Jumat, 18 Desember 2009

Stres Akulturasi

Di dalam ilmu sosial dipahami bahwa akulturasi merupakan proses pertemuan unsur-unsur kebudayaan yang berbeda yang diikuti dengan percampuran unsur-unsur tersebut namun perbedan diantara unsur-unsur asing dengan yang asli masih tampak. Menurut Herskovitz, Linton, Redfield (dalam Berry, 1999) akulturasi dipahami sebagai fenomena yang akan terjadi tatkala kelompok-kelompok individu yang memiliki budaya berbeda terlibat dalam kontak yang berlangsung secara tangan pertama (langsung) yang selanjutnya berpindah kepada orang lain sejalan dengan pola budaya asal dari kelompok tersebut. Secara psikologis, dampak dari akulturasi adalah stress pada individu-individu yang berinteraksi dalam pertemuan-pertemuan kultur tersebut.

Pada dasarnya stres terjadi ketika individu menafsirkan yang salah terhadap keterlibatannya dalam lingkungan sosialya, sehingga berdampak dalam fisik, psikologis, maupun sosialnya. Stres dapat terjadi pada setiap kehidupan baik dalam lingkungan yang lama maupun lingkungan baru, baik dalam lingkungan yang sama budayanya maupun yang berbeda budaya. Stres yang terjadi karena adanya proses pertemuan budaya yang berbeda disebut Stres Akulturasi. Stres akulturasi sebagai gejala yang dialami individu ketika stesor-stresor yang berasal dari perbedaan antara kebudayan baru yang tidak sesuai dengan pribadi mereka dan tidak sesuai dengan kebudayan yang dianut sebelumnya. Furnham dan Bochner (dalam Berry, 1999) menggunakan istilah kejutan budaya (Culture Shock) untuk mendifisinikan hal tersebut.

Stres akulturasi merupakan tekanan yang muncul dari suatu lingkungan, hal itu disebabkan karena adanya ketegangan selama melakukan adaptasi dengan lingkungan baru, rasa kehilangan, kebingungan tentang perannya, kecemasan yang berlebihan, dan hal tersebut bisa mengakibatkan depresi yang berakibat individu akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Apabila individu bisa melampaui hal tersebut dengan baik maka individu tersebut akan dapat berakulturasi, sehingga proses adaptasi dengan lingkungan baru akan berhasil, sedangkan yang tidak dapat melampauinya akan berakibat stres akulturasi.

Sehubungan dengan hal tersebut karaktristik yang penting dalam stres akulturasi yang perlu ditekankan dalam definisi adalah stres dapat bersifat positif (eustres) maupun negatif (distres) . Beberapa situasi interaksi sosial dengan lingkungan sosial baru dapat membawa tantangan positif dan menyenangkan bagi sebagian individu, sedangkan yang lainnya merasa bahwa hal tersebut akan menimbulkan dampak stres yang negatif dan stres tersebut membuat cemas dan terancam bagi individu.

Sumber psikologisosial.dagdigdug.com/

Tidak ada komentar: