Jumat, 26 Maret 2010

MAJAPAHIT, SEBAGAI NEGARA MARITIM

Majapahit pada abad 13-15 terbukti (pada zamannya) mampu menjawab kebutuhan masyarakat luas sampai ke pelosok negeri.

Hal yang menarik untuk dikaji adalah bahwa keberhasilan itu salah satunya dengan menerapkan sebuah ideologi yang sangat berharga yaitu persatuan bangsa yang diambil dari akar falsafah Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa yang tertuang dalam kitab Sutasoma karya Rakawi Tantular.

Dengan sangat cerdas Gajah Mada sebagai Mahapatih Amangkubumi mampu mengapresiasikan amanat kebhinnekaan itu dengan menetapkan Negara saat itu sebagai Negara Bahari, negara maritim, sebagai konsep strategis bangsa.

Kemampuannya menangkap kekayaan bangsa sebagai negara rantai mutu manikam yang dikelilingi perairan luas, Gajah Mada, dengan sangat brilian menetapkan setidaknya tiga hal pada saat dia menduduki jabatan Mahapatih Amangkubumi, yaitu:

1. Menjadikan Sumpah Amukti Palapa sebagai landasan Garis Besar Perencanaan Strategis Negara dalam melakukan kebijakan Persatuan Bangsa dengan salah satunya menetapkan garis demarkasi, heterogenisasi demografi, peta geografi dan geologi Nusantara Raya seperti yang tertuang dalam Sumpah Amukti Palapa yang diucapkannya di paseban agung Majapahit berdasarkan konsep dasar yang dicanangkan oleh Sri Kertanagara, raja terakhir Singasari. Dalam hal ini, Gajah Mada dengan cerdas mampu memanfaatkan kekacauan dalam negeri Cina saat itu untuk meminta dukungan penuh dari Kaisar (dinasti Yuan) yang sedang berseteru dengan Hung Wu (yang kelak menggantikan kedinastian Yuan dengan dinasti Ming yang sangat populer itu) di Cina bagi terlaksananya program persatuan Nusantara. Dan Cina saat itu memberikan restu melalui Adityawarman pada dua kunjungan politiknya ke Cina pada tahun 1325 dan 1332.
2. Membentuk Angkatan Laut yang selama ini belum dimiliki Majapahit secara terorganisir dengan baik yaitu Jaladi Bala sebagai kesatuan militer elit yang disiapkan menjaga seluruh perairan Nusantara dengan cara: - merekrut prajurit/pasukan secara besar-besaran sekaligus memberikan pendidikan dan pelatihan berdasarkan sumber yang diadaptasi dari Sriwijaya yang terbukti mampu menjadi kerajaan besar di lautan pada zamannya - mengadakan dan membangun seluruh fasilitas yang dibutuhkan seperti kelengkapan persenjataan dan kapal-kapal militer - menciptakan kebijakan, perundangan dan job-description yang sangat jelas terhadap seluruh kesatuan militer saat itu, bersama-sama dengan Bhayangkara dan produk-produk hukum lainnya
3. Menetapkan Selat Malaka dan pelabuhan besar lain seperti Tuban, Gresik dan lainnya menjadi pelabuhan internasional sebagai pintu perdagangan mancanegara. Hal ini terbukti sangat ampuh, Majapahit berkembang sangat pesat. Selat Malaka menjadi pelabuhan besar dunia. Sebagai warisan bangsa, sampai saat ini Selat Malaka tercatat sebagai pelabuhan teramai di dunia.

Saat itu seluruh rakyat secara merata hidup berkecukupan, sejahtera, gemah ripah loh jinawi. Kekayaan alam, budaya dan corak agama menjadi mutu manikam yang sangat agung merasuk ke dalam setiap jiwa masyarakat Nusantara Raya. Nelayan dan Petani hidup berkecukupan dan mampu menjual hasil produksinya sampai ke mancanegara. Perekonomian tumbuh sangat cepat. Perkembangan peradaban mampu mencerdaskan bangsa dari rakyat biasa sampai bangsawan secara signifikan.

Namun sekarang, lebih dari enam ratus tahun kemudian, bangsa kita seperti bangsa yang baru lahir, tak mampu memahami kekayaan sumber daya sehingga menjadi bangsa tertinggal. Bangsa miskin yang dipenuhi oleh ketidakpercayaan diri menghadapi masa depan.

Sebagian masyarakat hidup dalam keterpurukan ekonomi dan sama sekali tak mampu mengapresiasikan budaya dan peradaban besar yang pernah dimilikinya jauh sekian ratus tahun lalu. Sementara budaya korupsi seperti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap inchi urat nadi bangsa.

Para petinggi negara sibuk memikirkan diri dan golongan/partai politiknya. Untuk itu tak segan rakyat dijadikan barang dagangan yang dijual dengan harga murah, bahkan dipaksa untuk tetap menjadi bodoh, robot, mesin pintar yang sebenarnya bodoh karena tak mampu menciptakan kecerdasan untuk dirinya sendiri.

Sebagai indikasi, 22% penduduk Indonesia yang hidup di pesisir saat ini masih sangat konservatif. Dan mencirikan masyarakat tradisional dengan kondisi strata sosial ekonomi yang sangat rendah.

Sensus tahun 1990 menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, bahwa 79,05% tenaga kerja perikanan dan nelayan tradisional tidak tamat SD.

Hal di atas jelas memberikan gambaran nyata betapa bangsa kita nyaris kehilangan jati diri sebagai bangsa besar yang sebenarnya memiliki potensi kelautan tak terbatas. Namun, ketidakmampuan pemerintah memfasilitasi dan memberikan potensi hidup bagi lebih dari 230 juta rakyat untuk hidup layak telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan di segala sektor.

Rakyat tak lagi mampu menangkap nilai-nilai hakiki berkemanusiaan.

oleh Renny Masmada

Tidak ada komentar: