Sabtu, 17 April 2010
Tokopedia
Tokopedia. Nama itu terpampang besar-besar di depan salah satu unit rumah kantor (rukan) Permata Senayan, di bilangan Simprug Jakarta Selatan. Dengan logo besar keranjang trolley di papan nama Tokopedia tadi, banyak yang kecele mengira kantor itu sebagai minimarket sebangsa Alfamart.
Tapi, bila dilongok ke dalam, kantor itu sama sekali tak menjajakan produk fisik. Sebab, kantor itu adalah kantor perusahaan e-commerce, yang kios dan barang dagangannya hanya bisa dijumpai lewat www.tokopedia.com.
Bila diklik alamat itu, akan dijumpai sekitar 3.131 toko virtual di dalamnya, yang menjajakan tak kurang dari 53.032 item barang. Mulai dari zippo, buku, baju bayi, kerajinan tangan, barang elektronik, air soft gun, sampai action figure. Bila telaten mencari, banyak juga yang lebih aneh dari itu, semisal aksesoris sulap, stun gun, atau bahkan sex toy.
Padahal, belum genap setahun, sejak Tokopedia pertama kali beredar resmi di dunia maya (dalam versi beta), pada 17 Agustus 2009. Namun, Tokopedia sudah menggaet lebih dari 28 ribu anggota aktif yang berasal dari 300 kota di seluruh Indonesia.
Total, tiap hari Tokopedia menjadi magnet bagi 13 ribu-15 ribu kunjungan. Antara 20-30 transaksi pun terjadi saban hari. Dalam satu transaksi, sering terjadi, pembeli membeli barang dalam jumlah item yang lebih dari satu.
Adalah Leonardus Alpha Edison dan William Tanujaya, dua orang yang membidani kelahiran situs Tokopedia ini. Semangat mereka untuk mengembangkan toko virtual ini, terlihat jelas, saat VIVAnews menjumpai keduanya di markas mereka di bilangan Kebayoran Lama itu, Selasa 13 April 2010 lalu.
Sebelum Tokopedia
Perjalanan Leon dan William untuk sampai pada tahap ini memang tidak diraih dalam satu malam. Pertemuan keduanya diawali saat mereka sama-sama bekerja di PT Signet Pratama, anak perusahaan PT Sigma Caraka, yang belakangan diakuisisi oleh Telkom.
Mereka sempat berpisah beberapa saat, ketika William pindah ke Bolehnet, sementara Leon menjadi programmer di PT Semesta Tirta Antara Raya. Keduanya kembali bertemu pada 2006, saat Leon diajak untuk merintis bisnis konten mobile yang dimodali oleh Victor Kungfong, seorang pengusaha yang punya bisnis lain di bidang Kelapa Sawit dan bauksit.
Leon buru-buru meminta William bergabung dengannya, dan kolaborasi duo ini pun dimulai di bawah bendera perusahaan bernama PT Indocom Mediatama. Fokus garapan mereka saat itu begitu menggiurkan: yakni Piala Dunia 2006.
Mereka pun bekerja keras siang-malam untuk membuat konten-konten Piala Dunia (berbasis SMS), mulai dari jadwal pertandingan, perkiraan formasi pemain, skor pertandingan berjalan, dan lain-lain, untuk dikirimkan kepada para pelanggan Telkomsel, Indosat dan XL yang mendaftar.
Bahkan mereka kadang musti begadang semalam-suntuk untuk mengikuti pertandingan, dan langsung mengirim laporan kepada para pelanggan, ketika terjadi gol.
Konten piala dunia yang mereka jual sukses besar. Bisnis perusahaan pun mulai berkembang. Mereka merekrut karyawan-karyawan baru dan menggarap bisnis SMS broadcast bagi pelanggan perbankan yang ingin mengirimkan pesan SMS pengumuman maupun promosi kepada nasabah mereka.
Indocom Gulung Tikar dan Ide Awal Tokopedia
Namun, kesuksesan yang cepat diraih, juga hilang begitu cepat. Usai Piala Dunia, mereka kesulitan untuk mencari garapan besar berikutnya. Mereka baru sadar, bahwa pasar konten mobile sebenarnya tak terlalu besar, tapi pemainnya cukup banyak dan didominasi oleh pemain besar.
Kebanyakan dari pelanggan sms berasal dari daerah luar Jakarta, sehingga mereka harus sering beriklan di berbagai media besar. Tapi biaya beriklan tidak sedikit. Sementara pemasukan kian menipis, seiring dengan menurunnya kepercayaan pelanggan yang dipicu oleh perilaku sebagian penyedia konten yang nakal.
Bahkan, akhir 2006, mereka sempat menderita rugi besar saat mengadakan sebuah kuis berhadiah total Rp 2 miliar, yang gagal menghasilkan keuntungan. Untungnya sang investor, Victor Kungfong cukup sabar menghadapi kegagalan ini.
