Ketika LTE (long term evolution) diprediksi akan menjadi teknologi masa depan dan mendominasi, beberapa tantangan berat siap menghambat adopsinya menjadi lebih lamban dari yang diharapkan.
Untuk memulainya, spektrum frekuensi harus dibersihkan, berlisensi, dan dialokasikan atau dijual, untuk kemudian diisi oleh LTE. Belum lagi, tiap negara masing-masing memiliki regulasi telekomunikasi. Faktor-faktor ini tentu memakan waktu sendiri untuk membereskannya.
Bagaimanapun, meskipun jalurnya terlihat sulit, lembaga riset In-Stat meramalkan pengguna LTE di dunia akan menyentuh angka 115 juta di tahun 2014.
"Pengeluaran belanja modal untuk LTE oleh sejumlah operator di AS akan mendorong implementasi teknologi LTE di Asia dan Eropa," kata Chris Kissel, analis industri di In-Stat, yang dikutip VIVAnews dari Cellular News, Kamis 6 Januari 2011.
"Dari tahun 2009 hingga 2014, lebih dari seperempat dari total belanja LTE terjadi di AS. Akibatnya, di akhir tahun 2014 nanti, AS akan memiliki pelanggan LTE lebih banyak dibandingkan Asia Pasifik," tandasnya.
Selain itu, dalam penelitian yang baru-baru ini dilakukan In-Stat juga ditemui:
- Meskipun sebagian besar pelanggan LTE merupakan pelanggan FDD-LTE, TD-LTE akan memiliki CAGR melalui 2014 hampir dua kali lipat dari FDD-LTE.
- Bekerja sama dengan Huawei dan Ericsson, raksasa operator Vodafone akan menanam 1.500 BTS berbasis LTE di Jerman sejak 2010.
- Di tahun 2014, kapasitas jaringan LTE diperkirakan akan melebihi 50 persen dari seluruh kapasitas backhaul yang ada di Amerika Utara.
- Meskipun LTE diperkirakan akan 'meledak' di China dan India, Jepang justru diproyeksi akan menjadi negara dengan jumlah pelanggan LTE terbanyak di Asia Pasifik pada akhir tahun 2014.
Sumber
VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar