagaan,
Respon, Pemulihan” diluncurkan secara resmi pada Senin (30/5)
siang ini di Function room, Gedung Gramedia Matraman Lt. 2,
Jakarta Timur. Buku ini diterbitkan oleh The Inter-Agency
Network for Education in Emergencies (INEE) dan
diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) dengan didukung
oleh Plan Indonesia. Dalam acara ini diperkaya dengan paparan
narasumber Vanda Lengkong (Plan Indonesia), Catur Sudiro (MPBI)
dan Sudibyo Markus (Pengurus Pusat Muhammadiyah) serta
dimoderatori oleh Barry Aditya (Wakil Sekjen MPBI). Acara yang
didukung oleh MPBI, Plan Indonesia dan Toko Buku Gramedia ini
dihadiri lebih dari 50 orang peserta.
Manajer Pengurangan Risiko
Bencana Plan Indonesia, Vanda Lengkong dalam kata sambutannya
mengatakan, “Pada hari ini buku ‘Standar-Standar Minimum untuk
Pendidikan: Kesiapsiagaan, Respon, Pemulihan’ ini diluncurkan
setelah tiga empat proses penerjemahan. Mengapa Plan Indonesia
mendukung penerbitan versi bahasa Indonesia buku ini? Karena
kepedulian Plan Indonesia terhadap pendidikan dan penerapan
standar-standar yang dapat digunakan di Indonesia. Respon-respon
bencana terkait pendidikan bisa dipertanggungjawabkan dan
mempunyai akuntabilitas yang tinggi.”
Presidium MPBI, Suratman menyampaikan,
“Standar berlaku dimana pun dan kapan pun. Buku ini dapat
digunakan sebagai instrumen untuk melihat kondisi penanggulangan
bencana di tanah air. Merubah pola pikir dan budaya tidaklah
gampang, tapi perlu kerja-kerja jangka panjang dan melibatkan
berbagai pihak yang berkepentingan. Untuk itu pentingnya sektor
pendidikan sehingga dapat menjadi arus utama untuk mencerdaskan
masyarakat.”
Buku “Standar-Standar Minimum untuk Pendidikan: Kesiapsiagaan,
Respon, Pemulihan” ini adalah versi pembaruan tahun 2010. Versi
terdahulu adalah terjemahan tahun 2004 yang didukung oleh UNESCO.
Buku ini merupakan komitmen INEE sebagai sebuah jaringan global
untuk memastikan hak atas pendidikan yang berkualitas dan lingkungan
belajar yang aman dalam situasi darurat dan pemulihan pasca
bencana/krisis. --- dp ---
Respon, Pemulihan” diluncurkan secara resmi pada Senin (30/5)
siang ini di Function room, Gedung Gramedia Matraman Lt. 2,
Jakarta Timur. Buku ini diterbitkan oleh The Inter-Agency
Network for Education in Emergencies (INEE) dan
diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) dengan didukung
oleh Plan Indonesia. Dalam acara ini diperkaya dengan paparan
narasumber Vanda Lengkong (Plan Indonesia), Catur Sudiro (MPBI)
dan Sudibyo Markus (Pengurus Pusat Muhammadiyah) serta
dimoderatori oleh Barry Aditya (Wakil Sekjen MPBI). Acara yang
didukung oleh MPBI, Plan Indonesia dan Toko Buku Gramedia ini
dihadiri lebih dari 50 orang peserta.
Manajer Pengurangan Risiko
Bencana Plan Indonesia, Vanda Lengkong dalam kata sambutannya
mengatakan, “Pada hari ini buku ‘Standar-Standar Minimum untuk
Pendidikan: Kesiapsiagaan, Respon, Pemulihan’ ini diluncurkan
setelah tiga empat proses penerjemahan. Mengapa Plan Indonesia
mendukung penerbitan versi bahasa Indonesia buku ini? Karena
kepedulian Plan Indonesia terhadap pendidikan dan penerapan
standar-standar yang dapat digunakan di Indonesia. Respon-respon
bencana terkait pendidikan bisa dipertanggungjawabkan dan
mempunyai akuntabilitas yang tinggi.”
Presidium MPBI, Suratman menyampaikan,
“Standar berlaku dimana pun dan kapan pun. Buku ini dapat
digunakan sebagai instrumen untuk melihat kondisi penanggulangan
bencana di tanah air. Merubah pola pikir dan budaya tidaklah
gampang, tapi perlu kerja-kerja jangka panjang dan melibatkan
berbagai pihak yang berkepentingan. Untuk itu pentingnya sektor
pendidikan sehingga dapat menjadi arus utama untuk mencerdaskan
masyarakat.”
Buku “Standar-Standar Minimum untuk Pendidikan: Kesiapsiagaan,
Respon, Pemulihan” ini adalah versi pembaruan tahun 2010. Versi
terdahulu adalah terjemahan tahun 2004 yang didukung oleh UNESCO.
Buku ini merupakan komitmen INEE sebagai sebuah jaringan global
untuk memastikan hak atas pendidikan yang berkualitas dan lingkungan
belajar yang aman dalam situasi darurat dan pemulihan pasca
bencana/krisis. --- dp ---
Senin, 16 Mei 2011
Soal Terbukti Bocor, 8 SMA UN Ulang
JAKARTA – Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan mengulang kembali Ujian Nasional (UN) SMA di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo karena terbukti adanya kebocoran soal.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur Ramli mengatakan, ada delapan sekolah dengan total siswa sebanyak 345 siswa yang akan mengikuti ujian ulang pada Kamis (28/4) nanti. Delapan sekolah tersebut yakni SMAN 1 Paguat dengan 45 siswa akan ikut ujian ulang.
Selanjutnya, SMA 1 Marisa (100 siswa), SMA 1 Randangan (38 siswa), SMAN 1 Lemito (29 siswa), SMAN 1 Popayato (69 siswa), SMAN 1 Bunturia (18 siswa). Mansyur melanjutkan, ada jugua 24 siswa yang terbukti bersalah yakni di MAN Al Ikhlas Paguat dan di MA Al Khaerat 22 orang. “Total yang akan mengikuti ujian ulangan yakni 345 siswa pada pekan ini,” katanya di Gedung Kemendiknas, Senin (25/4/2011).
Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) M Aman Wirakartakusumah menambahkan, ujian ulangan ini berdasarkan kesepakatan rapat bersama Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) Kemendiknas yang meneliti soal bocor tersebut beserta seluruh kepala sekolah yang terlibat. Ujian susulan akan dilakukan dengan paket soal yang berbeda pada UN utama lalu. Puspendik akan mengirimkan soal langsung ke daerah sehari sebelum ujian susulan dimulai.
Aman menjelaskan, kebocoran soal yang terjadi di Gorontalo dilaporkan langsung oleh pihak sekolah. “Selama ini pengaduan yang masuk ada dari pengawas dan masyarakat,” jelasnya.
(Neneng Zubaidah/Koran SI) (rhs)
Mohammad Ihsan
Sekjen Ikatan Guru Indonesia
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur Ramli mengatakan, ada delapan sekolah dengan total siswa sebanyak 345 siswa yang akan mengikuti ujian ulang pada Kamis (28/4) nanti. Delapan sekolah tersebut yakni SMAN 1 Paguat dengan 45 siswa akan ikut ujian ulang.
Selanjutnya, SMA 1 Marisa (100 siswa), SMA 1 Randangan (38 siswa), SMAN 1 Lemito (29 siswa), SMAN 1 Popayato (69 siswa), SMAN 1 Bunturia (18 siswa). Mansyur melanjutkan, ada jugua 24 siswa yang terbukti bersalah yakni di MAN Al Ikhlas Paguat dan di MA Al Khaerat 22 orang. “Total yang akan mengikuti ujian ulangan yakni 345 siswa pada pekan ini,” katanya di Gedung Kemendiknas, Senin (25/4/2011).
Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) M Aman Wirakartakusumah menambahkan, ujian ulangan ini berdasarkan kesepakatan rapat bersama Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) Kemendiknas yang meneliti soal bocor tersebut beserta seluruh kepala sekolah yang terlibat. Ujian susulan akan dilakukan dengan paket soal yang berbeda pada UN utama lalu. Puspendik akan mengirimkan soal langsung ke daerah sehari sebelum ujian susulan dimulai.
Aman menjelaskan, kebocoran soal yang terjadi di Gorontalo dilaporkan langsung oleh pihak sekolah. “Selama ini pengaduan yang masuk ada dari pengawas dan masyarakat,” jelasnya.
(Neneng Zubaidah/Koran SI) (rhs)
Mohammad Ihsan
Sekjen Ikatan Guru Indonesia
Minggu, 15 Mei 2011
UN Diulang untuk Isolasi Virus Kebocora
Penulis : Arif Hulwan
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) menegaskan,
pengulangan Ujian Nasional (UN) mata pelajaran fisika bagi seluruh siswa SMA
peserta UN di Kabupaten Pahuwato, Gorontalo, mesti dilakukan. Meskipun belum
terbukti semua siswa menjiplak bocoran hasil ujian, namun pengulangan itu
tetap dilakukan untuk mengisolasi virus kebocoran UN.
"Siapa yang bisa memastikan (bocoran) ini tidak lari ke mana-mana? Ini salah
satu risiko, ini kita ambil dari segi paling aman, ini kan virus makanya
diulang di semua wilayah. Dengan begini masyarakat bisa berikan "hukuman"
kepada si oknum, sekaligus juga untuk mengisolasi itu tidak bocor ke
mana-mana," ujarnya saat ditemui usai acara The 8th Senior Officials
Commitee for ASEAN Social Cultural Community (SOCA), di Jakarta, Selasa
(26/4).
Sebelumnya diberitakan 345 siswa dari 8 sekolah diharuskan mengulang UN mata
pelajaran fisika akibat ditemukan kebocoran soal di SMAN I Paguat,
Gorontalo. Pengulangan ini dilakukan karena terbukti yang berinisiatif
melakukan kecurangan adalah kepala sekolah, bukan siswa.
Nuh mengakui, kebocoran soal itu merupakan salah satu bentuk gangguan UN
yang sudah diantisipasi pihaknya. Pengulangan UN pun, sambungnya, merupakan
bentuk antisipasi untuk memberikan efek jera dan agar kejadian serupa tidak
terulang. (*/OL-8)
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) menegaskan,
pengulangan Ujian Nasional (UN) mata pelajaran fisika bagi seluruh siswa SMA
peserta UN di Kabupaten Pahuwato, Gorontalo, mesti dilakukan. Meskipun belum
terbukti semua siswa menjiplak bocoran hasil ujian, namun pengulangan itu
tetap dilakukan untuk mengisolasi virus kebocoran UN.
"Siapa yang bisa memastikan (bocoran) ini tidak lari ke mana-mana? Ini salah
satu risiko, ini kita ambil dari segi paling aman, ini kan virus makanya
diulang di semua wilayah. Dengan begini masyarakat bisa berikan "hukuman"
kepada si oknum, sekaligus juga untuk mengisolasi itu tidak bocor ke
mana-mana," ujarnya saat ditemui usai acara The 8th Senior Officials
Commitee for ASEAN Social Cultural Community (SOCA), di Jakarta, Selasa
(26/4).
Sebelumnya diberitakan 345 siswa dari 8 sekolah diharuskan mengulang UN mata
pelajaran fisika akibat ditemukan kebocoran soal di SMAN I Paguat,
Gorontalo. Pengulangan ini dilakukan karena terbukti yang berinisiatif
melakukan kecurangan adalah kepala sekolah, bukan siswa.
Nuh mengakui, kebocoran soal itu merupakan salah satu bentuk gangguan UN
yang sudah diantisipasi pihaknya. Pengulangan UN pun, sambungnya, merupakan
bentuk antisipasi untuk memberikan efek jera dan agar kejadian serupa tidak
terulang. (*/OL-8)
Siswa tak mampu berhak sekolah unggul
BANDA ACEH - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengharapkan manajemen sekolah
unggul agar mengutamakan siswa dari keluarga kurang mampu yang berprestasi.
"Saya berharap sekolah unggul itu tidak hanya dinikmati anak cerdas dari
kalangan orang berada, tapi beri juga kesempatan kepada siswa dari keluarga
kurang mampu yang berprastasi," katanya di Kota Subulussalam, Selasa.
Saat meresmikan operasional SMU Unggul Subulussalam, gubernur melalui staf
Humas Pemprov Aceh Almuniza, juga mengharapkan sekolah unggul di Aceh
khususnya di Subulussalam harus memiliki model manajemen yang melibatkan
partisipasi semua stakeholder sekolah.
"Selain itu manajemen sekolah unggul juga harus memiliki kepemimpinan dan
budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan kepada siswa, dan
menghargai prestasi setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing,"
katanya.
SMU Unggul Kota Subulussalam diharapkan agar menjadi simbol bangkitnya
semangat pendidikan anak-anak Aceh dari daerah ini dan sekitarnya.
"Percayalah kami memiliki banyak program terkait pembangunan pendidikan
Aceh, antara lain melalui beasiswa dalam dan luar negeri," kata Irwandi
Yusuf.
"Saya berharap di masa mendatang sekolah unggul ini menjadi saksi sejarah
lahirnya intelektual muda yang mengharumkan Aceh di kancah nasional dan
internasional," katanya menambahkan.
Menurutnya, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan upaya
kesejahteraan masyarakat yakni dengan mempersiapkan sumber daya manusia
(SDM) yang handal.
"Artinya, kalau kita ingin rakyat Aceh sejahtera maka kualitas pendidikan
mutlak harus ditingkatkan. Lahirnya masyarakat terdidik pasti kita akan
menjadi manusia kreatif, punya keahlian, mampu menyelesaikan masalah, dan
menjadi orang yang berbudi dan bisa menjaga diri," katanya.
Gubernur mencontohkan, masyarakat Jepang, Jerman dan beberapa negara
lainnya, bisa bangkit pascaperang menjadi bangsa besar dan masyarakatnya
sejahtera karena mereka membangun kembali lewat peningkatan kualitas
pendidikan.
Negara-negara itu tidak punya sumber daya alam yang cukup, tetapi karena
manusianya adalah orang-orang cerdas, sehingga mereka bisa menjadikan
negaranya sebagai negara industri kaya.
Sebaliknya, negara-negara yang punya sumber daya alam yang besar justru
tunduk dan bergantung kepada mereka, kata Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.
Editor: PRAWIRA SETIABUDI
unggul agar mengutamakan siswa dari keluarga kurang mampu yang berprestasi.
"Saya berharap sekolah unggul itu tidak hanya dinikmati anak cerdas dari
kalangan orang berada, tapi beri juga kesempatan kepada siswa dari keluarga
kurang mampu yang berprastasi," katanya di Kota Subulussalam, Selasa.
Saat meresmikan operasional SMU Unggul Subulussalam, gubernur melalui staf
Humas Pemprov Aceh Almuniza, juga mengharapkan sekolah unggul di Aceh
khususnya di Subulussalam harus memiliki model manajemen yang melibatkan
partisipasi semua stakeholder sekolah.
"Selain itu manajemen sekolah unggul juga harus memiliki kepemimpinan dan
budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan kepada siswa, dan
menghargai prestasi setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing,"
katanya.
SMU Unggul Kota Subulussalam diharapkan agar menjadi simbol bangkitnya
semangat pendidikan anak-anak Aceh dari daerah ini dan sekitarnya.
"Percayalah kami memiliki banyak program terkait pembangunan pendidikan
Aceh, antara lain melalui beasiswa dalam dan luar negeri," kata Irwandi
Yusuf.
"Saya berharap di masa mendatang sekolah unggul ini menjadi saksi sejarah
lahirnya intelektual muda yang mengharumkan Aceh di kancah nasional dan
internasional," katanya menambahkan.
Menurutnya, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan upaya
kesejahteraan masyarakat yakni dengan mempersiapkan sumber daya manusia
(SDM) yang handal.
"Artinya, kalau kita ingin rakyat Aceh sejahtera maka kualitas pendidikan
mutlak harus ditingkatkan. Lahirnya masyarakat terdidik pasti kita akan
menjadi manusia kreatif, punya keahlian, mampu menyelesaikan masalah, dan
menjadi orang yang berbudi dan bisa menjaga diri," katanya.
Gubernur mencontohkan, masyarakat Jepang, Jerman dan beberapa negara
lainnya, bisa bangkit pascaperang menjadi bangsa besar dan masyarakatnya
sejahtera karena mereka membangun kembali lewat peningkatan kualitas
pendidikan.
Negara-negara itu tidak punya sumber daya alam yang cukup, tetapi karena
manusianya adalah orang-orang cerdas, sehingga mereka bisa menjadikan
negaranya sebagai negara industri kaya.
Sebaliknya, negara-negara yang punya sumber daya alam yang besar justru
tunduk dan bergantung kepada mereka, kata Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.
Editor: PRAWIRA SETIABUDI
Gunakan Kurikulum Berbasis Sekolah
MEDAN- SMP Negeri 28 Medan memiliki visi mewujudkan atau menghasilkan
lulusan yang berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta
iman dan taqwa (Imtaq).
Kepala SMP Negeri 28 Medan, Horas Pohan SPd didampingi Wakil Bidang
Kesiswaan Wiwik Widayanti SPd mengatakan, untuk mewujudkan visi tersebut
pihaknya menerapkan beberapa indikator yang berfungsi untuk menginformasikan
visi yang telah tercapai.
“Indikator ini terdiri dari capaian prestasi di bidang keagamaan, akademik,
teknologi, seni budaya bangsa, karya tulis ilmiah dan olahraga. Jadi setiap
bidang ini memiliki syarat untuk mencapai prestasi dan subjeknya adalah
siswa,” ungkapnya, Selasa (5/4).
Sementara itu, misi SMP Negeri 28 Medan satu diantaranya adalah penerapan
kurikulum berbasis sekolah. “Jadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
disusun berdasar silabus yang telah diatur dalam Permendiknas No 23 Tahun
2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL). Nah, kurikulum ini juga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di setiap satuan pendidikan untuk
mencapai SKL tadi,” tutur Horas.
Saat ini SMP Negeri 28 Medan juga sedang mempersiapkan siswa kelas akhirnya
untuk menghadapi Ujian Nasional (UN). Pihak sekolah memberikan les tambahan
kepada siswa. “Les ini adalah gratis, dan kami juga menyarankan para siswa
untuk mengikuti bimbingan belajar di luar,” papar Horas.
Tak hanya itu, lanjutnya, pihaknya juga memandu para siswa kelas akhir ini
untuk melakukan belajar kelompok di kelas maupun di rumah.
Selain itu, menurut Horas, dalam proses pembelajaran, mereka juga telah
menerapkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah
tersebut. “Walau persentasenya masih kecil, para guru sudah ada yang
menggunakan laptop dan infokus dalam menyampaikan materi pembelajaran di
kelas. Dan kami akan terus mendukung pencapaian guru dalam mengajar
menggunakan TIK di sini,” tegasnya.
Saat ini, SMP Negeri 28 Medan memiliki jumlah siswa 833 orang yang diasuh
oleh 60 orang guru yang kesemuanya telah sarjana dan seorang diantaranya
sudah S-2 dan seorang diantaranya pula sedang menjalani studi S-2.(saz)
lulusan yang berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta
iman dan taqwa (Imtaq).
Kepala SMP Negeri 28 Medan, Horas Pohan SPd didampingi Wakil Bidang
Kesiswaan Wiwik Widayanti SPd mengatakan, untuk mewujudkan visi tersebut
pihaknya menerapkan beberapa indikator yang berfungsi untuk menginformasikan
visi yang telah tercapai.
“Indikator ini terdiri dari capaian prestasi di bidang keagamaan, akademik,
teknologi, seni budaya bangsa, karya tulis ilmiah dan olahraga. Jadi setiap
bidang ini memiliki syarat untuk mencapai prestasi dan subjeknya adalah
siswa,” ungkapnya, Selasa (5/4).
Sementara itu, misi SMP Negeri 28 Medan satu diantaranya adalah penerapan
kurikulum berbasis sekolah. “Jadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
disusun berdasar silabus yang telah diatur dalam Permendiknas No 23 Tahun
2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL). Nah, kurikulum ini juga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di setiap satuan pendidikan untuk
mencapai SKL tadi,” tutur Horas.
Saat ini SMP Negeri 28 Medan juga sedang mempersiapkan siswa kelas akhirnya
untuk menghadapi Ujian Nasional (UN). Pihak sekolah memberikan les tambahan
kepada siswa. “Les ini adalah gratis, dan kami juga menyarankan para siswa
untuk mengikuti bimbingan belajar di luar,” papar Horas.
Tak hanya itu, lanjutnya, pihaknya juga memandu para siswa kelas akhir ini
untuk melakukan belajar kelompok di kelas maupun di rumah.
Selain itu, menurut Horas, dalam proses pembelajaran, mereka juga telah
menerapkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah
tersebut. “Walau persentasenya masih kecil, para guru sudah ada yang
menggunakan laptop dan infokus dalam menyampaikan materi pembelajaran di
kelas. Dan kami akan terus mendukung pencapaian guru dalam mengajar
menggunakan TIK di sini,” tegasnya.
Saat ini, SMP Negeri 28 Medan memiliki jumlah siswa 833 orang yang diasuh
oleh 60 orang guru yang kesemuanya telah sarjana dan seorang diantaranya
sudah S-2 dan seorang diantaranya pula sedang menjalani studi S-2.(saz)
Pandan College Keluarkan Beasiswa 20,000 yen
Sekolah bahasa Jepang Pandan College yang baru empat tahun berdiri kini mengeluarkan Beasiswa 20.000 yen per bulan bagi warga Negara Indonesia khususnya yang ingin belajar bahasa Jepang di Jepang. Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak lagi generasi muda Indonesia dapat mengenal Jepang lebih dekat lagi dan semakin mengakrabkan hubungan Jepang dan Indonesia ini.
�gJangan melihat jumlah beasiswa yang tidak seberapa itu tetapi keinginan kami agar generasi muda Indonesia dapat belajar dan mengenal lebih dekat lagi negeri Sakura ini terlebih saat ini yang sedang baru saja tertimpa gempa bumi, tsunami dan malapetaka ketiga, meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir di tempat bencana alam tersebut. Semua ini jelas membuat sedit masyarakat Jepang. Tetapi apabila hadir masyarakat Indonesia ke sana dan mudah-mudahan bis adan mau membantu meringankan mereka, tentu dengan penguasaan bahasa Jepang terlebih dulu, tentu hubungan kedua Negara akan terasa jauh lebih indah lagi, bukan?�h papar Richard Susilo Komisaris Pandan College.
Beasiswa ini hanya bagi warga Negara Indonesia, remaja berusia (lulus) SMA sampai dengan perguruan tinggi, telah ada kepastian diterima di sekolah di Jepang, sehingga uang 20.000 yen dapat langsung ditransfer ke rekening bank mereka di Jepang. Tidak diberikan dalam bentuk rupiah dan tidak diberikan di Indonesia.
Beasiswa yang diberi nama Beasiswa PC20000 ini diberikan tanpa batas waktu, �gYang penting ada keinginan untuk belajar yang tinggi di Jepang, khususnya belajar bahasa Jepang, dan lulus ujian seleksi yang dilakukan Pandan College, baik lisan tertulis dan wawancara.�h
Beasiswa ini hanya 20.000 yen per bulan diberikan selama satu tahun dan tidak ada uang lain lagi. Misalnya uang tiket pesawat, uang asuransi, dan sebagainya tidak diberikan. Tidak ada batasan berapa jumlah orang yang dapat menerima beasiswa ini.
Sekolah bahasa Jepang Pandan College memang khusus untuk memberikan pendidikan bahasa Jepang kepada orang Indonesia dan memberikan pengajaran bahasa Indonesia kepada orang Jepang. Jaringan sekolah sebagai rekanannya melebihi 40 sekolah di Jepang termasuk tiga universitas besar swasta yang ada di Jepang seperti Takushoku University, Kansai University dan Kibi International University.
Selain kerjasama yang sangat baik dengan banyak sekolah di Jepang, Pandan College yang memiliki kantor pusat di Jepang juga menjalankan system terintegrasi yang sangat lengkap. Maksudnya, siswa Indonesia yang belajar ke Jepang dibantu pengurusan Visa Pelajarnya, dijemput di bandara Narita Tokyo, diantar ke rumahnya yang telah dipersiapkan sebelumnya, diantar ke sekolahnya, dimonitor, sampai kembali lagi ke Indonesia.
�gDengan monitoring tersebut yang sangat lengkap diharapkan msiswa tidak akan mengalami Homesick, terbantu dalam kehidupan, komunikasi dengan orangtuanya juga berjalan dengan nyaman karena semuanya (ketiga pihak, yaitu penyelenggara, siswa, orangtua) adalah orang Indonesia. Sistem terintegrasi lengkap ini yang kami ahu saat ini hanya dilakukan oleh Pandan College saja karena kami pada hakekatnya bermarkas di Tokyo Jepang,�h tambahnya.
Informasi lengkap mengenai Beasiswa PC20000 ini silakan telepon 021-2727-2511 atau 0361-255-225.
�gJangan melihat jumlah beasiswa yang tidak seberapa itu tetapi keinginan kami agar generasi muda Indonesia dapat belajar dan mengenal lebih dekat lagi negeri Sakura ini terlebih saat ini yang sedang baru saja tertimpa gempa bumi, tsunami dan malapetaka ketiga, meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir di tempat bencana alam tersebut. Semua ini jelas membuat sedit masyarakat Jepang. Tetapi apabila hadir masyarakat Indonesia ke sana dan mudah-mudahan bis adan mau membantu meringankan mereka, tentu dengan penguasaan bahasa Jepang terlebih dulu, tentu hubungan kedua Negara akan terasa jauh lebih indah lagi, bukan?�h papar Richard Susilo Komisaris Pandan College.
Beasiswa ini hanya bagi warga Negara Indonesia, remaja berusia (lulus) SMA sampai dengan perguruan tinggi, telah ada kepastian diterima di sekolah di Jepang, sehingga uang 20.000 yen dapat langsung ditransfer ke rekening bank mereka di Jepang. Tidak diberikan dalam bentuk rupiah dan tidak diberikan di Indonesia.
Beasiswa yang diberi nama Beasiswa PC20000 ini diberikan tanpa batas waktu, �gYang penting ada keinginan untuk belajar yang tinggi di Jepang, khususnya belajar bahasa Jepang, dan lulus ujian seleksi yang dilakukan Pandan College, baik lisan tertulis dan wawancara.�h
Beasiswa ini hanya 20.000 yen per bulan diberikan selama satu tahun dan tidak ada uang lain lagi. Misalnya uang tiket pesawat, uang asuransi, dan sebagainya tidak diberikan. Tidak ada batasan berapa jumlah orang yang dapat menerima beasiswa ini.
Sekolah bahasa Jepang Pandan College memang khusus untuk memberikan pendidikan bahasa Jepang kepada orang Indonesia dan memberikan pengajaran bahasa Indonesia kepada orang Jepang. Jaringan sekolah sebagai rekanannya melebihi 40 sekolah di Jepang termasuk tiga universitas besar swasta yang ada di Jepang seperti Takushoku University, Kansai University dan Kibi International University.
Selain kerjasama yang sangat baik dengan banyak sekolah di Jepang, Pandan College yang memiliki kantor pusat di Jepang juga menjalankan system terintegrasi yang sangat lengkap. Maksudnya, siswa Indonesia yang belajar ke Jepang dibantu pengurusan Visa Pelajarnya, dijemput di bandara Narita Tokyo, diantar ke rumahnya yang telah dipersiapkan sebelumnya, diantar ke sekolahnya, dimonitor, sampai kembali lagi ke Indonesia.
�gDengan monitoring tersebut yang sangat lengkap diharapkan msiswa tidak akan mengalami Homesick, terbantu dalam kehidupan, komunikasi dengan orangtuanya juga berjalan dengan nyaman karena semuanya (ketiga pihak, yaitu penyelenggara, siswa, orangtua) adalah orang Indonesia. Sistem terintegrasi lengkap ini yang kami ahu saat ini hanya dilakukan oleh Pandan College saja karena kami pada hakekatnya bermarkas di Tokyo Jepang,�h tambahnya.
Informasi lengkap mengenai Beasiswa PC20000 ini silakan telepon 021-2727-2511 atau 0361-255-225.
Label:
berita,
Komunikasi,
Pendidikan,
sekolah
Kurikulum PKN SD Terlalu Berat
JAKARTA - Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mengakui kurikulum
Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) untuk siswa sekolah dasar (SD) terlalu
berat. Akibatnya, banyak orang tua murid yang mengeluhkan materi ajar untuk
anaknya.
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendiknas Diah Harianti
mengatakan, banyak desakan untuk segera merubah kurikulum PKN jenjang
pendidikan dasar, terutama SD. perubahan tersebut tidak mengubah mata
pelajaran yang dulunya bernama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) tersebut. Tapi lebih kepada penataan kurikulum.
"Kebijakan akan berlaku ke seluruh mata pelajaran. Kita akan konsentrasikan
kepada pendidikan jenjang SD karena banyak keluhan orang tua. Kita sudah
berusaha supaya materi tidak terlalu banyak. Tapi posisinya sekarang masih
terlalu banyak," tegas Diah di Jakarta, kemarin (12/5).
Menurutnya, materi di kurikulum akan dirampingkan, terutama jenjang SD.
beberapa pihak menilai konten yang diajarkan terlalu tinggi dibandingkan
kemampuan siswa.
"Misalnya antara buku dan kurikulumya. Di SD kelas 4 diajarkan tentang
kewarganegaraan. Juga diberikan materi tata negara seperti kelurahan,
kecamatan, dan DPR. Fungsi tugas itu menurut kita terlalu berat sehingga
akan ditata kembali. Mana yang betul-betul diperlukan untuk anak SD dan mana
yang tidak," papar Diah.
Diah memaparkan, sebetulnya materi ajar yang ada sekarang ini sudah bagus.
Ada 8 ruang lingkup mencakupi negara kesatuan republik indonesia (NKRI) dan
pancasila. Hanya saja, mata pelajaran pancasila dan kewarganegaraan adalah
jenis civic dan citizen education. Sehingga tidak hanya pancasila dan
ideologi saja. Tapi juga tentang civic education seperti tata negara dan hak
asasi manusia (HAM).
"Padahal tempatnya (jam pelajaran-red) hanya 2 jam di kelas 1 SD sampai 12
(3 SMP). Jadi mungkin orang melihat kenapa kemudian menjadi terlalu sedikit
dibandingkan dengan keperluan materi lain. Karena memang civic education
tidak hanya mengajarkan tentang pancasilan saja. Juga diajarkan tata
negara," ucapnya.
Untuk materi PKN di jenjang universitas, Diah menegaskan, pihaknya tidak
mengurusi masalah tersebut. Sudah ada badan khusus yang mengaturnya.
"Harusnya itu ke dikti (Ditjen Pendidikan Tinggi). Karena mereka memiliki
kewenangan sendiri. Kami dari Puskurbuk pengembangan lebih ke pendidikan
dasar dan menengah," jelasnya.
Terlalu beratnya materi dalam kurikulum, kata Diah, membuat Kemendiknas
berencana mengatur penuh 4 mata pelajaran, yaitu Agama, Bahasa Indonesia,
PKN, dan Matematika. Sebelumnya, pemerintah pusah hanya memberikan bantuan
teknis dan pengawasan kepada daerah dalam menyusun kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).
"Ini baru wacana saja yang harus melibatkan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Kita akan melakukan kajian dengan berbagai pihak. Kita
lihat ada beberapa hal saja yang ahrus diperbaiki akibat perkembangan di
masyarakat," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Anggota BSNP Djaali membenarkan bahwa akan ada revisi
kurikulum mapel PKN. Selama ini, untuk PKN telah mengalami perubahan
signifikan dengan menambahkan nilai-nilai pancasila dan undang undang dasar
(UUD) 1945. "Perubahan dilakukan karena konten standar isi dianggap terlalu
tinggi untuk siswa," tegas Djaali.
Menurut guru besar dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut, BSNP
sudah 2 kali melakukan rapat untuk membahas perubahan kurikulum PKN. Tidak
hanya mengurangi materi, pemerintah juga menambahkan materi tentang
pancasila dan UUD 1945 yang dianggap kurang.
"Standar isi merupakan kompetensi dasar sebagai acuan bagi sekolah untuk
membuat KTSP. KTSP ini memuat silabus, strategi pembelajaran dan materi
yang akan diajarkan. Standar isi adalah standar nasional yang berlaku di
semua sekolah. Hal itu sesuai dengan undang undang Sisdiknas," katanya.
Berdasarkan peraturan tersebut, lanjut Djaali, pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
"Perubahan standar isi PKN tidak akan mengubah nama mata pelajaran. BSNP
tidak punya kewenangan untuk mengubah nama mata pelajaran," ujarnya. (cdl)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) untuk siswa sekolah dasar (SD) terlalu
berat. Akibatnya, banyak orang tua murid yang mengeluhkan materi ajar untuk
anaknya.
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendiknas Diah Harianti
mengatakan, banyak desakan untuk segera merubah kurikulum PKN jenjang
pendidikan dasar, terutama SD. perubahan tersebut tidak mengubah mata
pelajaran yang dulunya bernama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) tersebut. Tapi lebih kepada penataan kurikulum.
"Kebijakan akan berlaku ke seluruh mata pelajaran. Kita akan konsentrasikan
kepada pendidikan jenjang SD karena banyak keluhan orang tua. Kita sudah
berusaha supaya materi tidak terlalu banyak. Tapi posisinya sekarang masih
terlalu banyak," tegas Diah di Jakarta, kemarin (12/5).
Menurutnya, materi di kurikulum akan dirampingkan, terutama jenjang SD.
beberapa pihak menilai konten yang diajarkan terlalu tinggi dibandingkan
kemampuan siswa.
"Misalnya antara buku dan kurikulumya. Di SD kelas 4 diajarkan tentang
kewarganegaraan. Juga diberikan materi tata negara seperti kelurahan,
kecamatan, dan DPR. Fungsi tugas itu menurut kita terlalu berat sehingga
akan ditata kembali. Mana yang betul-betul diperlukan untuk anak SD dan mana
yang tidak," papar Diah.
Diah memaparkan, sebetulnya materi ajar yang ada sekarang ini sudah bagus.
Ada 8 ruang lingkup mencakupi negara kesatuan republik indonesia (NKRI) dan
pancasila. Hanya saja, mata pelajaran pancasila dan kewarganegaraan adalah
jenis civic dan citizen education. Sehingga tidak hanya pancasila dan
ideologi saja. Tapi juga tentang civic education seperti tata negara dan hak
asasi manusia (HAM).
"Padahal tempatnya (jam pelajaran-red) hanya 2 jam di kelas 1 SD sampai 12
(3 SMP). Jadi mungkin orang melihat kenapa kemudian menjadi terlalu sedikit
dibandingkan dengan keperluan materi lain. Karena memang civic education
tidak hanya mengajarkan tentang pancasilan saja. Juga diajarkan tata
negara," ucapnya.
Untuk materi PKN di jenjang universitas, Diah menegaskan, pihaknya tidak
mengurusi masalah tersebut. Sudah ada badan khusus yang mengaturnya.
"Harusnya itu ke dikti (Ditjen Pendidikan Tinggi). Karena mereka memiliki
kewenangan sendiri. Kami dari Puskurbuk pengembangan lebih ke pendidikan
dasar dan menengah," jelasnya.
Terlalu beratnya materi dalam kurikulum, kata Diah, membuat Kemendiknas
berencana mengatur penuh 4 mata pelajaran, yaitu Agama, Bahasa Indonesia,
PKN, dan Matematika. Sebelumnya, pemerintah pusah hanya memberikan bantuan
teknis dan pengawasan kepada daerah dalam menyusun kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).
"Ini baru wacana saja yang harus melibatkan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Kita akan melakukan kajian dengan berbagai pihak. Kita
lihat ada beberapa hal saja yang ahrus diperbaiki akibat perkembangan di
masyarakat," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Anggota BSNP Djaali membenarkan bahwa akan ada revisi
kurikulum mapel PKN. Selama ini, untuk PKN telah mengalami perubahan
signifikan dengan menambahkan nilai-nilai pancasila dan undang undang dasar
(UUD) 1945. "Perubahan dilakukan karena konten standar isi dianggap terlalu
tinggi untuk siswa," tegas Djaali.
Menurut guru besar dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut, BSNP
sudah 2 kali melakukan rapat untuk membahas perubahan kurikulum PKN. Tidak
hanya mengurangi materi, pemerintah juga menambahkan materi tentang
pancasila dan UUD 1945 yang dianggap kurang.
"Standar isi merupakan kompetensi dasar sebagai acuan bagi sekolah untuk
membuat KTSP. KTSP ini memuat silabus, strategi pembelajaran dan materi
yang akan diajarkan. Standar isi adalah standar nasional yang berlaku di
semua sekolah. Hal itu sesuai dengan undang undang Sisdiknas," katanya.
Berdasarkan peraturan tersebut, lanjut Djaali, pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
"Perubahan standar isi PKN tidak akan mengubah nama mata pelajaran. BSNP
tidak punya kewenangan untuk mengubah nama mata pelajaran," ujarnya. (cdl)
Karena UN, Generasi Muda Kurang Toleran!
Oleh Sri Endang Susetiawati
Seorang teman bertanya kepada saya sebagai seorang guru, apa yang
menyebabkan para pelajar kita bersikap kurang toleran ? Saya jawab : Ujian
Nasional (UN) ! Sang teman sempat kaget. Mungkin, selama ini tak terpikirkan
sama sekali. Kok, bisa ya ? “Bisa !” jawab saya. Akar dari sikap toleran
adalah sikap yang menghargai adanya perbedaan pendapat atau pandangan. Sikap
intoleran, salah satunya terbentuk oleh kebiasaan seseorang yang berada
dalam keseragaman berpendapat.
UN adalah salah satu penyebab para pelajar kita bersikap kurang toleran.
Mengapa ? Karena, dalam UN siswa dibiasakan untuk menjawab secara seragam.
Dalam UN, siswa tidak dibiasakan memahami sebuah jawaban yang benar dari
banyak perspektif yang mungkin berbeda-beda. UN mengajarkan pada siswa
mengenai sebuah kebenaran tunggal. Kenapa bisa begitu ? Karena UN,
menggunakan jenis soal multiple choice, pilihan ganda. Jenis soal inilah,
yang amat mungkin diduga menyebabkan siswa menjadi tidak terbiasa untuk
berbeda pendapat.
Apa kaitannya, soal pilihan ganda dengan sikap intoleran yang cenderung
dimiliki oleh siswa ? Tentu, sangat berkaitan erat. Dari segi jenisnya
sebagai alat evaluasi tertulis berbentuk pilihan ganda, UN tidak saja kurang
mampu mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa secara lebih utuh,
tidak semata kemampuan yang bersifat kognitif. Namun, UN juga kian
mempertegas sebuah proses pembelajaran yang tidak membiasakan siswa untuk
berbeda pendapat, atau sekurangnya berbeda cara atau persepektif dalam
berpendapat.
*Gunakan Ujian Essay*
Bandingkan, misalnya jika evaluasi tertulis dalam bentuk Essay. Maka, siswa
akan belajar untuk menjawab soal berdasarkan cara dan persepektifnya
sendiri. Meskipun, substansi jawaban itu sama dengan siswa lainnya, namun
tetap akan ada nuansa perbedaan. Mengapa ? Karena, ada faktor sistem
berfikir, gaya bahasa dan cara pengungkapan dalam bentuk tulisan yang
berbeda antar siswa dalam menjawab soal Essay.
Dari segi penilaian sendiri, siswa akan diajarkan mengenai bagaimana sebuah
soal yang sama bisa dijawab dengan beragam cara dan persepektif yang berbeda
di antara teman-temannya. Namun, sepanjang substansi jawaban itu benar, maka
semua jawaban yang sepertinya beragam itu dapat dianggap sebagai sebuah
jawaban yang benar. Tentu, dari situ siswa akan belajar tentang sebuah
kebenaran yang tidak bersifat tunggal dan mutlak. Siswa akan terbiasa untuk
menghargai perbedaan dalam memberikan jawaban, toh bisa jadi jawaban itu pun
benar adanya berdasarkan penilaian sang guru.
*Gunakan Ujian Lisan*
Efektifitas evaluasi belajar akan lebih meningkat dalam memberikan pelajaran
mengenai perbedaan pendapat bagi siswa, manakala menggunakan ujian lisan.
Mengapa ? Karena, dengan ujian lisan atau wawancara secara langsung kepada
siswa, guru akan lebih mengetahui kemampuan yang sebenarnya dari siswa
secara lebih utuh dan lebih baik lagi. Siswa akan terbiasa belajar bagaimana
mengemukakan pendapatnya secara langsung di hadapan gurunya atau orang yang
ditunjuk sebagai anggota Tim Penilai.
Jelas, ujian lisan ini akan memberi pelajaran kepada siswa tentang kebiasaan
berpendapat, tentang kebiasaan menjawab pertanyaan atau soal yang tidak
semata berdasarkan jawaban tertutup atau bersifat tunggal. Siswa akan
terbiasa mengembangkan sendiri pendapat atau jawabannya berdasarkan apa yang
ia pelajari berdasarkan atas rangkaian kata-kata yang disusunnya sendiri.
Jelas, dalam hal ini, ujian lisan akan membiasakan siswa untuk lebih banyak
berfikir yang membuatnya akan lebih cerdas, serta membuat siswa jadi
terbiasa untuk menghargai pendapatnya sendiri dan pendapat orang lain.
*Gunakan Cara Mengajar Dialogis*
Di luar soal bentuk evaluasi belajar, tentu proses belajar mengajar yang
diselenggarakan oleh guru selama di kelas, juga turut berpengaruh. Mengapa ?
Karena proses pembelajaran di kelas, jelas merupakan proses pembiasaan sikap
dan kepribadian dalam jangka waktu yang relatif lama. Guru yang biasa
mengajar dengan pendekatan dialogis kepada siswanya akan memberikan
pembelajaran yang lebih baik atas tumbuhnya sikap toleran pada siswa.
Sebaliknya, guru yang terbiasa mengajar dengan metode ceramah secara
monoton, cenderung tidak akan merangsang siswa untuk berfikir, dan berani
untuk melakukan dialog. Karena, hanya dalam proses dialoglah, maka perbedaan
pendapat yang muncul dari para siswa akan diketahui dan akan lebih dihargai.
Inilah, yang akan menumbuhkan sikap toleransi siswa atas beragam pendapat
dan pandangan yang diberikan oleh teman-temannya saat belajar di kelas atau
di luar kelas.
Tentu saja, akan lebih baik lagi bila dalam proses belajar mengajar, guru
pun membiasakan untuk menggunakan jenis evaluasi belajar yang bukan pilihan
ganda. Guru perlu terbiasa menggunakan ulangan jenis Essay atau lisan dalam
melakukan ulangan harian atau ulangan sumatif. Agar, siswa tidak saja
terbiasa belajar lebih cerdas, juga terbiasa berani berpendapat, dan lebih
terbiasa menghargai perbedaan pendapat di antara teman-temannya. Jika, hal
ini sudah terjadi, maka sikap toleran akan tumbuh berkembang secara optimal
dalam diri siswa.
*Hentikan UN, Cegah Radikalisasi*
Apa kesimpulannya ? Fenomena intoleransi yang berakibat pada adanya sikap
radikalisasi pada generasi muda, secara efektif dapat diatasi dengan mulai
membenahi proses belajar dan evaluasi belajar di sekolah. Kembangkan proses
dialog selama belajar di sekolah, gunakan jenis evaluasi Essay dan lisan,
serta untuk sementara tinggalkan jenis ujian tertulis pilihan ganda,
termasuk juga hentikan UN. Agar sikap toleran dapat berkembang dalam diri
siswa, dan agar generasi muda dapat dicegah dari radikalisme.
Demikian, terima kasih.
*Salam Persahabatan*
Seorang teman bertanya kepada saya sebagai seorang guru, apa yang
menyebabkan para pelajar kita bersikap kurang toleran ? Saya jawab : Ujian
Nasional (UN) ! Sang teman sempat kaget. Mungkin, selama ini tak terpikirkan
sama sekali. Kok, bisa ya ? “Bisa !” jawab saya. Akar dari sikap toleran
adalah sikap yang menghargai adanya perbedaan pendapat atau pandangan. Sikap
intoleran, salah satunya terbentuk oleh kebiasaan seseorang yang berada
dalam keseragaman berpendapat.
UN adalah salah satu penyebab para pelajar kita bersikap kurang toleran.
Mengapa ? Karena, dalam UN siswa dibiasakan untuk menjawab secara seragam.
Dalam UN, siswa tidak dibiasakan memahami sebuah jawaban yang benar dari
banyak perspektif yang mungkin berbeda-beda. UN mengajarkan pada siswa
mengenai sebuah kebenaran tunggal. Kenapa bisa begitu ? Karena UN,
menggunakan jenis soal multiple choice, pilihan ganda. Jenis soal inilah,
yang amat mungkin diduga menyebabkan siswa menjadi tidak terbiasa untuk
berbeda pendapat.
Apa kaitannya, soal pilihan ganda dengan sikap intoleran yang cenderung
dimiliki oleh siswa ? Tentu, sangat berkaitan erat. Dari segi jenisnya
sebagai alat evaluasi tertulis berbentuk pilihan ganda, UN tidak saja kurang
mampu mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa secara lebih utuh,
tidak semata kemampuan yang bersifat kognitif. Namun, UN juga kian
mempertegas sebuah proses pembelajaran yang tidak membiasakan siswa untuk
berbeda pendapat, atau sekurangnya berbeda cara atau persepektif dalam
berpendapat.
*Gunakan Ujian Essay*
Bandingkan, misalnya jika evaluasi tertulis dalam bentuk Essay. Maka, siswa
akan belajar untuk menjawab soal berdasarkan cara dan persepektifnya
sendiri. Meskipun, substansi jawaban itu sama dengan siswa lainnya, namun
tetap akan ada nuansa perbedaan. Mengapa ? Karena, ada faktor sistem
berfikir, gaya bahasa dan cara pengungkapan dalam bentuk tulisan yang
berbeda antar siswa dalam menjawab soal Essay.
Dari segi penilaian sendiri, siswa akan diajarkan mengenai bagaimana sebuah
soal yang sama bisa dijawab dengan beragam cara dan persepektif yang berbeda
di antara teman-temannya. Namun, sepanjang substansi jawaban itu benar, maka
semua jawaban yang sepertinya beragam itu dapat dianggap sebagai sebuah
jawaban yang benar. Tentu, dari situ siswa akan belajar tentang sebuah
kebenaran yang tidak bersifat tunggal dan mutlak. Siswa akan terbiasa untuk
menghargai perbedaan dalam memberikan jawaban, toh bisa jadi jawaban itu pun
benar adanya berdasarkan penilaian sang guru.
*Gunakan Ujian Lisan*
Efektifitas evaluasi belajar akan lebih meningkat dalam memberikan pelajaran
mengenai perbedaan pendapat bagi siswa, manakala menggunakan ujian lisan.
Mengapa ? Karena, dengan ujian lisan atau wawancara secara langsung kepada
siswa, guru akan lebih mengetahui kemampuan yang sebenarnya dari siswa
secara lebih utuh dan lebih baik lagi. Siswa akan terbiasa belajar bagaimana
mengemukakan pendapatnya secara langsung di hadapan gurunya atau orang yang
ditunjuk sebagai anggota Tim Penilai.
Jelas, ujian lisan ini akan memberi pelajaran kepada siswa tentang kebiasaan
berpendapat, tentang kebiasaan menjawab pertanyaan atau soal yang tidak
semata berdasarkan jawaban tertutup atau bersifat tunggal. Siswa akan
terbiasa mengembangkan sendiri pendapat atau jawabannya berdasarkan apa yang
ia pelajari berdasarkan atas rangkaian kata-kata yang disusunnya sendiri.
Jelas, dalam hal ini, ujian lisan akan membiasakan siswa untuk lebih banyak
berfikir yang membuatnya akan lebih cerdas, serta membuat siswa jadi
terbiasa untuk menghargai pendapatnya sendiri dan pendapat orang lain.
*Gunakan Cara Mengajar Dialogis*
Di luar soal bentuk evaluasi belajar, tentu proses belajar mengajar yang
diselenggarakan oleh guru selama di kelas, juga turut berpengaruh. Mengapa ?
Karena proses pembelajaran di kelas, jelas merupakan proses pembiasaan sikap
dan kepribadian dalam jangka waktu yang relatif lama. Guru yang biasa
mengajar dengan pendekatan dialogis kepada siswanya akan memberikan
pembelajaran yang lebih baik atas tumbuhnya sikap toleran pada siswa.
Sebaliknya, guru yang terbiasa mengajar dengan metode ceramah secara
monoton, cenderung tidak akan merangsang siswa untuk berfikir, dan berani
untuk melakukan dialog. Karena, hanya dalam proses dialoglah, maka perbedaan
pendapat yang muncul dari para siswa akan diketahui dan akan lebih dihargai.
Inilah, yang akan menumbuhkan sikap toleransi siswa atas beragam pendapat
dan pandangan yang diberikan oleh teman-temannya saat belajar di kelas atau
di luar kelas.
Tentu saja, akan lebih baik lagi bila dalam proses belajar mengajar, guru
pun membiasakan untuk menggunakan jenis evaluasi belajar yang bukan pilihan
ganda. Guru perlu terbiasa menggunakan ulangan jenis Essay atau lisan dalam
melakukan ulangan harian atau ulangan sumatif. Agar, siswa tidak saja
terbiasa belajar lebih cerdas, juga terbiasa berani berpendapat, dan lebih
terbiasa menghargai perbedaan pendapat di antara teman-temannya. Jika, hal
ini sudah terjadi, maka sikap toleran akan tumbuh berkembang secara optimal
dalam diri siswa.
*Hentikan UN, Cegah Radikalisasi*
Apa kesimpulannya ? Fenomena intoleransi yang berakibat pada adanya sikap
radikalisasi pada generasi muda, secara efektif dapat diatasi dengan mulai
membenahi proses belajar dan evaluasi belajar di sekolah. Kembangkan proses
dialog selama belajar di sekolah, gunakan jenis evaluasi Essay dan lisan,
serta untuk sementara tinggalkan jenis ujian tertulis pilihan ganda,
termasuk juga hentikan UN. Agar sikap toleran dapat berkembang dalam diri
siswa, dan agar generasi muda dapat dicegah dari radikalisme.
Demikian, terima kasih.
*Salam Persahabatan*
Minggu, 23 Januari 2011
Sekolah-Menulis Online Makin Profesional
KOMPAS.com - Setelah tiga tahun dikelola secara pribadi oleh Jonru, Sekolah-Menulis Online (SMO) kini bergabung dengan Oxford Course Indonesia (OCI). Kedua lembaga sepakat untuk mendirikan sebuah sekolah-menulis, baik format tatap muka maupun kelas online. Sekolah-menulis Online akan dikelola makin profesional dan menggunakan brand baru Writers Academy.
"Writers Academy tersedia dalam kelas online maupun tatap muka. Alumninya mendapat sertifikat resmi dari Depdiknas. Pengelolaannya jauh lebih profesional, karena bukan lagi bisnis perorangan," tulis Jonru dalam situs web www.belajarmenulis.com. Writers Academy dikelola oleh manajemen Oxford Course Indonesia yang telah berpengalaman 40 tahun dalam menyelenggarakan kursus Bahasa Inggris dan sejumlah lembaga pendidikan lain di Indonesia.
Untuk kelas tatap muka, rencananya akan berlokasi di kantor-kantor cabang OCI yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Adapun untuk kelas online, rencananya melanjutkan sistem yang selama ini sudah dibangun oleh SMO. Tentu saja dengan perbaikan dan pengembangan sesuai kebutuhan.
Kursus online pertama
SMO mengklaim sebagai lembaga pelatihan penulisan pertama di Indonesia yang berlangsung lewat internet. Boleh dibilang, SMO adalah pelopor di bidang yang satu ini. "Saat ini sudah banyak lembaga lain yang menyelenggarakan pelatihan penulisan lewat internet. Mereka umumnya terinspirasi oleh kesuksesan SMO," ujar Jonru.
Didirikan sejak Juli 2007, Jonru memulai dengan modal nekat. Nyaris tanpa modal. Sarananya hanya menggunakan layanan gratis di internet, seperti Milis Yahoo Groups dan Yahoo Messenger. Kini, SMO sudah menggunakan script yang canggih dan sistem administrasi yang menggunakan script canggih dari amember.com dan moodle.org.
Sistem belajar SMO cukup unik. Ada konferensi online, di mana para siswa dan mentor bisa berdiskusi secara langsung melalui fasilitas chatting. Ada bedah karya, di mana siswa dapat mengirim tulisan untuk dikomentari oleh para mentor. Semua modul pun tinggal di-download dari Ruang Kelas Online yang bisa diakses dengan username dan password khusus.
Selama ini, SMO hanya menyelenggarakan pelatihan penulisan lewat internet. "Memang sering juga diadakan pelatihan tatap muka, tapi hanya berbentuk seminar atau pelatihan sehari. Dan penyelengaranya dari Event Organizer tertentu. Kami dari SMO hanya sebatas sponsor publikasi," tutur Jonru.
Selama 3 tahun mengelola SMO, Jonru merasakan perkembangan lembaga yang dia dirikan ini begitu-begitu saja. Memang ada kemajuana, terutama nama SMO yang semakin populer di kalangan penulis di internet.
"Alhamdulillah, untuk menghidupi keluarga memang cukup. Tapi tentu setiap entrepreneur ingin bisnisnya terus dan terus berkembang, bukan?" tulis Jonru di blog pribadinya, www.jonru.net.
Karena itulah, Jonru menyambut gembira tawaran dari OCI untuk bekerja sama. "Saya berharap, semoga kerjasama ini bisa membuat SMO semakin berkembang," ujar Jonru.
"Writers Academy tersedia dalam kelas online maupun tatap muka. Alumninya mendapat sertifikat resmi dari Depdiknas. Pengelolaannya jauh lebih profesional, karena bukan lagi bisnis perorangan," tulis Jonru dalam situs web www.belajarmenulis.com. Writers Academy dikelola oleh manajemen Oxford Course Indonesia yang telah berpengalaman 40 tahun dalam menyelenggarakan kursus Bahasa Inggris dan sejumlah lembaga pendidikan lain di Indonesia.
Untuk kelas tatap muka, rencananya akan berlokasi di kantor-kantor cabang OCI yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Adapun untuk kelas online, rencananya melanjutkan sistem yang selama ini sudah dibangun oleh SMO. Tentu saja dengan perbaikan dan pengembangan sesuai kebutuhan.
Kursus online pertama
SMO mengklaim sebagai lembaga pelatihan penulisan pertama di Indonesia yang berlangsung lewat internet. Boleh dibilang, SMO adalah pelopor di bidang yang satu ini. "Saat ini sudah banyak lembaga lain yang menyelenggarakan pelatihan penulisan lewat internet. Mereka umumnya terinspirasi oleh kesuksesan SMO," ujar Jonru.
Didirikan sejak Juli 2007, Jonru memulai dengan modal nekat. Nyaris tanpa modal. Sarananya hanya menggunakan layanan gratis di internet, seperti Milis Yahoo Groups dan Yahoo Messenger. Kini, SMO sudah menggunakan script yang canggih dan sistem administrasi yang menggunakan script canggih dari amember.com dan moodle.org.
Sistem belajar SMO cukup unik. Ada konferensi online, di mana para siswa dan mentor bisa berdiskusi secara langsung melalui fasilitas chatting. Ada bedah karya, di mana siswa dapat mengirim tulisan untuk dikomentari oleh para mentor. Semua modul pun tinggal di-download dari Ruang Kelas Online yang bisa diakses dengan username dan password khusus.
Selama ini, SMO hanya menyelenggarakan pelatihan penulisan lewat internet. "Memang sering juga diadakan pelatihan tatap muka, tapi hanya berbentuk seminar atau pelatihan sehari. Dan penyelengaranya dari Event Organizer tertentu. Kami dari SMO hanya sebatas sponsor publikasi," tutur Jonru.
Selama 3 tahun mengelola SMO, Jonru merasakan perkembangan lembaga yang dia dirikan ini begitu-begitu saja. Memang ada kemajuana, terutama nama SMO yang semakin populer di kalangan penulis di internet.
"Alhamdulillah, untuk menghidupi keluarga memang cukup. Tapi tentu setiap entrepreneur ingin bisnisnya terus dan terus berkembang, bukan?" tulis Jonru di blog pribadinya, www.jonru.net.
Karena itulah, Jonru menyambut gembira tawaran dari OCI untuk bekerja sama. "Saya berharap, semoga kerjasama ini bisa membuat SMO semakin berkembang," ujar Jonru.
Label:
berita,
Cerita Mutiara,
makin profesinal,
menulis,
online,
Pendidikan,
sekolah
Senin, 17 Januari 2011
Acer Luncurkan "Notebook" untuk Pelajar
YOGYAKARTA — Perusahaan teknologi informasi Acer bekerja sama dengan Advanced Micro Devices dan Microsoft meluncurkan notebook Acer Aspire 4253 yang didesain khusus untuk menjawab kebutuhan pelajar dalam belajar dan bermain. Harganya bersaing.
"Program itu merupakan wujud komitmen bersama Acer, Advanced Micro Devices (AMD), dan Microsoft untuk mendukung kemajuan sektor pendidikan di Indonesia, khususnya dalam memperluas akses teknologi bagi pelajar," kata Head of Marketing Communications Department Acer Group Indonesia Helmy Anam, Kamis (13/1/2011) di Yogyakarta.
Pada peluncuran notebook Acer Aspire 4253, dia mengatakan, produk ini merupakan notebook berkualitas, berbasis teknologi terkini, lengkap dengan peranti lunak asli Microsoft dan media pembelajaran asli dengan harga terjangkau.
Produk itu merupakan notebook pertama bagi pelajar yang dilengkapi dengan peranti lunak asli Windows 7 Starter, Office Starter 2010, media pembelajaran yang berlaku seumur hidup. Produk ini menawarkan kenyamanan bagi pengguna karena terdapat fitur lengkap dalam satu produk.
Prosesor AMD Fusion E-Series memungkinkan notebook beresolusi tinggi tersebut memiliki kemampuan hiburan yang tidak terlupakan bagi pengguna. "Acer selalu berupaya menjadi yang terdepan dalam mengadopsi teknologi terbaru dengan merancang produk yang mengutamakan kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna," katanya.
Brand Manager Marketing Division Acer Group Indonesia Riko Gunawan mengatakan, dalam peluncuran produk baru Acer ini pihaknya sengaja memilih Yogyakarta. Sebab, Yogyakarta merupakan kota pendidikan yang memiliki ratusan perguruan tinggi dan sekolah menengah yang menjadi barometer Indonesia.
"Yogyakarta sebagai kota pendidikan sangat tepat dan sesuai dengan segmen peluncuran produk itu. Kami berharap peluncuran produk seharga Rp 4.099.000 ini mampu meningkatkan penyerapan Acer di pasar, yang kini mencapai 26,7 persen di Indonesia," katanya.
Sumber
KOMPAS.com
"Program itu merupakan wujud komitmen bersama Acer, Advanced Micro Devices (AMD), dan Microsoft untuk mendukung kemajuan sektor pendidikan di Indonesia, khususnya dalam memperluas akses teknologi bagi pelajar," kata Head of Marketing Communications Department Acer Group Indonesia Helmy Anam, Kamis (13/1/2011) di Yogyakarta.
Pada peluncuran notebook Acer Aspire 4253, dia mengatakan, produk ini merupakan notebook berkualitas, berbasis teknologi terkini, lengkap dengan peranti lunak asli Microsoft dan media pembelajaran asli dengan harga terjangkau.
Produk itu merupakan notebook pertama bagi pelajar yang dilengkapi dengan peranti lunak asli Windows 7 Starter, Office Starter 2010, media pembelajaran yang berlaku seumur hidup. Produk ini menawarkan kenyamanan bagi pengguna karena terdapat fitur lengkap dalam satu produk.
Prosesor AMD Fusion E-Series memungkinkan notebook beresolusi tinggi tersebut memiliki kemampuan hiburan yang tidak terlupakan bagi pengguna. "Acer selalu berupaya menjadi yang terdepan dalam mengadopsi teknologi terbaru dengan merancang produk yang mengutamakan kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna," katanya.
Brand Manager Marketing Division Acer Group Indonesia Riko Gunawan mengatakan, dalam peluncuran produk baru Acer ini pihaknya sengaja memilih Yogyakarta. Sebab, Yogyakarta merupakan kota pendidikan yang memiliki ratusan perguruan tinggi dan sekolah menengah yang menjadi barometer Indonesia.
"Yogyakarta sebagai kota pendidikan sangat tepat dan sesuai dengan segmen peluncuran produk itu. Kami berharap peluncuran produk seharga Rp 4.099.000 ini mampu meningkatkan penyerapan Acer di pasar, yang kini mencapai 26,7 persen di Indonesia," katanya.
Sumber
KOMPAS.com
Label:
berita,
Info Info,
Pendidikan,
teknologi
Jumat, 10 Desember 2010
Soekarno vs Soeharto
Tidak banyak diketahui umum bahwa tahun 1965-1967 Presiden Soekarno sempat berpidato paling sedikit sebanyak 103 kali. Yang diingat orang hanyalah pidato pertanggungjawabannya, Nawaksara, yang ditolak MPRS tahun 1967. Dalam memperingati 100 tahun Bung Karno, tahun 2001 telah diterbitkan kumpulan pidatonya. Namun, hampir semuanya disampaikan sebelum peristiwa G30S 1965.
Kumpulan naskah ini diawali pidato 30 September 1965 malam (di depan Musyawarah Nasional Teknik di Istora Senayan, Jakarta) dan diakhiri pidato 15 Februari 1967 (pelantikan beberapa Duta Besar RI). Pidato-pidato Bung Karno (BK) selama dua tahun itu amat berharga sebagai sumber sejarah. Ia mengungkapkan aneka hal yang ditutupi bahkan diputarbalikkan selama Orde Baru. Dari pidato itu juga tergambar betapa sengitnya peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Di pihak lain, terlihat pula kegetiran seorang presiden yang ucapannya tidak didengar bahkan dipelintir. Soekarno marah. Ia memaki dalam bahasa Belanda.
Konteks pidato
Periode 1965-1967 dapat dilihat sebagai masa peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Dalam versi pemerintah, masa ini dilukiskan sebagai era konsolidasi kekuatan pendukung Orde Baru (tentara, mahasiswa, dan rakyat) untuk membasmi PKI sampai ke akarnya serta pembersihan para pendukung Soekarno.
Mulai tahun 1998 di Tanah Air dikenal beberapa versi sejarah yang berbeda. Selain menonjolkan keterlibatan pihak asing seperti CIA, juga muncul tudingan terhadap keterlibatan Soeharto dalam “kudeta merangkak”, yaitu rangkaian tindakan dari awal Oktober 1965 sampai keluarnya Supersemar (Surat perintah 11 Maret 1966) dan ditetapkannya Soeharto sebagai pejabat Presiden tahun 1967. “Kudeta merangkak” terdiri dari beberapa versi (Saskia Wieringa, Peter Dale Scott, dan Subandrio) dan beberapa tahap.
Substansi pidato
Setelah peristiwa G30S, Soekarno berusaha mengendalikan keadaan melalui pidato-pidatonya.
“Saya komandokan kepada segenap aparat negara untuk selalu membina persatuan dan kesatuan seluruh kekuatan progresif revolusioner. Dua, Menyingkirkan jauh-jauh tindakan-tindakan destruktif seperti rasialisme, pembakaran-pembakaran, dan perusakan-perusakan. Tiga, menyingkirkan jauh-jauh fitnahan-fitnahan dan tindakan-tindakan atas dasar perasaan balas dendam.”
Ia juga menyerukan “Awas adu domba antar-Angkatan, jangan mau dibakar. Jangan gontok-gontokan. Jangan hilang akal. Jangan bakar-bakar, jangan ditunggangi”. Dalam pidato ia menyinggung Trade Commission Republik Rakyat Tiongkok di Jati Petamburan yang diserbu massa karena ada isu Juanda meninggal diracun dokter RRT. Padahal, beliau wafat akibat serangan jantung. Soekarno menentang rasialisme yang menjadikan warga Tionghoa sebagai kambing hitam.
Dalam pidato 20 November 1965 di depan keempat panglima Angkatan di Istana Bogor BK mengatakan, “Ada perwira yang bergudul. Bergudul itu apa? Hei, Bung apa itu bergudul? Ya, kepala batu.” Tampaknya ucapannya itu ditujukan kepada Soeharto. Pada kesempatan yang sama Soekarno menegaskan, “Saya yang ditunjuk MPRS menjadi Panglima Besar Revolusi. Terus terang bukan Subandrio. Bukan Leimena…. Bukan engkau Soeharto, bukan engkau Soeharto, dan seterusnya (berbeda dengan nama tokoh lain, Soeharto disebut dua kali dan secara berturut-turut).
Mengapa Soekarno tak mau membubarkan PKI, padahal ini alasan utama kelompok Soeharto menjatuhkannya dari presiden. Karena dia konsisten dengan pandangan sejak tahun 1925 tentang Nas (Nasionalisme), A (Agama), dan Kom (Komunisme). Dalam pidato ia menegaskan, yang dimaksudkan dengan Kom bukanlah Komunisme dalam pengertian sempit, melainkan Marxisme atau lebih tepat “Sosialisme”. Meskipun demikian Soekarno bersaksi “saya bukan komunis”. Bung Karno juga mengungkapkan keterlibatan pihak asing yang memberi orang Indonesia uang Rp 150 juta guna mengembangkan “the free world ideology”. Ia berseru di depan diplomat asing di Jakarta, “Ambassador jangan subversi.”
Tanggal 12 Desember 1965 ketika berpidato dalam rangka ulang tahun Kantor Berita Antara di Bogor, Presiden mengatakan tidak ada kemaluan yang dipotong dalam peristiwa di Lubang Buaya. Demikian pula tidak ada mata yang dicungkil seperti ditulis pers.
Peristiwa pembantaian di Jawa Timur diungkapkan Soekarno dalam pidato di depan HMI di Bogor 18 Desember 1965. Soekarno mengatakan pembunuhan itu dilakukan dengan sadis, orang bahkan tidak berani menguburkan korban.
“Awas kalau kau berani ngrumat jenazah, engkau akan dibunuh. Jenazah itu diklelerkan saja di bawah pohon, di pinggir sungai, dilempar bagai bangkai anjing yang sudah mati.”
Dalam kesempatan sama, Bung Karno sempat bercanda di depan mahasiswa itu, “saya sudah 65 tahun meski menurut Ibu Hartini seperti baru 28 tahun. Saya juga melihat Ibu Hartini seperti 21 tahun.”
Gaya bahasa Soekarno memang khas. Ia tidak segan memakai kata kasar tetapi spontan. Beda dengan Soeharto yang memakai bahasa halus tetapi tindakannya keras. Di tengah sidang kabinet, di depan para Menteri, Presiden Soekarno tak segan mengatakan “mau kencing dulu” jika ia ingin ke belakang . Ketika perintahnya tidak diindahkan, ia berteriak “saya merasa dikentuti”. Pernah pula ia mengutip cerita Sayuti Melik tentang kemaluannya yang ketembak. Namun, di lain pihak ia mahir menggunakan kata-kata bernilai sastra, “Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.”
Dalam pidato 30 September 1965 ia sempat mengkritik pers yang kurang tepat dalam menulis nama anak-anaknya. Nama Megawati sebetulnya Megawati Soekarnaputri, bukan Megawati Soekarnoputri. Demikian pula dengan Guntur Soekarnaputra.
Di balik pidato
Apa yang disampaikan Soekarno dalam pidato-pidatonya merupakan bantahan atas apa yang ditulis media. Monopoli informasi sekaligus monopoli kebenaran adalah causa prima dari Orde Baru. Umar Wirahadikusumah mengumumkan jam malam mulai 1 Oktober 1965, pukul 18.00 sampai 06.00 pagi, dan menutup semua koran kecuali Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha. Koran-koran lain tidak boleh beredar selama seminggu. Waktu sepekan ini dimanfaatkan pers militer untuk mengampanyekan bahwa PKI ada di belakang G30S.
Meski masih berpidato dalam berbagai kesempatan, pernyataan BK tidak disiarkan oleh koran-koran. Bila Ben Anderson di jurnal Indonesia terbitan Cornell mengungkapkan hasil visum et repertum dokter bahwa kemaluan jenderal tidak disilet dalam pembunuhan di Lubang Buaya 1 Oktober 1965, jauh sebelumnya Soekarno dengan lantang mengatakan, 100 silet yang dibagikan untuk menyilet kemaluan jenderal itu tidak masuk akal.
Dalam pidatonya terdengar keluhan. Misalnya, di Departemen P dan K orang-orang yang mendukung BK dinonaktifkan. Sebetulnya seberapa drastiskah merosotnya kekuasaan yang dipegangnya?
Presiden Soekarno masih sempat melantik taruna AURI dan berpidato dalam peringatan 20 tahun KKO. Paling sedikit Angkatan Udara, Marinir, dan sebagian besar tentara Kodam Brawijaya masih setia kepada Bung Karno. Tetapi kenapa ia hanya sekadar berseru “jangan gontok-gontokan antarangkatan bersenjata”. Kenapa ia tidak memerintahkan tentara yang loyal kepadanya untuk melawan pihak yang ingin menjatuhkannya?
Soekarno tidak ingin terjadi pertumpahan darah sesama bangsa. Dalam skala tertentu, yang tidak diharapkan Bung Karno itu telah terjadi setelah ia meninggal . Demikian pula yang kita lihat hari ini di Aceh. Sebuah wilayah yang pada tahun 1945 para ulamanya menyerukan rakyat mereka untuk berdiri di belakang Bung Karno.
Kumpulan naskah ini diawali pidato 30 September 1965 malam (di depan Musyawarah Nasional Teknik di Istora Senayan, Jakarta) dan diakhiri pidato 15 Februari 1967 (pelantikan beberapa Duta Besar RI). Pidato-pidato Bung Karno (BK) selama dua tahun itu amat berharga sebagai sumber sejarah. Ia mengungkapkan aneka hal yang ditutupi bahkan diputarbalikkan selama Orde Baru. Dari pidato itu juga tergambar betapa sengitnya peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Di pihak lain, terlihat pula kegetiran seorang presiden yang ucapannya tidak didengar bahkan dipelintir. Soekarno marah. Ia memaki dalam bahasa Belanda.
Konteks pidato
Periode 1965-1967 dapat dilihat sebagai masa peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Dalam versi pemerintah, masa ini dilukiskan sebagai era konsolidasi kekuatan pendukung Orde Baru (tentara, mahasiswa, dan rakyat) untuk membasmi PKI sampai ke akarnya serta pembersihan para pendukung Soekarno.
Mulai tahun 1998 di Tanah Air dikenal beberapa versi sejarah yang berbeda. Selain menonjolkan keterlibatan pihak asing seperti CIA, juga muncul tudingan terhadap keterlibatan Soeharto dalam “kudeta merangkak”, yaitu rangkaian tindakan dari awal Oktober 1965 sampai keluarnya Supersemar (Surat perintah 11 Maret 1966) dan ditetapkannya Soeharto sebagai pejabat Presiden tahun 1967. “Kudeta merangkak” terdiri dari beberapa versi (Saskia Wieringa, Peter Dale Scott, dan Subandrio) dan beberapa tahap.
Substansi pidato
Setelah peristiwa G30S, Soekarno berusaha mengendalikan keadaan melalui pidato-pidatonya.
“Saya komandokan kepada segenap aparat negara untuk selalu membina persatuan dan kesatuan seluruh kekuatan progresif revolusioner. Dua, Menyingkirkan jauh-jauh tindakan-tindakan destruktif seperti rasialisme, pembakaran-pembakaran, dan perusakan-perusakan. Tiga, menyingkirkan jauh-jauh fitnahan-fitnahan dan tindakan-tindakan atas dasar perasaan balas dendam.”
Ia juga menyerukan “Awas adu domba antar-Angkatan, jangan mau dibakar. Jangan gontok-gontokan. Jangan hilang akal. Jangan bakar-bakar, jangan ditunggangi”. Dalam pidato ia menyinggung Trade Commission Republik Rakyat Tiongkok di Jati Petamburan yang diserbu massa karena ada isu Juanda meninggal diracun dokter RRT. Padahal, beliau wafat akibat serangan jantung. Soekarno menentang rasialisme yang menjadikan warga Tionghoa sebagai kambing hitam.
Dalam pidato 20 November 1965 di depan keempat panglima Angkatan di Istana Bogor BK mengatakan, “Ada perwira yang bergudul. Bergudul itu apa? Hei, Bung apa itu bergudul? Ya, kepala batu.” Tampaknya ucapannya itu ditujukan kepada Soeharto. Pada kesempatan yang sama Soekarno menegaskan, “Saya yang ditunjuk MPRS menjadi Panglima Besar Revolusi. Terus terang bukan Subandrio. Bukan Leimena…. Bukan engkau Soeharto, bukan engkau Soeharto, dan seterusnya (berbeda dengan nama tokoh lain, Soeharto disebut dua kali dan secara berturut-turut).
Mengapa Soekarno tak mau membubarkan PKI, padahal ini alasan utama kelompok Soeharto menjatuhkannya dari presiden. Karena dia konsisten dengan pandangan sejak tahun 1925 tentang Nas (Nasionalisme), A (Agama), dan Kom (Komunisme). Dalam pidato ia menegaskan, yang dimaksudkan dengan Kom bukanlah Komunisme dalam pengertian sempit, melainkan Marxisme atau lebih tepat “Sosialisme”. Meskipun demikian Soekarno bersaksi “saya bukan komunis”. Bung Karno juga mengungkapkan keterlibatan pihak asing yang memberi orang Indonesia uang Rp 150 juta guna mengembangkan “the free world ideology”. Ia berseru di depan diplomat asing di Jakarta, “Ambassador jangan subversi.”
Tanggal 12 Desember 1965 ketika berpidato dalam rangka ulang tahun Kantor Berita Antara di Bogor, Presiden mengatakan tidak ada kemaluan yang dipotong dalam peristiwa di Lubang Buaya. Demikian pula tidak ada mata yang dicungkil seperti ditulis pers.
Peristiwa pembantaian di Jawa Timur diungkapkan Soekarno dalam pidato di depan HMI di Bogor 18 Desember 1965. Soekarno mengatakan pembunuhan itu dilakukan dengan sadis, orang bahkan tidak berani menguburkan korban.
“Awas kalau kau berani ngrumat jenazah, engkau akan dibunuh. Jenazah itu diklelerkan saja di bawah pohon, di pinggir sungai, dilempar bagai bangkai anjing yang sudah mati.”
Dalam kesempatan sama, Bung Karno sempat bercanda di depan mahasiswa itu, “saya sudah 65 tahun meski menurut Ibu Hartini seperti baru 28 tahun. Saya juga melihat Ibu Hartini seperti 21 tahun.”
Gaya bahasa Soekarno memang khas. Ia tidak segan memakai kata kasar tetapi spontan. Beda dengan Soeharto yang memakai bahasa halus tetapi tindakannya keras. Di tengah sidang kabinet, di depan para Menteri, Presiden Soekarno tak segan mengatakan “mau kencing dulu” jika ia ingin ke belakang . Ketika perintahnya tidak diindahkan, ia berteriak “saya merasa dikentuti”. Pernah pula ia mengutip cerita Sayuti Melik tentang kemaluannya yang ketembak. Namun, di lain pihak ia mahir menggunakan kata-kata bernilai sastra, “Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.”
Dalam pidato 30 September 1965 ia sempat mengkritik pers yang kurang tepat dalam menulis nama anak-anaknya. Nama Megawati sebetulnya Megawati Soekarnaputri, bukan Megawati Soekarnoputri. Demikian pula dengan Guntur Soekarnaputra.
Di balik pidato
Apa yang disampaikan Soekarno dalam pidato-pidatonya merupakan bantahan atas apa yang ditulis media. Monopoli informasi sekaligus monopoli kebenaran adalah causa prima dari Orde Baru. Umar Wirahadikusumah mengumumkan jam malam mulai 1 Oktober 1965, pukul 18.00 sampai 06.00 pagi, dan menutup semua koran kecuali Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha. Koran-koran lain tidak boleh beredar selama seminggu. Waktu sepekan ini dimanfaatkan pers militer untuk mengampanyekan bahwa PKI ada di belakang G30S.
Meski masih berpidato dalam berbagai kesempatan, pernyataan BK tidak disiarkan oleh koran-koran. Bila Ben Anderson di jurnal Indonesia terbitan Cornell mengungkapkan hasil visum et repertum dokter bahwa kemaluan jenderal tidak disilet dalam pembunuhan di Lubang Buaya 1 Oktober 1965, jauh sebelumnya Soekarno dengan lantang mengatakan, 100 silet yang dibagikan untuk menyilet kemaluan jenderal itu tidak masuk akal.
Dalam pidatonya terdengar keluhan. Misalnya, di Departemen P dan K orang-orang yang mendukung BK dinonaktifkan. Sebetulnya seberapa drastiskah merosotnya kekuasaan yang dipegangnya?
Presiden Soekarno masih sempat melantik taruna AURI dan berpidato dalam peringatan 20 tahun KKO. Paling sedikit Angkatan Udara, Marinir, dan sebagian besar tentara Kodam Brawijaya masih setia kepada Bung Karno. Tetapi kenapa ia hanya sekadar berseru “jangan gontok-gontokan antarangkatan bersenjata”. Kenapa ia tidak memerintahkan tentara yang loyal kepadanya untuk melawan pihak yang ingin menjatuhkannya?
Soekarno tidak ingin terjadi pertumpahan darah sesama bangsa. Dalam skala tertentu, yang tidak diharapkan Bung Karno itu telah terjadi setelah ia meninggal . Demikian pula yang kita lihat hari ini di Aceh. Sebuah wilayah yang pada tahun 1945 para ulamanya menyerukan rakyat mereka untuk berdiri di belakang Bung Karno.
Jumat, 05 November 2010
Tiga Universitas Buat eBook Gratis di iTunes
Jakarta - Oxford, Rice dan Open University merilis buku elektronik atau eBooks di Apple iTunes U, bagian dari iTunes App Store secara gratis. Masing-masing perguruan tinggi itu membuat ratusan buku elektronik yang berisi berbagai pengetahuan.
Open University misalnya merilis 100 buah eBook dan dan menjanjikan 200 judul tambahan pada akhir tahun ini. Menurut Vice Chancellor dari Open University Martin Bean, eBook yang dibuat tidak sekedar buku versi digital, tapi juga dirancang untuk dapat dijalankan dalam format elektronik.
Contohnya, kata dia, ketika seseorang belajar tentang seni musik, pengguna eBook tak hanya membaca versi teks dari buku itu namun juga dapat mendengar alunan musik yang sedang dipelajari. Open University menjadi sekolah pertama yang menerbitkan eBook secara cuma-cuma. Sampai Juni lalu, total buku elektronik yang sudah diunduh mencapai 20 juta eBook.
Oxford University yang kemudian mengikuti jejak Open University pertama kali merilis eBook yang berisi tentang seluruh hasil karya Shakespeare. Adapun Rice University merilis 18 buku teks pelajaran yang paling populer.
Cnet|Rini K
Sumber
TEMPO Interaktif
Website yang berhubungan :
Tentang Aku
Sentuhan Rohani
Trik and Tips
Info Pendidikan
Info Kesehatan
Forum Di Web
Puisi-Puisi Ku
Open University misalnya merilis 100 buah eBook dan dan menjanjikan 200 judul tambahan pada akhir tahun ini. Menurut Vice Chancellor dari Open University Martin Bean, eBook yang dibuat tidak sekedar buku versi digital, tapi juga dirancang untuk dapat dijalankan dalam format elektronik.
Contohnya, kata dia, ketika seseorang belajar tentang seni musik, pengguna eBook tak hanya membaca versi teks dari buku itu namun juga dapat mendengar alunan musik yang sedang dipelajari. Open University menjadi sekolah pertama yang menerbitkan eBook secara cuma-cuma. Sampai Juni lalu, total buku elektronik yang sudah diunduh mencapai 20 juta eBook.
Oxford University yang kemudian mengikuti jejak Open University pertama kali merilis eBook yang berisi tentang seluruh hasil karya Shakespeare. Adapun Rice University merilis 18 buku teks pelajaran yang paling populer.
Cnet|Rini K
Sumber
TEMPO Interaktif
Website yang berhubungan :
Tentang Aku
Sentuhan Rohani
Trik and Tips
Info Pendidikan
Info Kesehatan
Forum Di Web
Puisi-Puisi Ku
Sabtu, 25 September 2010
Belajar Menyukai Matematika Lewat Ponsel
Jakarta - Pengalaman bertahun-tahun sebagai guru matematika membuat Petrianus Suwardi, 29 tahun, paham betul "kebiasaan" anak didiknya dalam menyerap pelajaran yang dikenal sulit itu. Terkadang cukup sekali saja ia ajarkan, para siswanya sudah langsung paham.
"Tapi kadang kala seminggu atau dua minggu kemudian mereka sudah lupa sebagian yang saya ajarkan," kata Petrianus kepada iTempo beberapa waktu lalu.
Alhasil, guru Sekolah Menengah Pertama Tunas Harapan Bogor ini harus mengulang kembali mengajarkan tema tersebut. Hal ini tak cuma dialaminya. Mengajar satu tema secara berulang-ulang seperti sudah menjadi "kewajiban" bagi guru matematika pada umumnya.
Inilah yang mendorong Petrianus menciptakan mGeometri, sebuah aplikasi mobile untuk para siswa dalam mempelajari matematika, khususnya bidang geometri. Aplikasi yang dikembangkan sejak dua tahun lalu ini menjadi alat bantu jika para siswa lupa atau belum memahami pelajaran yang mereka terima di bangku sekolah.
"Dengan aplikasi ini, siswa bisa belajar matematika secara konkret. Mereka bisa mengeksplorasi sendiri, mengulang-ulang sampai mengerti, kapan pun diinginkan," ujar Petrianus, yang biasa dipanggil Patrick oleh anak didiknya.
Pria lajang ini merancang mGeometri sebagai aplikasi perangkat bergerak, khususnya telepon seluler dengan fitur layar sentuh. Karena dengan ponsel, para siswa bisa lebih sering berlatih kapan pun dan di mana pun dengan ponsel mereka. "Siswa bisa lebih mandiri dalam belajar matematika," katanya.
Aplikasi mGeometri juga dibuat supaya siswa menyukai pelajaran matematika. Walaupun dikenal sulit, menggunakan aplikasi ini, belajar matematika bisa menyenangkan. Sebab, untuk dapat memahami matematika, siswa tidak bisa hanya mengandalkan buku atau pelajaran yang diterima dari guru. "Mereka harus sering berlatih."
Aplikasi ini berisi berbagai tema tentang geometri, seperti koordinat, sudut, Pythagoras, bidang datar, atau bangun ruang. Petrianus, yang sudah mengajar selama 9 tahun, juga melengkapinya dengan gambar-gambar animasi dan dengan sistem interaktif. Siswa jadi lebih mudah mengerti langkah-langkah mengerjakan tugas matematika. Ia juga menambah materi latihan dengan contoh soal-soal ujian nasional.
Para siswa nantinya dapat menginstal aplikasi ini langsung lewat situs web mGeometri, yang sedang dibuatnya. Petrianus tak menerapkan syarat khusus. Semua ponsel dengan sistem operasi apa pun bisa menginstal mGeometri. "Syarat utama, ponsel harus mendukung Flash," ujar Petrianus, yang tengah menjalani studi di jurusan pendidikan matematika Universitas Kristen Indonesia.
Petrianus sejatinya tak memiliki latar belakang pengembang aplikasi. Ide mengembangkan mGeometri diperolehnya sekitar dua tahun lalu, saat di sekolah tempatnya mengajar mulai menggunakan software PC desktop buatan lokal untuk belajar matematika. Dari sinilah ia tertantang mengembangkan aplikasi untuk perangkat bergerak, dengan mengisi materi yang lebih interaktif.
Setelah karyanya menang dalam Indonesia ICT Award 2010 untuk kategori aplikasi mobile, Juli lalu, Petrianus kini tengah mengembangkan aplikasinya itu untuk materi matematika lain, seperti aljabar. Tak cuma untuk ponsel layar sentuh, desktop, atau laptop, ia juga akan mengembangkannya untuk komputer tablet, seperti Apple iPad, yang sedang ngetren saat ini.
DIMAS
Sumber
TEMPO Interaktif
Website yang berhubungan :
Tentang Aku
Sentuhan Rohani
Trik and Tips
Info Pendidikan
Info Kesehatan
Forum Di Web
Puisi-Puisi Ku
"Tapi kadang kala seminggu atau dua minggu kemudian mereka sudah lupa sebagian yang saya ajarkan," kata Petrianus kepada iTempo beberapa waktu lalu.
Alhasil, guru Sekolah Menengah Pertama Tunas Harapan Bogor ini harus mengulang kembali mengajarkan tema tersebut. Hal ini tak cuma dialaminya. Mengajar satu tema secara berulang-ulang seperti sudah menjadi "kewajiban" bagi guru matematika pada umumnya.
Inilah yang mendorong Petrianus menciptakan mGeometri, sebuah aplikasi mobile untuk para siswa dalam mempelajari matematika, khususnya bidang geometri. Aplikasi yang dikembangkan sejak dua tahun lalu ini menjadi alat bantu jika para siswa lupa atau belum memahami pelajaran yang mereka terima di bangku sekolah.
"Dengan aplikasi ini, siswa bisa belajar matematika secara konkret. Mereka bisa mengeksplorasi sendiri, mengulang-ulang sampai mengerti, kapan pun diinginkan," ujar Petrianus, yang biasa dipanggil Patrick oleh anak didiknya.
Pria lajang ini merancang mGeometri sebagai aplikasi perangkat bergerak, khususnya telepon seluler dengan fitur layar sentuh. Karena dengan ponsel, para siswa bisa lebih sering berlatih kapan pun dan di mana pun dengan ponsel mereka. "Siswa bisa lebih mandiri dalam belajar matematika," katanya.
Aplikasi mGeometri juga dibuat supaya siswa menyukai pelajaran matematika. Walaupun dikenal sulit, menggunakan aplikasi ini, belajar matematika bisa menyenangkan. Sebab, untuk dapat memahami matematika, siswa tidak bisa hanya mengandalkan buku atau pelajaran yang diterima dari guru. "Mereka harus sering berlatih."
Aplikasi ini berisi berbagai tema tentang geometri, seperti koordinat, sudut, Pythagoras, bidang datar, atau bangun ruang. Petrianus, yang sudah mengajar selama 9 tahun, juga melengkapinya dengan gambar-gambar animasi dan dengan sistem interaktif. Siswa jadi lebih mudah mengerti langkah-langkah mengerjakan tugas matematika. Ia juga menambah materi latihan dengan contoh soal-soal ujian nasional.
Para siswa nantinya dapat menginstal aplikasi ini langsung lewat situs web mGeometri, yang sedang dibuatnya. Petrianus tak menerapkan syarat khusus. Semua ponsel dengan sistem operasi apa pun bisa menginstal mGeometri. "Syarat utama, ponsel harus mendukung Flash," ujar Petrianus, yang tengah menjalani studi di jurusan pendidikan matematika Universitas Kristen Indonesia.
Petrianus sejatinya tak memiliki latar belakang pengembang aplikasi. Ide mengembangkan mGeometri diperolehnya sekitar dua tahun lalu, saat di sekolah tempatnya mengajar mulai menggunakan software PC desktop buatan lokal untuk belajar matematika. Dari sinilah ia tertantang mengembangkan aplikasi untuk perangkat bergerak, dengan mengisi materi yang lebih interaktif.
Setelah karyanya menang dalam Indonesia ICT Award 2010 untuk kategori aplikasi mobile, Juli lalu, Petrianus kini tengah mengembangkan aplikasinya itu untuk materi matematika lain, seperti aljabar. Tak cuma untuk ponsel layar sentuh, desktop, atau laptop, ia juga akan mengembangkannya untuk komputer tablet, seperti Apple iPad, yang sedang ngetren saat ini.
DIMAS
Sumber
TEMPO Interaktif
Website yang berhubungan :
Tentang Aku
Sentuhan Rohani
Trik and Tips
Info Pendidikan
Info Kesehatan
Forum Di Web
Puisi-Puisi Ku
Jumat, 24 September 2010
Pengguna Internet di Indonesia Capai 45 Juta

BEIJING, Pengguna internet di Indonesia diperkirakan sudah mencapai 45 juta orang. Dan penggunaan internet itu diperkirakan akan berkembang makin cepat seiring peningkatan pengguna mobile internet.
Hal ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring ketika berkunjung ke kantor China Unicom di Beijing, Senin (20/9/2010) yang diterima langsung oleh Presiden Direktur China Unicom Chang Xiaobing.
"Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, terpisah oleh lautan dan daratan yang luas. Sementara infrastruktur sering menjadi keluhan, saya berharap komunikasi di Indonesia tidak menjadi halangan," ujar Tifatul.
Chang Xiaobing mengakui, sudah banyak melakukan kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi di Indonesia dalam berbagai produk dan layanan. Pada bagian akhir pertemuan, China Unicom menawarkan sejumlah kerjasama untuk penguatan pelayanan, penguatan sumberdaya, dan penguatan kerjasama operasional.
Sumber
KOMPAS.com
Website yang berhubungan :
Tentang Aku
Sentuhan Rohani
Trik and Tips
Info Pendidikan
Info Kesehatan
Forum Di Web
Puisi-Puisi Ku
Senin, 26 Oktober 2009
Mengapa Siti Fadilah batal jadi Menkes lagi?
Bisa jadi benar kalo liat tulisan dibawah ini :
Tulisan Vidi (salah satu wartawan Sinar harapan)
Cerita ini, tidak saya dengar langsung. Hanya berdasarkan tuturan teman yang bertandang ke rumah Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari beberapa waktu lalu.
Teman saya itu ingin mengetahui bagaimana Siti mnejalani hari-hari terakhirnya sebagai menteri . Ternyata dari obrolan dengan Siti dia mendapat informasi menarik soal hal ihwal yang menyebabkan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu tidak dipilih kembali melanjutkan jabatannya Dari mulut periset spesialis Jantung/penyakit jantung ini, cerita pun bergulir.
Siti tak menyangka, presiden SBY tidak memilihnya untuk melanjutkan jabatan menkes. Padahal, sebelumnya dia sudah ditelepon dan diyakinkan akan kembali menjadi menteri. Pihak istana memintanya membuat road map yang berisi rincian program-program kesehatan lima tahun ke depan.
Siti sumringah menerima permintaan itu.. Dengan cermat dia menyusun strategi dan program lima tahun ke depan. "Rinci setiap bulannya apa yang harus dikerjakan," kata Siti yang saya kutip dari teman saya itu.
Namun perkembangan penyusunan kabinet membuat dia kecewa. Telepon dari Istana tak datang lagi.Berdebar- debar menunggu, namun tak ada kabar. Sebaliknya dia pun mengetahui, ada orang lain yang sudah menjalani audisi calon menteri kesehatan di rumah pribadi presiden, Cikeas, Bogor.
Siti masygul. Terbayang kerja keras yang sudah dilakukannya selama menjabat. Banyak waktu buat keluarga terbuang, karena dia harus kerja keras demi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
"Suami saya kena Leukimia, dokter memvonis hidupnya tinggal tiga bulan lagi. Tapi di waktu tiga bulan itu pun, saya tak bisa selalu ada di dekatnya," ujar Siti yang menurut teman saya, matanya sudah berkaca-kaca. Mbrebes mili, kata orang Jawa. Muhamad Supari, suaminya meninggal pada 28 Maret 2009 lalu.
Semua pengorbanan itu seolah dianggap angin lalu. Karena presiden tidak memercayainya lagi. "Sungguh enak menteri selanjutnya, tinggal melanjutkan pekerjaan saya," ujarnya.
Mengapa setelah awalnya diberi sinyal untuk melanjutkan jabatan, tiba-tiba Siti tidak dipilih? Nah inilah rahasianya, yang tidak dituangkan teman saya di suratkabarnya.
Ada kolega Siti yang memberitahu bahwa namanya tidak diinginkan Amerika Serikat. Pelobi AS, meminta nama Siti tidak dimasukkan dalam kabinet. Apa alasannya?
Kita hanya bisa menduga, karena sepak terjang Siti selama menjabat sempat mengusik kepentingan negeri Tulang Sam itu. Dia bersuara lantang menolak proyek Naval Medical Research Unit 2 (Namru 2) yang dilakukan Angkatan Laut AS di Indonesia. Dia menegaskan keberadaan Namru 2 menggangu keadulatan Indonesia.
"Saya tidak akan rela kalau di wilayah yang berdaulat ini ada penelitian tapi ada militernya, tapi kok tidak jelas. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi," kata Siti yang saya kutip dari Detik.Com, edisi Kamis 22 Oktober 2009..
Selain itu, Siti juga keras menolak dominasi WHO terhadap Indonesia. Menurutnya lembaga tersebut justru memfasilitasi lingkaran setan, yang menyebabkan Indonesia tetap di bawah garis kemiskinan dan standar kesehatan yang rendah.
Lembaga tersebut merestui Negara-negara kaya mengambil keuntungan dengan memproduksi vaksin dari virus yang berkembang di negara berkembang. Vaksin itu dijual mahal di negara berkembang. Menurut Siti, bukan tidak mungkin negara kaya tersebut menyebarkan virus dan juga menjual penangkalnya sekaligus.
Siti menolak memberikan sampel untuk memproduksi vaksin . Dia membuat gerah WHO dan negara-negara kaya.. "Kegerahan itu saya tidak tanggapi. Kalau mereka gerah, monggo mawon. Betul apa nggak, mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport , dan lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya," ujarnya.
Sikap tegas Siti menolak intervensi asing ditunjukkan dengan memutasi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Bio Medis dan Farmasi, Balitbangkes Endang Rahayu Sedyaningsih. Pasalnya, Endang memberikan 12 sampel virus flu burung kepada Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Kontrol Penyakit Amerika Serikat (USCDCP). Hal itu bertentangan dengan sikap Siti yang menolak memberikan sampel karena berpandangan pemberian itu hanya menguntungkan pihak asing (Media Indonesia edisi 22 Oktober 2009).
Nah ini uniknya. Pejabat yang sudah dimutasi Siti tersebut, justru kini diangkat presiden sebagai menteri kesehatan 2009-2014. Apakah Endang titipan AS? Saya tidak tahu pasti.
Tetapi jika benar dugaan itu, maka saya juga ikut masygul. Ternyata pertimbangan posisi menteri, bukan profesionalitas melainkan restu negara adikuasa. Bisa jadi, pemilihan menteri-menteri lain, juga bukan soal pengalaman, integritas atau keahilan, tapi semata-mata pertimbangan politis. Ini tergambar, dari komposisi menteri yang tampaknya lebih kental nuansa bagi-bagi kursi ketimbang profesionalitas.
Presiden bilang dia tidak gegabah menentukan menteri kabinetnya. Ah, entah apa artinya tidak gegabah...(vidi vici)
Sumber "Satrio Arismunandar" satrioarismunandar@ yahoo.com
Tulisan Vidi (salah satu wartawan Sinar harapan)
Cerita ini, tidak saya dengar langsung. Hanya berdasarkan tuturan teman yang bertandang ke rumah Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari beberapa waktu lalu.
Teman saya itu ingin mengetahui bagaimana Siti mnejalani hari-hari terakhirnya sebagai menteri . Ternyata dari obrolan dengan Siti dia mendapat informasi menarik soal hal ihwal yang menyebabkan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu tidak dipilih kembali melanjutkan jabatannya Dari mulut periset spesialis Jantung/penyakit jantung ini, cerita pun bergulir.
Siti tak menyangka, presiden SBY tidak memilihnya untuk melanjutkan jabatan menkes. Padahal, sebelumnya dia sudah ditelepon dan diyakinkan akan kembali menjadi menteri. Pihak istana memintanya membuat road map yang berisi rincian program-program kesehatan lima tahun ke depan.
Siti sumringah menerima permintaan itu.. Dengan cermat dia menyusun strategi dan program lima tahun ke depan. "Rinci setiap bulannya apa yang harus dikerjakan," kata Siti yang saya kutip dari teman saya itu.
Namun perkembangan penyusunan kabinet membuat dia kecewa. Telepon dari Istana tak datang lagi.Berdebar- debar menunggu, namun tak ada kabar. Sebaliknya dia pun mengetahui, ada orang lain yang sudah menjalani audisi calon menteri kesehatan di rumah pribadi presiden, Cikeas, Bogor.
Siti masygul. Terbayang kerja keras yang sudah dilakukannya selama menjabat. Banyak waktu buat keluarga terbuang, karena dia harus kerja keras demi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
"Suami saya kena Leukimia, dokter memvonis hidupnya tinggal tiga bulan lagi. Tapi di waktu tiga bulan itu pun, saya tak bisa selalu ada di dekatnya," ujar Siti yang menurut teman saya, matanya sudah berkaca-kaca. Mbrebes mili, kata orang Jawa. Muhamad Supari, suaminya meninggal pada 28 Maret 2009 lalu.
Semua pengorbanan itu seolah dianggap angin lalu. Karena presiden tidak memercayainya lagi. "Sungguh enak menteri selanjutnya, tinggal melanjutkan pekerjaan saya," ujarnya.
Mengapa setelah awalnya diberi sinyal untuk melanjutkan jabatan, tiba-tiba Siti tidak dipilih? Nah inilah rahasianya, yang tidak dituangkan teman saya di suratkabarnya.
Ada kolega Siti yang memberitahu bahwa namanya tidak diinginkan Amerika Serikat. Pelobi AS, meminta nama Siti tidak dimasukkan dalam kabinet. Apa alasannya?
Kita hanya bisa menduga, karena sepak terjang Siti selama menjabat sempat mengusik kepentingan negeri Tulang Sam itu. Dia bersuara lantang menolak proyek Naval Medical Research Unit 2 (Namru 2) yang dilakukan Angkatan Laut AS di Indonesia. Dia menegaskan keberadaan Namru 2 menggangu keadulatan Indonesia.
"Saya tidak akan rela kalau di wilayah yang berdaulat ini ada penelitian tapi ada militernya, tapi kok tidak jelas. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi," kata Siti yang saya kutip dari Detik.Com, edisi Kamis 22 Oktober 2009..
Selain itu, Siti juga keras menolak dominasi WHO terhadap Indonesia. Menurutnya lembaga tersebut justru memfasilitasi lingkaran setan, yang menyebabkan Indonesia tetap di bawah garis kemiskinan dan standar kesehatan yang rendah.
Lembaga tersebut merestui Negara-negara kaya mengambil keuntungan dengan memproduksi vaksin dari virus yang berkembang di negara berkembang. Vaksin itu dijual mahal di negara berkembang. Menurut Siti, bukan tidak mungkin negara kaya tersebut menyebarkan virus dan juga menjual penangkalnya sekaligus.
Siti menolak memberikan sampel untuk memproduksi vaksin . Dia membuat gerah WHO dan negara-negara kaya.. "Kegerahan itu saya tidak tanggapi. Kalau mereka gerah, monggo mawon. Betul apa nggak, mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport , dan lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya," ujarnya.
Sikap tegas Siti menolak intervensi asing ditunjukkan dengan memutasi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Bio Medis dan Farmasi, Balitbangkes Endang Rahayu Sedyaningsih. Pasalnya, Endang memberikan 12 sampel virus flu burung kepada Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Kontrol Penyakit Amerika Serikat (USCDCP). Hal itu bertentangan dengan sikap Siti yang menolak memberikan sampel karena berpandangan pemberian itu hanya menguntungkan pihak asing (Media Indonesia edisi 22 Oktober 2009).
Nah ini uniknya. Pejabat yang sudah dimutasi Siti tersebut, justru kini diangkat presiden sebagai menteri kesehatan 2009-2014. Apakah Endang titipan AS? Saya tidak tahu pasti.
Tetapi jika benar dugaan itu, maka saya juga ikut masygul. Ternyata pertimbangan posisi menteri, bukan profesionalitas melainkan restu negara adikuasa. Bisa jadi, pemilihan menteri-menteri lain, juga bukan soal pengalaman, integritas atau keahilan, tapi semata-mata pertimbangan politis. Ini tergambar, dari komposisi menteri yang tampaknya lebih kental nuansa bagi-bagi kursi ketimbang profesionalitas.
Presiden bilang dia tidak gegabah menentukan menteri kabinetnya. Ah, entah apa artinya tidak gegabah...(vidi vici)
Sumber "Satrio Arismunandar" satrioarismunandar@ yahoo.com
Mutu Pendidikan yang Mengecewakan
Kinerja guru tampak meningkat saat mengurus proses sertifikasi. Namun, setelah itu, mereka kembali bertugas seperti semula, tak ada perbaikan performans.
Karena itu, guru yang baik, yang telah maupun belum mendapat sertifikasi, perlu terus mendapat pelatihan, aktif mengikuti seminar atau lokakarya untuk mendapat wawasan tambahan guna memperbaiki kinerjanya di sekolah.
Harus disadari, perjalanan sertifikasi pendidik hingga kini belum berjalan mulus. Sebagian guru kesulitan memenuhi syarat mengajar 24 jam seminggu, padahal ini merupakan prasyarat dibayarkannya dana sertifikasi. Di lain pihak, meski sudah mengajar 24 jam, dana sertifikasi belum rutin keluar, dirapel empat atau enam bulan sekali. Entah di mana mismanajemen terjadi. Departemen Pendidikan Nasional berdalih, dana sudah dialokasikan sampai kabupaten atau kota dan keterlambatan pembayaran sertifikasi bukan salah pemerintah pusat.
Kenyataannya, banyak guru masih harus bersabar menunggu realisasi pencairan uang sertifikasi. Jika pembayaran hak-hak guru tersendat-sendat, kinerja guru pasti juga terseok-seok.
Meneliti
Hal lain terkait kinerja pendidik adalah keinginan guru untuk mampu meneliti. Ini jauh panggang dari api. Selama ini, guru tak pernah disiapkan sebagai peneliti. Guru tidak seperti dosen yang tugasnya tecermin dalam tridarma perguruan tinggi (mengajar, meneliti, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat).
Kini sebagian guru pangkat atau golongannya stagnan pada golongan IVa. Untuk naik ke pangkat lebih tinggi, guru wajib membuat karya ilmiah (sebagian merupakan hasil penelitian). Hal ini memaku guru pada posisi golongan IVa dan sulit naik golongan lagi.
Adalah kenyataan, saat ini dana Depdiknas cukup berlebih daripada tahun-tahun lalu. Alangkah baiknya jika guru diberi pelatihan intensif cara membuat proposal penelitian, cara meneliti, dan cara menulis karya ilmiah. Selain itu, Depdiknas harus mengalokasikan dana riset bagi guru dengan topik-topik terkait masalah peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian, keinginan guru agar meningkatkan performansnya dapat terwujud.
Sebuah survei mengungkapkan, kini banyak generasi muda bercita-cita menjadi guru. Perguruan tinggi pencetak guru yang dulu disebut IKIP kini bakal naik daun. Di balik kepiluan guru menanti uang sertifikasi, ternyata profesi ini akan kian diminati.
Maka, logis jika kini nasib guru tak lagi memilukan. Berpuluh tahun bangsa ini mengabaikan nasib guru. Guru menjadi kurang terhormat karena nyambi pekerjaan di mana-mana, mulai dari memberi les privat, tukang ojek, bahkan ada yang menjadi pemulung. Amat ironis, karena kita sadar, tidak ada presiden tanpa ada guru, tidak ada orang hebat tanpa guru. Karena itu, menghargai profesi guru dan meningkatkan kesejahteraan guru seharusnya dilakukan sejak dulu.
Profesi yang berbeda
Guru adalah profesi yang harus dibedakan dengan profesi pegawai negeri sipil lainnya. Guru adalah penentu kualitas sumber daya manusia di masa depan. Kebijakan yang tidak memihak guru atau sekadar menyamakan guru dengan PNS lain akan berdampak buruk bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Bangsa yang kurang menghargai pendidik dan menomorduakan pendidikan akan terpuruk Indeks Kemajuan Manusia (HDI)-nya. Kenyataannya, kita selalu di peringkat rendah dalam hal HDI. HDI rendah adalah cermin karut-marutnya pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Guru harus menjadi profesi yang membanggakan. Jika PNS nonguru bergaji rendah lalu korupsi melalui kegiatan proyek, guru dan kepala sekolah jangan ikutan korupsi. Bila guru dan kepala sekolah korupsi, sirnalah penjaga moral bangsa, tak ada yang tersisa.
Pendidik di kalangan perguruan tinggi mungkin kaget membaca berita di media, tunjangan sertifikasi dosen dan guru besar dapat dihentikan. Baru berapa bulan dan berapa ribu dosen yang menikmati uang sertifikasi, muncullah aneka ancaman yang tidak perlu. Dikatakan, dosen harus melaksanakan tugas setara 12 SKS agar tunjangan sertifikasinya dapat dibayarkan. Sebenarnya ini bukan hal sulit karena aktivitas dosen bukan hanya mengajar, tetapi juga menulis buku, membuat proposal riset, meneliti, menjadi pemakalah seminar, sebagian menjadi anggota senat dan lainnya. Mayoritas dosen PTN dapat memenuhinya.
Apalagi sejak tahun lalu Depdiknas meningkatkan ketersediaan dana riset bagi dosen hingga Rp 1 triliun. Hal ini memudahkan dosen menerapkan tugas tridarma. Bahkan, para dosen yang mau mengirimkan karya ilmiahnya di jurnal internasional diberi dana Rp 30 juta-Rp 40 juta per artikel yang akan dimuat. Insentif semacam ini penting guna meningkatkan indeks penghargaan dan publikasi internasional.
Indonesia yang sedemikian luas dengan ratusan perguruan tinggi ternyata hanya menempatkan satu perguruan tinggi— UI—yang menembus peringkat 200-an sebagai perguruan tinggi terkemuka di dunia. Depdiknas dan pimpinan universitas- universitas besar di Indonesia harus memacu kinerja lembaganya agar gelar universitas berkelas dunia segera diraih.
Kiranya, para dosen PTN jangan tergiur untuk mengajar di universitas negara tetangga dengan iming-iming gaji Rp 20 juta-Rp 25 juta. Depdiknas kini mampu membayar guru besar setara Rp 13 juta sebulan. Apalagi yang kau cari?
ALI KHOMSAN Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB
Sumber kompas
Karena itu, guru yang baik, yang telah maupun belum mendapat sertifikasi, perlu terus mendapat pelatihan, aktif mengikuti seminar atau lokakarya untuk mendapat wawasan tambahan guna memperbaiki kinerjanya di sekolah.
Harus disadari, perjalanan sertifikasi pendidik hingga kini belum berjalan mulus. Sebagian guru kesulitan memenuhi syarat mengajar 24 jam seminggu, padahal ini merupakan prasyarat dibayarkannya dana sertifikasi. Di lain pihak, meski sudah mengajar 24 jam, dana sertifikasi belum rutin keluar, dirapel empat atau enam bulan sekali. Entah di mana mismanajemen terjadi. Departemen Pendidikan Nasional berdalih, dana sudah dialokasikan sampai kabupaten atau kota dan keterlambatan pembayaran sertifikasi bukan salah pemerintah pusat.
Kenyataannya, banyak guru masih harus bersabar menunggu realisasi pencairan uang sertifikasi. Jika pembayaran hak-hak guru tersendat-sendat, kinerja guru pasti juga terseok-seok.
Meneliti
Hal lain terkait kinerja pendidik adalah keinginan guru untuk mampu meneliti. Ini jauh panggang dari api. Selama ini, guru tak pernah disiapkan sebagai peneliti. Guru tidak seperti dosen yang tugasnya tecermin dalam tridarma perguruan tinggi (mengajar, meneliti, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat).
Kini sebagian guru pangkat atau golongannya stagnan pada golongan IVa. Untuk naik ke pangkat lebih tinggi, guru wajib membuat karya ilmiah (sebagian merupakan hasil penelitian). Hal ini memaku guru pada posisi golongan IVa dan sulit naik golongan lagi.
Adalah kenyataan, saat ini dana Depdiknas cukup berlebih daripada tahun-tahun lalu. Alangkah baiknya jika guru diberi pelatihan intensif cara membuat proposal penelitian, cara meneliti, dan cara menulis karya ilmiah. Selain itu, Depdiknas harus mengalokasikan dana riset bagi guru dengan topik-topik terkait masalah peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian, keinginan guru agar meningkatkan performansnya dapat terwujud.
Sebuah survei mengungkapkan, kini banyak generasi muda bercita-cita menjadi guru. Perguruan tinggi pencetak guru yang dulu disebut IKIP kini bakal naik daun. Di balik kepiluan guru menanti uang sertifikasi, ternyata profesi ini akan kian diminati.
Maka, logis jika kini nasib guru tak lagi memilukan. Berpuluh tahun bangsa ini mengabaikan nasib guru. Guru menjadi kurang terhormat karena nyambi pekerjaan di mana-mana, mulai dari memberi les privat, tukang ojek, bahkan ada yang menjadi pemulung. Amat ironis, karena kita sadar, tidak ada presiden tanpa ada guru, tidak ada orang hebat tanpa guru. Karena itu, menghargai profesi guru dan meningkatkan kesejahteraan guru seharusnya dilakukan sejak dulu.
Profesi yang berbeda
Guru adalah profesi yang harus dibedakan dengan profesi pegawai negeri sipil lainnya. Guru adalah penentu kualitas sumber daya manusia di masa depan. Kebijakan yang tidak memihak guru atau sekadar menyamakan guru dengan PNS lain akan berdampak buruk bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Bangsa yang kurang menghargai pendidik dan menomorduakan pendidikan akan terpuruk Indeks Kemajuan Manusia (HDI)-nya. Kenyataannya, kita selalu di peringkat rendah dalam hal HDI. HDI rendah adalah cermin karut-marutnya pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Guru harus menjadi profesi yang membanggakan. Jika PNS nonguru bergaji rendah lalu korupsi melalui kegiatan proyek, guru dan kepala sekolah jangan ikutan korupsi. Bila guru dan kepala sekolah korupsi, sirnalah penjaga moral bangsa, tak ada yang tersisa.
Pendidik di kalangan perguruan tinggi mungkin kaget membaca berita di media, tunjangan sertifikasi dosen dan guru besar dapat dihentikan. Baru berapa bulan dan berapa ribu dosen yang menikmati uang sertifikasi, muncullah aneka ancaman yang tidak perlu. Dikatakan, dosen harus melaksanakan tugas setara 12 SKS agar tunjangan sertifikasinya dapat dibayarkan. Sebenarnya ini bukan hal sulit karena aktivitas dosen bukan hanya mengajar, tetapi juga menulis buku, membuat proposal riset, meneliti, menjadi pemakalah seminar, sebagian menjadi anggota senat dan lainnya. Mayoritas dosen PTN dapat memenuhinya.
Apalagi sejak tahun lalu Depdiknas meningkatkan ketersediaan dana riset bagi dosen hingga Rp 1 triliun. Hal ini memudahkan dosen menerapkan tugas tridarma. Bahkan, para dosen yang mau mengirimkan karya ilmiahnya di jurnal internasional diberi dana Rp 30 juta-Rp 40 juta per artikel yang akan dimuat. Insentif semacam ini penting guna meningkatkan indeks penghargaan dan publikasi internasional.
Indonesia yang sedemikian luas dengan ratusan perguruan tinggi ternyata hanya menempatkan satu perguruan tinggi— UI—yang menembus peringkat 200-an sebagai perguruan tinggi terkemuka di dunia. Depdiknas dan pimpinan universitas- universitas besar di Indonesia harus memacu kinerja lembaganya agar gelar universitas berkelas dunia segera diraih.
Kiranya, para dosen PTN jangan tergiur untuk mengajar di universitas negara tetangga dengan iming-iming gaji Rp 20 juta-Rp 25 juta. Depdiknas kini mampu membayar guru besar setara Rp 13 juta sebulan. Apalagi yang kau cari?
ALI KHOMSAN Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB
Sumber kompas
Banyak Guru yang tak Pantas Jadi Guru
Dari sekitar 2,8 juta guru berbagai jenjang pendidikan, banyak yang sebenarnya tidak layak menjadi guru profesional. Ketidaklayakan ini antara lain karena tingkat pendidikan guru yang tidak memenuhi syarat serta belum memiliki sertifikat pendidik.
Guru yang tidak layak ini sebagian besar justru guru di tingkat taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD). Di TK, berdasarkan data pendidikan nasional Depdiknas 2007/2008, sekitar 88 persen tak layak serta di tingkat SD sekitar 77,85 persen yang tak layak jadi guru.
Di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) sekitar 28,33 persen guru yang tak layak mengajar, di sekolah menengah atas (SMA) sekitar 15,25 persen, serta di sekolah menengah kejuruan (SMK) sekitar 23,04 persen.
Ketidaklayakan guru itu sebagian besar karena tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimum D-IV atau strata 1 yang kini dipersyarakatkan pemerintah. Guru yang mengajar di TK dan SMP umumnya berpendidikan SMA hingga diploma.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo di Jakarta, Jumat (23/10), mengatakan, meningkatkan mutu guru tidak bisa ditawar lagi. Peningkatan itu juga mesti seiring dengan peningkatan kesejahteraan guru.
"Harus ada keberpihakan semua pihak untuk menjadikan guru Indonesia bermartabat dan profesional. Harus diatur supaya gaji guru layak, minimal bisa sama dengan upah minimum di daerah," ujar Sulistiyo.
Praktisi pendidikan Arief Rachman mengatakan, guru harus mampu melayani siswa dalam keragamannya sehingga potensi siswa bisa berkembang. Guru juga mesti berkreasi menciptakan sistem pembelajaran yang menyenangkan.
Secara terpisah, Bupati Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Idham Samawi mengatakan, Bantul merupakan kabupaten terbanyak yang memiliki guru pascasarjana. Dari sekitar 4.500 guru yang mengajar di semua sekolah di Bantul, 158 orang di antaranya mengantongi ijazah pascasarjana. Sebagian besar adalah pengajar di tingkat SMA dan SMK. "Jumlah guru bergelar master tersebut terbanyak se-Indonesia, " kata Samawi. (ELN/ENY)
Sumber : kompas
Guru yang tidak layak ini sebagian besar justru guru di tingkat taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD). Di TK, berdasarkan data pendidikan nasional Depdiknas 2007/2008, sekitar 88 persen tak layak serta di tingkat SD sekitar 77,85 persen yang tak layak jadi guru.
Di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) sekitar 28,33 persen guru yang tak layak mengajar, di sekolah menengah atas (SMA) sekitar 15,25 persen, serta di sekolah menengah kejuruan (SMK) sekitar 23,04 persen.
Ketidaklayakan guru itu sebagian besar karena tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimum D-IV atau strata 1 yang kini dipersyarakatkan pemerintah. Guru yang mengajar di TK dan SMP umumnya berpendidikan SMA hingga diploma.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo di Jakarta, Jumat (23/10), mengatakan, meningkatkan mutu guru tidak bisa ditawar lagi. Peningkatan itu juga mesti seiring dengan peningkatan kesejahteraan guru.
"Harus ada keberpihakan semua pihak untuk menjadikan guru Indonesia bermartabat dan profesional. Harus diatur supaya gaji guru layak, minimal bisa sama dengan upah minimum di daerah," ujar Sulistiyo.
Praktisi pendidikan Arief Rachman mengatakan, guru harus mampu melayani siswa dalam keragamannya sehingga potensi siswa bisa berkembang. Guru juga mesti berkreasi menciptakan sistem pembelajaran yang menyenangkan.
Secara terpisah, Bupati Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Idham Samawi mengatakan, Bantul merupakan kabupaten terbanyak yang memiliki guru pascasarjana. Dari sekitar 4.500 guru yang mengajar di semua sekolah di Bantul, 158 orang di antaranya mengantongi ijazah pascasarjana. Sebagian besar adalah pengajar di tingkat SMA dan SMK. "Jumlah guru bergelar master tersebut terbanyak se-Indonesia, " kata Samawi. (ELN/ENY)
Sumber : kompas
Langganan:
Postingan (Atom)