“Anggap 2 Milyar ini sebagai biaya pelajaran kita, ke depan kita harus lebih baik, dan benar-benar belajar dari kegagalan ini. Kali ini kita gagal, tapi kita jadi lebih maju karena kita sudah lebih berpengalaman,” kata Victor kepada mereka berdua, seperti dituturkan oleh William.
Victor tak kehilangan kepercayaan terhadap Leon dan William. Tapi mereka berdua justru mengusulkan kepada Victor untuk menutup Indocom dan beralih ke bisnis baru, karena memang tak bisa lagi dipertahankan.
Bermodalkan pengalamannya saat bekerja di Bolehnet, William sempat mengusulkan bisnis game. Sementara Leon yang memang seorang penyanyi tenor di salah satu paduan suara, mengusulkan agar mereka membuat situs toko musik virtual. Tapi dua usulan tadi menyisakan berbagai keraguan.
Akhirnya ide segar muncul saat mereka membidik bisnis e-commerce. Terlebih lagi, timbul salah satu kasus penipuan dengan nilai terbesar, yang menimpa salah seorang anggota forum KafeGaul. Seorang anggota forum terpaksa merelakan uang Rp 12 juta-nya melayang, karena tertipu saat hendak membeli action figure lewat forum.
Menurut William, saat itu belum ada wadah yang bisa memfasilitasi proses jual beli secara aman lewat dunia maya. Kebanyakan dari pembeli online hanya mengandalkan rasa saling percaya saat melakuan jual beli lewat forum, jejaring sosial, atau bahkan situs e-commerce. Sebab, pengelola situs biasanya tidak menyediakan mekanisme pembayaran atau mediasi.
Disinilah Tokopedia memanfaatkan celah yang ada. Tak seperti toko online lainnya, Tokopedia menyediakan mekanisme yang aman bagi penjual dan pembeli dalam bertransaksi. Mereka menyediakan escrow account (rekening gabungan) yang bisa digunakan untuk menampung uang pembeli, sementara barang belum dikirimkan oleh penjual.
Saat barang sudah sampai ke tangan pembeli, Tokopedia baru akan meneruskan pembayaran, dari escrow account ke rekening penjual. Agar pembeli bisa melacak, pengiriman barang dilakukan menggunakan jasa kurir TIKI JNE. Semuanya dilakukan secara cuma-cuma oleh Tokopedia. Lalu dari mana Tokopedia mendapatkan keuntungan?
Suatu saat Tokopedia berkembang dan penjualnya semakin banyak, Tokopedia baru akan menerapkan sistem komisi bagi setiap transaksi. Tapi bukan sistem sewa toko, seperti yang diterapkan toko online lainnya. Begitulah model bisnis yang mereka rencanakan.
Dari Mana Datangnya Nama Tokopedia
Setelah Leon dan William sepakat dengan konsep bisnis yang bakal mereka garap. Perburuan domain pun dimulai. William sempat mengusulkan nama yang mengandung pesan yang bisa langsung diingat: Belanjaaman.com.
Namun Leon kurang sreg. Ia lebih suka dengan nama yang tak mengandung makna spesifik, agar lebih netral untuk fleksibilitas pengembangan bisnis ke depan, semisal Google. Leon malah sempat mengusung nama Indowebstore sebagai usulan. Tapi belakangan urung, karena mirip-mirip dengan nama situs bagi pakai file Indowebster milik Acong.
Selanjutnya William, yang gemar mencari ide nama melalui 'ritual harian' di - maaf - jamban, ketemu ide nama Kopaja.com, yang merupakan kependekan dari 'Toko Apa Saja Ada'. Tapi mengingat itu nama Koperasi angkutan, dan kebetulan domainnya juga sudah diambil orang, maka usulan nama itu juga kandas di jalan.
Akhirnya, suatu petang William naik ojeg pulang kantor, ia kepikiran dengan nama Tokopedia, yang merupakan gabungan dari kata 'Toko' dan 'Ensiklopedia'. Maknanya, situs ini akan menjadi ensiklopedi lengkap dari toko-toko online. Setelah dicek, ternyata domainnya pun masih ada. Leon pun setuju.
Pencarian Investor dan Pematangan Konsep
Di penghujung 2007, keduanya juga berhasil mendapatkan persetujuan Victor untuk memulai Tokopedia. Namun, mereka masih butuh mitra pemodal untuk 'bahan bakar' perusahaan ke depan.
Selama sekitar dua tahun, mereka melakukan perburuan investor. Victor memfasilitasi keduanya untuk bertemu dengan banyak calon investor. Mulai dari Sumitomo, investor asal Korea, maupun investor lokal. Namun, semangat mereka sepertinya, selalu membentur dinding yang buntu. Tak ada satupun investor yang antusias dengan ide mereka.
Bahkan mereka tak pernah lupa, saat melakukan presentasi di depan calon investor lokal. Leon dan William justru disarankan untuk mengubur dalam-dalam, niat mengembangkan Tokopedia.
"Kalian masih muda-muda, sebaiknya tidak buang-buang waktu dan cari bisnis lain saja. Karena yang kayak begini tidak bakal jalan," kata calon investor yang mengaku selama ini telah berkecimpung di bisnis e-commerce selama 18 tahun itu, kepada Leon dan William.
Tapi penolakan demi penolakan tadi, justru membuat William dan Leon terus menyempurnakan konsep Tokopedia. Dan dukungan kepada mereka berdua justru datang dari Victor.
Padahal, Victor sendiri melihat bagaimana temannya yang membangun bisnis e-commerce bernama Indothread, gagal total. Tapi Victor terus meminta Leon dan William mempelajari kisah sukses perusahaan e-commerce lain, semisal raksasa e-commerce asal Jepang, Rakuten.
Akhir dari penantian dan Pencapaian Tokopedia
Pada 6 Februari 2010, Victor sendiri yang akhirnya menyediakan dana awal (seed funding) untuk PT Tokopedia sebesar Rp 2,5 miliar, melalui PT Indonusa Dwitama. "Pak Victor adalah mentor terbaik kami. Dia selalu melihat sesuatu dari sudat pandang yang berbeda dari kebanyakan orang," kata Leon.
Tokopedia pun bersiap untuk mengudara. Tokopedia memanfaatkan word of mouth di jaringan anggota forum, untuk menyebar pemasaran viral. Sebab, William dan Leon adalah Super Moderator dan anggota aktif di Forum KafeGaul.
Mereka selalu melibatkan komunitas untuk menentukan pilihan logo, desain, dan semacamnya. Oleh karenanya, saat mereka Tokopedia meluncur pertama kali dalam versi beta pada 17 Agustus 2009, mereka sudah memiliki 70 toko di dalamnya.
Dalam waktu singkat, Tokopedia berkembang pesat, baik dari jumlah anggota aktif, maupun jumlah toko baru yang dibuat. Sekitar enam bulan berselang, Tokopedia membukukan total transaksi sebesar Rp 1 miliar.
Dan dalam waktu delapan bulan, meningkat lagi menjadi Rp 1,8 miliar. Dari hanya berdua, kini Tokopedia juga telah mempekerjakan enam karyawan, dan dalam waktu dekat akan menambah dua karyawan lagi.
Mereka pun tak kesulitan untuk mencari investor baru untuk first round investment. Sebuah Venture Capital asal Singapura bernama East Ventures, justru datang menawarkan dana investasi baru kepada Tokopedia. Investasi yang ditukar dengan sebagian saham Tokopedia itu pun tak ditampik.
East Ventures pun kini duduk dalam jajaran Board of Director. "Masuknya East Ventures benar-benar menjadi moral booster bagi kami. Diharapkan mereka bisa mendukung kami ke tahapan yang lebih tinggi," kata Leon.
Sebab, di balik East Ventures bukan orang main-main di dunia internet. Di sana ada Taiga Matsuyama, Chandra Tjan, Willson Cuaca (founder XSago, perusahaan aplikasi mobile di Singapura-asal Indonesia), dan Batara Eto (Co-founder dan CTO Mixi, jejaring sosial nomor satu di Jepang - asal Indonesia).
Tentu saja, pengalaman mereka di industri maya di Jepang dan Singapura, akan menjadi modal yang sangat berharga bagi Tokopedia, untuk 'bertempur' dengan perusahaan e-commerce besar lain di indonesia, seperti KasKus, Mojopia, Juale, Tokobagus, dan Dinomarket, maupun Krazymarket.
Yang menarik, baik Leon dan William, tak begitu tertarik untuk buru-buru menerapkan model bisnis mereka demi mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Bagi mereka, yang terpenting adalah memberikan wadah yang bisa memberi manfaat bagi banyak orang, agar penipuan-penipuan dalam transaksi online tak terjadi lagi.
Terbukti, sudah banyak penjual yang meraup laba dari keberadaan Tokopedia, walaupun Tokopedia sama sekali belum mendatangkan revenue dari mereka. Contohnya, Silvie Djiono pemilik toko 'Maroon Gift & Souvenir', yang menjajakan hadiah & souvenir.
Akibat kebanjiran pesanan dari pengunjung Tokopedia, Silvie kini malah bisa mempekerjakan ibu-ibu dan remaja tetangga rumahnya. "Kami berterima kasih kepada Tokopedia atas kesempatan untuk berjualan. Penjualan kami yang laris tak lain dan tak bukan adalah berkat banyaknya pengunjung Tokopedia," kata Silvie.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar