Dalam penelitian kamitentang cerita Panji dalam relief pada candi-candi di Jawa Timur, Teras Pendopo di Candi Panataran adalah contoh yang paling menonjol. Relief di Teras Pendopo itu menginspirasikan saya untuk mengembangkan interpretasi tentang simbolisme relief Panji.
Teras Pendopo dihias relief-relief yang sangat indah dan yang menggambarkan banyak adegan naratif. Dari candi-candi lain, misalnya Candi Borobudur dan Candi Prambanan di Jawa Tengah yang lebih kuno daripada candi di Jawa Timur, kita tahu bahwa ukiran relief tidak hanya adalah hiasan dekoratif saja, melainkan punya makna simbolis dalam konteks fungsi candi sendiri. Tujuan penelitian saya adalah tafsiran makna dan fungsi relief-relief di Teras Pendopo Candi Panataran.
Dalam ukiran relief kita melihat seseorang laki-laki bertopi, dan juga seseorang perempuan dengan rambut panjang. Dua-duanya sering muncul dalam adegan kasih cinta dan romantis, tetapi sering juga dalam situasi duduk sendiri dan ternyata saling merindukan. Setelah sering dilihat dan diperiksa dan dirasakan relief-relief di Teras Pendopo, saya yakin bahwa ada beberapa cerita Panji yang diukir pada dinding bangunan itu. Cerita Panji yang sangat populer pada zaman Majapahit (sekitar tahun 1300 s.d. 1500 Masehi), mengkisahkan tentang Raden Panji dari Kerajaan Jenggala dan Putri Candrakirana dari Kerajaan Kediri yang mau menikah. Tetapi mereka terpisah dan lama harus saling mencari sebelum akhirnya mereka bisa ketemu dan menyatu. Tema perpisahan, tema perjalanan sambil mencari kekasihnya, dan tema persatuan: tiga tema itu menjadi unsur utama dalam relief-relief di Teras Pendopo. Sebagai tambahan ada dua tema lain lagi yang beberapa kali muncul dalam gambar relief: seberangan air dan pertemuan dengan seseorang rsi sebagai guru spiritual.
Kombinasi lima tema itu pasti tidak kebetulan saja. Tafsiran saya secara pendek:
1.Perpisahan dan situasi rindu dan kangen kekasihnya – penuh emosi dan cinta dengan tujuan lelaki dan perempuan menyatu.
2.Perkelanaan dan saling mencari – mengusahahan untuk sampai pada tujuannya, yaitu menyatu.
3.Situasi kasih dan romantis atau erotis – menyatu si lelaki dan si perempuan.
4.Menyeberang air – purifikasi dan maju dari tingkat bawah kepada tingkat lebih tinggi dalam pengetahuan spiritual.
5.Bertemu dengan seseorang resi – minta pengajaran oleh seorang guru spiritua.
Kesimpulan dari kombinasi lima tema ini: cinta kasih dan menyatu dalam cinta adalah tujuan utama dalam gambar relief ini. Dalam pengusahaan mencapai tujuan itu, pengajaran oleh guru spiritual membantu untuk maju dalam pengertian ngelmu. Erotisme dan penyatuan seksual antara laki-laki dan perempuan adalah unsur penting dalam ajaran Tantra. Kita tahu dari kakawin dan dari beberapa teks esoteris bahwa Tantra ternyata dipraktikkan pada zaman Majapahit dan sebelumnya, walau pun tidak diketahui dengan persis cara apa yang dipraktikkan. Tantra punya banyak versi dan jalur yang beda-beda dengan latar belakang agama Hindu dan agama Buddha. Ajaran itu selalu dipahami sebagai esoteris dan banyak dirahasiakan, sehingga secara konkrit kurang diketahui praktik dan ritualnya. Tujuan dalam yoga Tantra adalah menyatu dengan Tuhan. Penyatuan itu bisa dialami oleh penyatuan seksual antara laki-laki dan perempuan.
Tafsiran saya adalah bahwa gambar cerita Panji dalam relief di Teras Pendopo menyimbolkan ajaran Tantra itu. Panji dan Candrakirana yang didukung oleh resi memberi pengantaran dan persiapan kepada peziarah tentang pengetahuan esoteris dalam rangka Tantra. Cerita Panji dan juga ukirannya punya gaya folklor, sehingga gampang dipahami dan dilihat oleh para peziarah. Setelah dialami dan diterima pengajaran oleh Panji, peziarah sudah siap untuk maju dalam jalur ritual di candi. Pada bagian dalam di candi – di halaman ketiga dan akhirnya di petirtaan – peziarah akan masuk wilayah sakral. Panji berfungsi sebagai pengantar dan perantara antara dunia manusiawi dan dunia kedewaan. Panji membantu dalam tahap pertama yang menuju pada wahyu dan pada pengertian esoteris.
Sebagai contoh saya memberi deskripsi beberapa adegan yang digambar pada dinding barat sebelah kiri. Ada panel panjang yang ceritakan tentang Panji yang sedang duduk dengan penuh rindu dan menyampaikan surat lontar kepada burung kakatua, didampingi oleh seseorang resi. Burung itu terbang dan menyeberang laut dan menyampaikan surat lontar, yang ternyata adalah surat cinta, kepada Candrakirana yang juga duduk penuh rindu dan yang didampingi oleh seorang kili. Tujuan dua kekasihnya adalah menyatu, dan cinta itu diekspresikan oleh surat lontar. Penyeberangan air dan dukungan oleh resi sebagai guru spiritual adalah simbol untuk aspek esoteris dalam cinta. Akhirnya pada panel lain penyatuan Panji dan Candrakirana akan dicapai.
Ada dua seri relief yang bukan cerita Panji. Mereka pernah diidentifikasikan oleh ahli arkeolog dahulu, yaitu cerita Sang Satyawan dan cerita Sri Tanjung. Cerita pertama digambarkan pada dinding timur, dan yang kedua pada dinding barat sebelah kanan. Dalam dua-duanya ada seseorang yang bertopi seperti Panji. Walau pun bukan Panji, melainkan Satyawan atau Sidapaksa, dua cerita itu punya ciri sama dengan cerita Panji, yaitu lima tema yang disebut di atas itu. Simbolismenya sama. Apalagi, dua-duanya adalah sastra kidung, sama dengan sastra Panji. Dibandingkan dengan sastra kakawin, kisah kidung punya ciri folklor yang lebih dekat dengan kehidupan rakyat.
Jadi, apa Panji atau tokoh utama dalam kidung lain, semua punya peran sama sebagai perantara. Relief yang menggambarkan cerita kakawin, akhirnya muncul pada dinding bangunan yang sakral, yaitu candi induk, dengan Ramayana dan Krishnayana. Panji, Satyawan dan Sidapaksa sudah mempersiapkan para peziarah untuk membaca kakawin itu.
Dan kemudian sebagai tahap terakhir, para peziarah turun ke tempat petirtaan, di mana mereka dapat wahyu utama sambil masuk air dan dapat kebersihan spiritual. Di situ terjadi penyatuan utama dengan Tuhan.
Sydney, Cologne, 12/11/2009
Catatan :
- Makalah ini disampaikan secara tertulis dalam Sarasehan Penataran di Museum Penataran, 21 – 22 November 2009, diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jawa Timur dalam rangka Etalase Budaya Panji.
- Sudah dimuat di Majalah Kidung, terbitan Dewan Kesenian Jatim, edisi bulan Desember 2009.
- Lydia Kieven, arkeolog asal Jerman, Doktor Filosofi (PhD) di Sydney University yang menulis disertasi mengenai sosok Panji di candi-candi Jawa Timur.
Sumber utama dan gambar lengkapnya bisa dilihat di SIni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar