Selasa, 06 April 2010

Pemerian dan Transkripsi Naskah Melayu Surat Sultan Mahmud Riayat Syah

Sultan Mahmud Riayat Syah
Sultan Mahmud Riayat Syah diangkat sebagai sultan pada 1760 ketika sangat muda sekali, di zaman ketika Kerajaan Johor dikuasi oleh pihak Yamtuan Muda asal Bugis. Tatkala sudah berkuasa penuh tahun 1784, Sultan Mahmud menandatangani sebuah perjanjian dengan pihak Belanda yang isinya mengakui kedaulatan VOC Belanda. Namun, beberapa tahun setelah perjanjian tersebut, pada 1787 Sultan Mahmud Riayat Syah memberontak melawan Belanda. Sultan kalah dan terpaksa mengungsi ke Pahang selama 8 tahun. Selama periode itu Johor dan Riau boleh dikatakan tidak memiliki raja, sedangkan kondisi ekonominya merosot drastis. Situasi ini menjadi semakin rumit dengan meningkatnya kedudukan Inggris di Penang serta akbiat peperangan di Eropa. Pada 1795 Belanda dan Inggris bersama-sama mengizinkan Sultan Mahmud kembali bertakhta di Johor, namun kekuasaanya sangat minim. Sultan meninggal pada 1812 (Andaya & Andaya, 1982).

Pemerian Naskah
Surat ini dikirim oleh Sultan Mahmud Riayat Syah kepada GJ Willem Arnold Alting pada 12 Ramadhan 1211 (11 Maret 1979).

Satu halaman berukuran 52 X 30 cm, sebanyak 28 baris. Kertasnya agak tebal berwarna kebiru-biruan degan tinta hitam. Keadaan naskah masih baik. Naskah asli tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, dengan kode Cod.Or.2241-1(8). Naskah ini sudah dideskripsi oleh Wierangga (1998: 387) dan Iskandar (1999).

Pada naskah ini tidak ditemukan cap kertas. Stempel terletak di atas sisi kanan, sejajar dengan awal teks. Stempel itu tercap dengan jelaga lampu hitam, bentuknya berupa lingkaran ganda yang bertuliskan Sultan Mahmud Riayat Syah zill Allah fi Al-‘alam ibnu Sultan Abdul Jalil Al-marhum ramhat Allah ‘alayhi (Gallop 2002 :2.242,#125). Kepala Surat terletak ditengah sisi atas. Sifatnya sederhana dan tulisan biasa bukan kaligrafi. Bertuliskan Qawl Al-Haq.

Surat ini merupakan pemberitahuan bahwa surat dan bingkisan berupa senjata yang dibawa orang Tionghoa sudah sampai. Surat ini juga berisi permintaan agar Sultan segera dikirim senjata lagi. Diberitahukan juga bahwa orang yang disuruh menghadap diharapkan jangan pergi ke Semarang.

Transkripsi




Naskah Surat Sultan Mahmud Riayat Syah

Qawl Al-Haq
Waraqat al mawjud wa hidayat al-mamdud yang dipesertakan dalamnya tulus dan ikhkas serta selesai hati yang suci lagi hening jernih yang tiada menaruh cemar dalamnya, yaitu daripada Paduka Sultan Al -a‘zim wal khaqan al-mukaram Syah Riayat Syah Khalifat Al-mukminin yanf memunyai tahta kerajaan dalam negeri Johor dan Pahang dan segala daerah taklukannya, barang disampaikan Tuhan rabb al-arsy al-a’zim apalah kiranya yang kepada sahabat kita Gurnadur Jenderal Meneer Willem Arnold Alting dan sekalian Raad India yang memerintahkan segala daerah kantor Kompeni Welanda dalam kota negeri Betawi Dar Al-aman yang amat arif bijaksana lagi bangsawan dan dermawan serta melakukan perangai yang amat sempurna, maka telah masyhurlah nama kebajikannya itu pada segala negeri lagi amat menolong kepada segala sahabat-bersahabat handai taulanya serta memeliharakan dagang dan santri qarib wa ba’id. Maka kita pun memuji-muji akan dia serta memohonkan kepada Tuhan kita rabbil ‘alamiin mudah-mudahan barang dikekalkan Allah subhanahu wa ta’ala af’al dan perangai yang demikian itu selagi ada peredaran cakrawala matahari dan bulan dan perkisaran siang dan malam bertambah-tambah ‘ala al-dawam, amin.

Dan sebagian daripada itu, barang mafhum kiranya sahabat kita adalah warkat yang daripada sahabat kita dibawa oleh orang Cina Ang Sye Kwa itu telah sampailah kepada kita dengan selamatnya, maka kita sambutlah dengan beberapa kesukaan dan keridaan serta putih hati kita. Maka tatkala terbukalah daripada gulunganya itu maka terhamburlah baunya yang amat harum baunya itu pada segala insan serta kita tatapilah dari segala satarnya itu maka tersimaklah kalam al-bayan serta fahamlah kita akan segala maksud dan kehendak daripada sahabat kita yang lemah lembut lagi hening jernih yang tiada menaruh cela di dalamnya itu daripada segala ikhtiar sahabat kita itu. Maka kita pun menerima syukurlah kepada Tuhan kita rabblil alamaiin dengan tulus dan ikhlas hati kita demikianlah adanya.

Syahdan yang seperti hadiah sahabat kita yang dibawa oleh orang Cina beras tiga puluh goni dan obat bedil sepuluh pipa itu maka telah kita terimalah kasih sahabat kita itu dengan putih hati kita, demikianlah adanya.

Syahdan adalah seperti kehendak sahabat kita menengahkan segala orang-orang bajak ilanun itu, sekali kehendak sahabat kita menegahkan itu sepuluh kali lagi suka, dari hal itu lebih tahu sahabat kita dari ilanun, tiada kita mempunyai perintah karena dia ada satu raja di negeri lain, tetapi ini seboleh-bolehnya kita menengahkan dianya itu sekuasa-kuasa kita, demikianlah adanya.

Syahdan lagi adalah yang seperti kita minta tolong bicarakan meriam serta peluru kepada sahabat kita, maka sahabat kita menghendak orang yang baik-baik lagi kepercayaan kepada kita. Maka inilah kita suruhkan orang yang bertiga ini, pertama Abdul Manan, kedua Takhwid Abdul Kahar, ketiga Haji Ismail. Inilah serta tulisan daripada kita dan perahunya keci dan yang bersamanya selub dua buah dan perahu pencalang empat buah muatnya dalamnya itu dagangan wengkang, demikianlah adanya.

Syahdan adalah hal segala orang itu jikalau selamat sampainya kepada sahabat kita hendaklah kita suruhkan ia ke Semarang, biarlah ia menanti di sana orang kita itu akan suatu ikhtiarnya. Itulah akan peminta kita kepada sahabat kita. Adapun akan segala pekabaran kita itu janganlah sahabat kita tanyakan pada segala orang-orang kita itu, karena sudah kita taruh dalam tulisan kita sekaliannya, demikianlah adanya. Telah harablah kita akan diperoleh akan segala peminta kita pada sahabat kita itu, demikianlah adanya.

Satupun tiada ada tanda ikhlas dan suci hati hanyalah gadang dua pasang dan papan batu meja sepasang dan kain gulung sepasang, tiada dengan sepertinya karena tanda hidup sahaja lebih tahu sahabat kita. Dari itu hendaklah sahabat kita terima dengan putih hati bagai seperti kita menerima pekirim sahabat kita itu dengan putih hati tiada menaruh syak dan sangka di dalamnya, demikianlah adanya.

Tammat al-kalam khitam Ma’ruf al-Karkhi, 8642.
Telah tersurat pada hari Sabtu pada dua belas hari bulan Ramadhan bi tarikh … 1211.

Iluminasi
Ilumninasi terdapat pada seluruh halaman muka, bingkai pembatas bidang di dalamnya dibuat dari garis ganda emas yang di dalamnya dihiasi dengan motif sulur yang sangat halus dan rapi. Sulur itu dilengkapi dengan daun bunga emas yang sangat indah. Di atas teks tersebut terdapat juga bingkai ganda emas yang lebih lebar dan motifnya hampir sama dengan motif bingkai pembatas bidang dalam.

Seluruh halaman muka dihiasi dengan taburan pohon kehidupan berwarna emas yang dibentuk menyerupai belah ketupat. Hiasannya berjumlah 6 baris dan tiap baris berisi antara 4 dan lima bunga. Dan baris terakhir, beberapa pohon ditampilkan hanya sebagian.

Kepustakaan
Mu’jizah. 2009. Iluminasi dalam Surat-Surat Melayu Abad ke-18 dan ke-19. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Andaya.Barbara Watson, Andaya.Leonard Y.1982.A History of Malaysia.London: Macmillan Pres LTD.

Tidak ada komentar: