Sabtu, 06 Februari 2010

Etika Misoh-Misoh


Misoh-misoh atau umpatan kata-kata yang sering di maknai negatif alias buruk dan biasanya menghina. Misoh-misoh sering kita ucapkan dan sering kita tulis sebagai bentuk kekesalan terhadap segala sesuatu, terhadap orang misalnya, keadaan yang memaksa kita mengumpat/misoh-misoh.

Lambat laun misoh-misoh tak selalu dipakai untuk menuangkan rasa kekesalan kita terhadap sesuatu, contoh: Saya lahir dan besar di Surabaya, ketika saya lama tidak bertemu teman-teman saya kata yang sering kami ucapkan “Cok, sek urip tah awakmu, tak kiro wez mati koen Cok”. Dalam hal ini kata-kata umpatan “Cok” bukan sebagai umpatan negatif terhadap teman saya melainkan rasa kerinduan yang sangat dalam dan hal ini wajar bagi kami. Tentu hal ini berbeda dengan keadaan masing-masing daerah maupun kota yang ada di Indonesia.

Salah satu contoh lagi: ketika saya dan teman-teman berkumpul dan salah satu teman melakukan hal bodoh di depan kami, maka kami akan langsung menanggapinya dengan tertawa keras dan berkata “Goblok koen Cok-Cok”, tak ada rasa kesal diantara kami. Umpatan dan hal konyol yang selalu terlontar tersebut menjustifikasi tindakan yang dilakukannya itu adalah konyol sehingga wajar pada saat itu kami melontarkan kata-kata tersebut.

Lalu bagaimana dengan kata-kata umpatan/misoh-misoh yang dilakukan di khalayak banyak, dituliskan di jejaring sosial macam FB, Twitter dan FS ? Apakah pantas ?

Menurut hemat saya itu tidak pantas dilakukan, liat saja Ruhut dalam pansus century, liat saja Luna Maya dalam status jejaring Twitternya. Umpatan/misoh-misoh hanya pantas dilontarkan dan diucapkan pada saat kita sedang berkumpul bersama kawan-kawan yang kita kenal dan dekat, bukan pada saat kita sedang berkumpul bersama kawan yang tidak kita kenal dan saat forum ataupun ajang diskusi serius. Apalagi umpatan yang dituliskan di jejaring sosial di mana kita tidak hanya terhubung dengan teman yang kita kenal dan tahu, banyak juga teman yang kita tidak kenal dan tahu, oleh karena itu tak pantas umpatan/misoh-misoh diimplementasikan di jejaring sosial harus ada kontrol terhadapnya, khususnya kontrol diri sendiri.

Umpatan alias misoh-misoh bisa berkonotasi negatif dan bisa pula positif tergantung penggunaannya pada situasi dan kondisi yang memungkinkan. Lagi-lagi ini semua kembali ke masing-masing individu, anda akan terus mengumpat tanpa memperhatikan situasi dan kondisi yang akan membuat anda di labeli dengan seorang yang kasar dan tak bermoral atau anda akan menjaga lidah dan tangan anda dari umpatan-umpatan yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan pada saat situasi dan kondisi tertentu.




Sumber
http://doeh.dagdigdug.com/?p=23

Tidak ada komentar: