Jumat, 06 November 2009

Media Belajar

ADA banyak cerita di balik kesuksesan seorang guru dalam mengajar. Salah
satu pendukung sukses seorang guru adalah kepandaian dan kreativitas
guru tersebut menggunakan media pembelajaran dalam berinteraksi dengan
siswa-siswi mereka. Kiki, sebutlah begitu namanya, adalah tipologi guru
muda yang disenangi anak didiknya karena selalu atraktif dalam
menggunakan media pembelajaran, baik yang sudah tersedia di sekolah, di
lingkungan sekolah, maupun di rumah.


Mungkin tak terpikir sebelumnya bagaimana dedaunan kering, koran bekas,
pembungkus semen, kaleng dan botol bekas minuman semacam soft drink akan
menjadi alat media belajar yang efektif, baik untuk mata ajar fisika,
biologi, kimia, dan bahkan sejarah. Pendek kata, media belajar yang
digunakan Kiki selain murah juga ramah dengan lingkungan. Jangan ditanya
hasilnya, karena para siswa pun menjadi lebih termotivasi untuk belajar
secara sederhana, menggunakan media belajar yang ramah lingkungan, serta
yang paling penting adalah fun dan tidak membosankan.

Ketika Edu bertanya tentang media belajar yang digunakan Kiki dalam
proses belajarmengajar, jawaban Kiki sungguh di luar dugaan.
Kiki seperti memahami benar prosedur pengembangan pembelajaran menurut
Gerlach dan Elly, yakni tujuan instruksional diarahkan kepada rumusan
tingkah laku yang harus dimiliki oleh siswa setelah selesai mengikuti
pembelajaran.
Barulah setelah itu Kiki merinci materi pembelajaran yang diharapkan
dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Melakukan tes entering behaviour level untuk mengetahui minat siswa
sangatlah penting di mata Kiki, yaitu sebagai cara untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki siswa yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran sebagai dasar untuk menentukan dari mana guru harus
mengawali pembelajaran.

Selain itu, kemampuan guru dalam merumuskan tujuan, isi, dan entering
behaviour level akan menempatkan guru pada posisi yang benar ketika
menentukan strategi yang sesuai dengan karakteristik tujuan maupun
materi yang diberikan, juga termasuk mengatur dan mengelompokkan siswa.
Pengelompokan siswa diselaraskan dengan waktu dan ruang belajar yang
tersedia. Menentukan media yang cocok digunakan dalam pembelajaran dapat
disesuaikan dengan tujuan, strategi, waktu yang tersedia, dan fasilitas
pendukung lainnya. Barulah setelah itu kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan penilaian terhadap penampilan siswa untuk menentukan umpan balik
dan merevisi rencana dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.

Penting juga bagi para guru mengetahui alasan praktis memilih media
tertentu dalam pembelajaran. Alasan praktis tersebut biasanya berkaitan
dengan pertimbangan- pertimbangan dan alasan guru mengapa menggunakan
media dalam pembelajaran. Beberapa alasan praktis penggunaan media dalam
proses pembelajaran antara lain untuk mendemonstrasikan sebuah konsep,
objek, kegunaan, cara mengoperasikan dan lainlain. Media berfungsi
sebagai alat peraga pembelajaran, seperti seorang guru kimia akan
menjelaskan proses perubahan-perubahan zat dengan menggunakan gelas
ukur. Sebelum dilakukan praktikum, terlebih dahulu guru tersebut
memperagakan bagaimana cara menggunakan gelas ukur dengan baik.

Penggunaan media, bagi beberapa guru, juga memiliki alasan pribadi
mengapa mereka menggunakan media, di antaranya adalah karena sudah
terbiasa menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media
tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu bisa dan untuk
mempelajarinya. Alasan familiarity tentu saja tidak selamanya tepat,
jika tidak memperhatikan tujuannya. Meski demikian, alasan ini cukup
banyak terjadi dalam proses pembelajaran. Selain itu alasan kejelasan
(clarity) juga menjadi pendorong mengapa guru membutuhkan media
pembelajaran.

Yang lebih penting diketahui oleh para guru adalah bahwa penggunaan
media harus dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan oleh guru.
Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam pembelajaran
adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental,
maupun emosional. Dalam praktiknya guru tidak selamanya mampu membuat
siswa aktif hanya dengan cara ceramah, tanya jawab dan lain-lain, namun
diperlukan media untuk menarik minat atau gairah belajar siswa. Untuk
itulah media pembelajaran yang akan digunakan para guru harus mampu
memacu dan memicu terjadinya proses pembelajaran yang aktif (active
learning).

Tidak ada komentar: