JAKARTA - Teknologi Free-viewpoint Television (FTV) adalah kelanjutan dari teknologi citra 3 Dimensi (3D). Lewat teknologi ini penonton tak hanya bisa menikmati citra yang begitu natural, tetapi juga bisa memilih dari sisi manakah citra akan dilihat. Seberapa hebat FTV mampu merepresentasikan citra?
Masayuki Tanimoto, profesor asal Nagoya University, Jepang, yang mengembangkan teknologi ini berambisi menunjukkan kemampuan FTV dalam merekam siaran olah raga bergengsi, World Cup.
"Untuk merekamnya, saya akan memasang 400 kamera di sekeliling stadion. Semuanya akan merekam gerakan pemain bola dari berbagai sudut pandang," ungkap Tanimoto saat presentasi tentang teknologi FTV pada International Workshop on Digital Imaging (IWAIT) 2011, Sabtu (8/1/2011).
Dengan semuanya itu, lanjut dia, menyaksikan laga piala dunia di layar kaca akan menjadi berbeda.
"Penggemar bola bisa melihat gerakan pemain bola dari samping, depan, belakang. 360 derajat horisontal," ujarnya.
Menurutnya, siaran ini akan mampu memberikan gambaran pada masyarakat tentang kehebatan FTV. Ia menambahkan, penggunaan FTV akan menjadi terobosan dalam program olah raga di televisi karena siaran olah raga akan menjadi lebih interaktif.
"Tidak perlu replay untuk mengulang momen tertentu sebab penonton diberi kebebasan memilih sudut pandang dalam melihat," kata Tanimoto.
Soal dana untuk mengaplikasikan teknologi ini, Tanimoto mengakui sangat besar. FTV merupakan proyek besar.
"Kita harus mengadakan sekian banyak kamera. Selain itu juga mengharuskan proses pengolahan data yang bagus," kata Tanimoto.
Karenanya, pihak pemerintah dan industri perlu diajak bekerjasama.
Lalu, kapan siaran World Cup seperti ini bisa dinikmati?
"Semula kami ingin mewujudkannya di World Cup 2022 di Jepang. Sayangnya, pada tahun tersebut World Cup telah diputuskan akan digelar di Qatar sehingga kami belum bisa melakukannya," jawabnya.
Tapi, Tanimoto mengaku tak putus asa. Sementara ini, ia akan melakukannya di beberapa cabanga olah raga lain.
"Kami mulai dulu dengan sumo atau cabang olah raga lain. Sumo berlangsung di area yang sempit sehingga melakukannya juga akan lebih mudah dan murah," katanya.
Untuk ajang World Cup, kita masih harus bersabar menanti saja. Mungkin, perwujudan teknologi ini akan jadi kejutan jika World Cup kelak diadakan di Jepang.
Sumber
KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar