Sabtu, 28 November 2009

Kecewa adalah perasaan manusia

Kata yang akhir-akhir ini berkutat diantara ragaku ini. Menyeruak diantara nadi-nadi basah ini, membuat resah dan gelisah dalam setiap helaan nafas. Kata ini bebannya sangat menyesakkan jiwa. Kali ini, aku menulisnya tanpa mengetahui apa solusi yang tepat, karena aku masih mengalaminya dan belum bisa lolos dari lingkarannya.


Sakit karena rasa kecewa itu sangat menusuk-nusuk dada, sesah dan tak beruang lagi untuk sekedar menghela nafas. Terlalu perih, terlalu membuat terpuruk *cih, kadang aku juga bisa dalam situasi kelam dan lupa apa itu terang* dalam lingkarannya yang membawa kita ke rasa yang membuat kita tak bergeming. Yah, setiap kali mendapati perasaan ini dalam hati, setiap kali itu juga mulutku bisa saja terkunci dengan sangat rapatnya, rapat sekali, tangis pun tak bisa aku luapkan, senyum itu bisa hilang tak berbekas sama sekali. Jiwa ini rasanya kosong. Sesaat pula aku sadar “semua ini tak ada artinya”, tiap menit aku bisa mengingat kata ini. Kata yang menguatkan aku, aku sadar jika rasa kecewa ini sama sekali tak ada untungnya dan artinya bagiku, ia tidak membimbingku dalam jalan yang bisa membuatku tenang, ia menjerumuskan aku jika aku masuk terus. Kalimat itu, hanya kalimat itu harapanku untuk lari dari kecewa.

Tapi sungguh, ini masalah perasaan. Sebuah tempat yang nalar kadang tak berguna disini, ia bisa mengamuk sekuat-kuatnya hingga kita gila jadinya. Melarikan diri dari rasa kecewa itu sulit, aku mencobanya, aku pun kembali terpuruk, hanya kalimat itu yang meyakinkan aku jika semua rasa kecewa ini akan berakhir jika aku berjuang untuk melawannya.

Kecewa ini bisa bangkit dan membesar, tergantung seberapa dalam ikatan hati kita terhadap seseorang. Kecewa dengan teman-rekan kerja-orang disekitar kita, Kecewa dengan saudara sendiri , Kecewa dengan kekasih , Kecewa dengan orang tua . Hal paling sederhana yang paling membuatku bisa terdampar diruang kecewa adalah JANJI. Lima huruf ini sama berbahayanya dengan cinta.
Aku, selalu menghormati janji seseorang, aku, selalu percaya jika janji itu adalah hutang. Salahkah?? Bukankah diagama manapun diajarkan untuk menepati janji, karena janji adalah hutang?? Salahkah jika kita memegang janji itu sebagai jaminan bahwa kita ini manusia? Mungkin saja kita sering ingkar janji-janji kecil dengan teman kita, sungguh rasanya sama nggak enaknya dengan telat ketika kita ingkar. Tapi kadang kecilnya janji dalam takaran kita sering membuat lalai dan acuh.
Tahukah jika rasanya sakit sekali ketika kita diingkari janji oleh siapapun. Janji apapun.

Salahkah jika aku…langsung memasukan orang ini dalam blacklist?? Yah, rasa kecewaku dimulai dari ingkar janji seseorang kepadaku. Apapun itu, menyakitiku, sekecil apapun itu membuatku terhempas jauh. Mungkin salahku, begitu mempercayai kata janji yang aku anggap itu hubungannya dengan hati nurani-kemanusiaan-dan tuhan, salahkah aku berfikir demikian? Tapi kadang, rasa cinta kita yang besar akan orang ini, membuat kita tak tega untuk memasukkannya dalam blacklist, meski setidaknya kita waspada dengan kata-katanya.

Sungguh, aku tak tahu bagaimana solusinya jika kecewa. Kecewa yang teramat sangat, oleh orang yang kita sayangi (yang kita sayangi nggak harus identik dengan pacarkan), kecewa yang menusuk hati. Aku hanya diam saja, seolah berada salam lingkaran setan. Semakin kita memikirkannya semakin kita hanyut, semakin kita ingin lepas semakin kita diingatkan akan kejadian itu. Terlalu perih untukku, aku tak mengatasnamakan wanita saja, aku tahu pria juga bisa mengalami titik ini.

Adakah ruang yang cukup untuk menampung rasa kecewa ini??? Dihati kita?? Dan kita dapat bangkit dari perasaan kecewa yang merugikan ini?? Yang sama sekali tak berguna untuk dirikita, yang tak ada artinya ini. Hingga kita bisa menumpahkan tangis kita, menguapkan rasa dengki yang perlahan tumbuh dibalik rasa kecewa ini. Kecewa ini sungguh racun yang sangat berbahaya, ia bisa menumbuhkan racun-racun lainnya. Marah, benci, dengki, iri, sedih, trauma, tertekan dan lainnya yang selalu saja ikut tumbuh diantara kuatnya kekecewaan kita. Selalu saja…
Ah, aku tak bisa menemukan kata lagi yang bisa mengungkapkan betapa kecewa itu menyakitkan, betapa merasakannya adalah penderitaan. Meski aku tahu disetiap kejadian selalu ada hikmahnya. Tapi tetap saja sulit untuk lepas. Sulit.

Ah, apa aku yang terlalu picik hingga berfikir jika setiap manusia itu selalu mengingat tuhan??? Selalu takut akan kesalahannya yang dilihat tuhan..


Sumber

http://riuusa.dagdigdug.com

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kecewa adalah rasa...
yang sakitnya menempati rangking dua
setelah rasa "nelangsa"