JAKARTA, KOMPAS.com - Limbah alat-alat elektronika umumnya mengandung bahan-bahan tak ramah lingkungan mulai dari material pembungkus, komponen, hingga aktivitas selama produksinya. Bahan plastik yang digunakan sebagai casing atau pembungkus mungkin saja mengandung unsur bahan berbahaya dan beracun.
Selama ini konsumen didorong untuk mencegah sebanyak mungkin barang elektronika bekas langsung terbuang ke lingkungan karena adanya kandungan bahan-bahan tersebut. Hal itu mungkin bagian dari pencegahan di sisi hilir. Padahal, upaya mengantisipasi limbah berbahaya dari barang elektronika akan jauh lebih efektif jika pencegahan di bagian hulu bisa dilakukan.
Hampir semua perusahaan elektronika kini tergugah untuk membuat produknya semakin ramah lingkungan. Tapi, tentu tak semuanya memiliki akselerasi yang sama untuk mewujudkan sesuai komitemennya. Di industri komputer, Asus yang asal Taiwan mungkin salah satu perusahaan yang sukses mentransformasi produknya menjadi lebih ramah lingkungan.
"Menjadi tanggung jawab kami untuk mengurangi emisi karbon dan mengawasi keseluruhan siklus produk-produk kami. Selain menambahkan teknologi penghemat energi eksklusif dari ASUS seperti Super Hybrid Engine pada notebook, dan desain Digital VRM pada motherboard, ASUS telah berupaya maksimal semakin ramah lingkungan mulai dari proses desain pada riset dan pengembangan, pengadaan, produksi dan pemasaran," kata Chairman ASUS Jonney Shih dalam pernyataan resminya belum lama ini.
Komitmen tersebut memang membuahkan hasil. Dua produknya masuk jajaran produk paling hijau berdasarkan Greenpeace Electronics Survey 2010 yang diumumkan di ajang Consumer Electronics Show 2011 di Las Vegas, beberapa waktu lalu. Masing-masing monitor LCD ASUS VW247-HF dan notebook UL30 terpilih sebagai Green Electronic Product terbaik pada Pasar Konsumen 2010.
Greenpeace Electronics Survey yang diadakan setiap tahun ini menilai produk elektronik pada empat kategori, penggunaan bahan kimia, konsumsi energi, umur teknis produk, dan fitur penting lainnya. Monitor LCD VW247-HF memperoleh nilai tinggi untuk setiap kategori, dengan nilai keseluruhan 7,5 (dari 10), jauh di atas peserta survei lainnya.
Notebook ASUS UL30 juga tercatat sebagai notebook consumer paling ramah lingkungan yang kini tersedia. Verifikasi dilakukan berdasarkan PAS 2050:2008 dan ISO 14067-1 (CD): 2010 serta PCR untuk komputer notebook (PCR 2008:1) yang diberikan untuk identifikasi emisi gas rumah kaca pada siklus hidup produk, pengawasan perhitungan dan pelaporan yang konsisten.
Tahun lalu, perusahaan itu juga menerima Carbon Foot Print Certificate pertama di dunia untuk notebook. Belum lama ini, notebook ramah lingkungan ASUS U53JC Bamboo yang menggunakan bahan bambu juga telah menerima sertifikasi Carbon Foot Print kedua di dunia untuk notebook. Asus juga menjadi perusahaan yang pertama menghadirkan motherboard dan monitor bebas halogen ke pasar. Sertifikasi EPEAT Gold, EU Flower dan Energy Star Saving telah diterima perusahaan itu.
Komitmen perusahaan elektronika untuk terus menerapkan produksi ramah lingkungan memang harus terus didorong. Andai semua produsen terus berlomba-lomba membuat produknya makiin ramah, tentu limbah berbahaya di masa depan bisa dicegah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar