Selasa, 22 Desember 2009

Efek Negatif Televisi Bagi Kecerdasan Anak

Cara yang paling mudah mengasuh anak bagi para pengasuh atau para ibu agar anaknya dapat duduk tenang adalah menyalakan televisi. Dengan begitu, semua pekerjaan rumah dapat dikerjakan. Itulah sedikit gambaran mengenai pengasuhan anak yang terjadi. Mungkin secara sadar maupun tidak sadar kita pernah melakukan hal tersebut dalam pengasuhan anak-anak kita. Wallahu a’lam…

Banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan oleh para ibu, mungkin tanpa sadar anak-anak kita menonton sepanjang hari. Tahukah bahwa membiarkan anak menonton tv sepanjang hari, selain bahaya sinar biru, taruhannya adalah KECERDASAN anak-anak kita. Bahaya sangat mengintai terutama untuk anak di bawah usia 5 tahun.

Menurut dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA (K), dokter spesialis anak konsultan neurology dari RSCM, beliau mengatakan, “Televisi memiliki dampak positif dan negatif bagi anak. Tetapi membiarkan anak menonton televisi sepanjang hari, pastinya akan menurunkan tingkat kecerdasan anak.”

Beliau menjelaskan, dengan hanya menonton televisi, otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif, dan memecahkan masalah. Selain itu, televisi bersifat satu arah, sehingga membuat anak kurang mengeksplorasi dunia tiga dimensi dan kehilangan peluang mencapai tahapan perkembangan yang baik.

“Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan anak usia di bawah lima tahun yang rata-rata menonton televisi 2 jam sehari, setelah usianya beranjak 6-7 tahun diketahui mengalami penurunan kemampuan membaca dan daya ingat,” ucapnya.

Hal senada juga dikemukakan Elly Risman, kata beliau, banyak orangtua yang “membayar kekurangan waktu bersama” dengan anaknya dengan memberi berbagai permainan elektronik seperti play station (PS), video game, handphone, dan lainnya.

Sementara, bagi orangtua yang kurang mampu, memberi uang kepada anaknya untuk bermain video game di warnet atau ke rental PS. Anak bermain video game selama berjam-jam.

“Setelah sampai rumah, anak kembali berhadapan dengan televisi. Menonton tayangan televisi sepanjang hari. Televisi telah menjadi baby sitter bagi anak kita. Bahkan sebuah harian Jakarta pernah melakukan penelitian bahwa anak Indonesia menonton televisi rata-rata 3-6 jam per hari. Itu berarti 2 kali lipat dibandingkan anak Australia, 3 kali lipat dibandingkan anak Amerika, dan 5 kali lipat dibandingkan dengan anak Kanada,” tutur Elly Risman.

Ia menambahkan, sambungan-sambungan antar synaps (jaringan dalam otak yang membuat cerdas seorang anak) sangat ditentukan oleh gerakan tubuh. Bila anggota tubuh bergerak, maka otak akan membuat jaringan tentang aktifitas itu terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. Otak akan mengabadikannya. Synap tidak berkembang dengan baik.

“Karena itu, para ahli neuroscience sepakat, yang dkutip dari situsnya www.tvturnoff.com bahwa menggunakan mata menonton televisi terlalu banyak akan membuat anak kesulitan membaca,” tuturnya.



Sumber
Kotasantri.com

Tidak ada komentar: