Kamis, 04 Februari 2010

PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI DESA DAN DI KOTA

SEMINAR SEHARI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

KESEHATAN SEKSUAL REPRODUKSI
DR. dr. Wimpie Pangkahila
PENDAHULUAN
Sungguh tidak mungkin berbicara tentang kesehatan reproduksi tanpa berbicara tentang seksualitas. Masalahnya sistem reproduksi dan sistem seksual boleh dikatakan merupakan satu sistem, walaupun fungsinya dapat dipisahkan.

Dahulu ketika kontrasepsi belum diriapatkan, fungsi reproduksi dan fungsi seksual seolah-olah menjadi satu. Hubungan seksual (fungsi seksual), seolah-olah identik dengan kehamilan (fungsi reproduksi), karena hubungan seksual selalu beresiko menimbulkan kehamilan. Tetapi setelah kontrasepsi menjadi sebagian kebutuhan hidup manusia, fungsi reproduksi terpisah dari fungsi seksual. Maka manusia dapat melakukan fungsi seksualnya tanpa menimbulkan akibat pada fungsi reproduksinya. Bahkan kemudian manusia febih banyak menggunakan fungsi seksual daripada fungsi reproduksinya, karena fungsi reproduksi telah disepakati hanya dibatasi dengan sedikit anak. Di Indonesia semboyan “dua anak cukup’ agaknya sudah memasyarakat.

Maka sesungguhnya dalam peqalanan hidupnya, manusia lebih banyak berurusan dengan kesehatan seksual daripadsa kesehatan reproduksinya. Dengan demikian istilah kesehatan seksual-reproduksinya agaknya lebih mengena daripada kesehatan reproduksinya. Tetapi memang disadari penggunaan kata “seks” bagi sebagian orang di negeri ini seolah-olah merupakan sesuatu yang sangat mengerikan dan perlu dihindari, walaupun mereka juga akrab dengan urusan seksual.
atas^

PERKEMBANGAN SEKSUAL- REPRODUKSI
TAHAP PERKEMBANGAN AWAL

Pada masa remaja awal mulailah terjadi perkembangan seksual-reproduksi. Perkembangan seksual-reproduksi pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon seks, baik pada laid-laki maupun perempuan. Hormon seks yang penting ialah testosteron, estrogen dan progesteron.

Pada perempuan, tanda fisik pertama yang menunjukkan perkembangan seksual adalah perkembangan payudara. Perkembangan ini diikuti oleh tumbuhnya rambia di bagian pubis dan di sekitar kelamin dan terjadinya menstruasi. Perkembangan payudara melewati 5 stadium, yaitu

Stadium 1 Bentuk infantil atau anak-anak

Stadium 2 Perkembangan payudara pubertas awal yang berbentuk tonjolan kecil jaringan payudara.

Stadium 3 Ukuran areola mamma (sekitar puting susu) dan payudara sendiri semakin besar dengan kontur bulat.

Stadium 4 Puting susu dan areola mamma bertambah besar dan membentuk tonjolan kedua di atas payudara

Stadium 5 Bentuk payudara dewasa. Tonjolan kedua yang tampak pada stadium 4 kini menjadi satu dengan kontur payudara.

Pertumbuhan rambut pubis pada perempuan juga melewati 5 stadium sebagai berikut:

Stadium 1 Bentuk infantil . Tidak ada rambut yang sebenarnya, meskipun mungkin ada rambut halus.

Stadium 2 Tumbuh rambut yang jarang, berpigmen dengan di daerah mons pubis dan labia

Stodium 3 Rambut pubis menjadi semakin gelap, lebih kasar dan keriting. Distribusinya masih minimal.

Stadium 4 Rambut pubis sudah seperti rambut pubis dewasa.

Stadium 5 Distribusi rambut pubis menjadi khas seperti pada perempuan dewasa yaitu berbentuk segitiga terbalik.

Seiring dengan itu, alat-alat kelamin perempuan baik bagian luar maupun bagian dalam juga berkembang menjadi sempuma. Alat kelamin bagian luar terjadi dari labia majora (bibir besar), labia minora (bibir kecil), dan klitoris. Sedang alat kelamin bagian dalam terdiri vagina yang di bagian lubang keluarnya mempunyai hymen (selaput dara) rahim, 2 saluran telur , dan 2 indung telur. Gangguan perkembangan mengakibatkan alat kelamin tidak sempurna dan tidak berfungsi.

Menstruasi pertama pada umumnya tejadi pada waktu payudara telah mencapai stadium 4, sebagian lagi pada waktu stadium 3, dan sedikit sekali mengalami ketika payudara mencapai stadium 2. Di samping perubahan-perubahan itu, bokong tampak melebar dan suara menjadi feminim.

Pada remaja laki-laki perubahan yang tejadi adalah bertambah besarnya buah pelir dan penis, tumbuhnya kumis dan rambut ketiak serta suara yang menjadi besar. Perkembangan kelamin laki-lai juga melalui 5 stadium, yaitu :

Stadium I Infantil, mulai dari lahir sampai perkembangan testis pubertas dimulai.

Stadium 2 membesaran testis (buah pefir) dan skrotum (kantung buah pelir) dengan perubahan warna skrotum yang semakin merah dan perubahan tekstur kulitnya.

Stadium 3 Penis bertambah panjang dan diametemya membesar. Testis dan skrotum masih mengalami perkembangan.

Stadium 4 Ukuran penis dan tests bertambah lagi. Skrotum berwama gelap. Glens penis (bagian kepala penis) telah berkembang sempuma.

Stadium 5 Ukuran dan bentuk kelamin dewasa.

Anak laki-laki mencapai stadium 2 pada usia 11-12 tahun, dan mencapai stadium 5 pada usia 15-16 tahun. Pertumbuhan rambut pubis pada laki-laki mirip dengan pertumbuhan pada perempuan yaitu melalui 5 stadium juga.

Peristiwa lain yang benar-benar merupakan pengalaman baru bagi remaja laki-laki ialah terjadinya nocturnal ejaculation yaitu keluamya sperma ketika tidur, yang biasanya diriahului oleh mimpi erotik. Noctumal Ejaculation biasanya terjadi bersama dengan nocturnal orgasm (orgasme = puncak reaksi seksual yang menimbulkan sensasi erofik yang menyenangkan). Pada remaja perempuan, frekuensi nocturnal orgasm lebih jarang. Tetapi frekuensi menjadi lebih sering pada remaja perempuan yang sebelumnya pernah mengalami orgasme, misalnya melalui masturbasi atau hubungan seksual.

Tetapi perkembangan seksual secara biologis dan fisiologis itu harus disertai oleh perkembangan psikoseksual yang selaras agar kehidupan seksual menjadi normal. Freud membagi perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak menjadi 4 stadium, yaitu 1) Fase Oral, 2) Fase Anal, 3) Fase Phallus, dan 4) Fase Laten.

Setelah itu anak memasuki masa remaja. Secara psilds, perubahan yang terjadi pada remaja ialah munculnya dorongan seksual, perasaan cinta dan tertarik kepada lawan jenisnya. Perasaan-perasaan ini juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon seks, yaitu testosteron.

Perkembangan seksual yang terjadi pada remaja menimbulkan berbagai bentuk ekspresi seksualitas, yaitu masturbasi, nocturnal orgasm , percumbuan, dan hubungan seksual baik secara homoseksual maupun heteroseksual.

MASA REPRODUKSI AKTIF

Masa remaja sampai masa dewasa awal (15-45 tahun) merupakan masa reproduksi aktif, artinya masa di mana kesuburan berada dalam keadaan optimal, yadu perempuan mampu dan mudaj menjadi hamil, sedang laki-laki menjadi mampu dan mudah menghamili.

Data global di seluruh dunia menunjukkan kematian dan kesakitan ibu dan anak tinggi bila terjadi kehamilan senbelum berumur 18 tahun, sesudah berumur 35 tahun, dan sesudah terjadi 4 kelahiran dengan jarak kurang 2 tahun. Kehamilan pada usia di atas 35 tahun lebih memungkinkan terjadinya keguguran, bayi lahir mati, cacat bawaan pada bayi, dan kematian ibu.

Karena itu dalam perencanaan keluarga Indonesia, digunakan konsep NKKBS (Norma Koluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) yaitu hamil pada umur 20-30 tahun, cukup 2 anak dengan jarak kelahiran 3 tahun. Setelah itu berhenti dari beban kehamilan dan kelahiran.

Tetapi konsep ini masih mengalami hambatan, khususnya ketika “dua anak cukup” dihubungkan dengan “laki-laki perempuan sama saja”. Hambatan ini terutama muncul di masyarakat yang menempatkan laki-laki lebih tinggi dari wanita, yang sangat berkaitan erat dengan adat-istiadat setempat. Untuk mengatasi hambatan ini teknologi kedokteran reproduksi melakukan upaya preseleksi jenis kelamin bayi sesuai dengan yang direncanakan, walaupun hasilnya tidak selalu tepat.

Selain” hambatan itu, batasan minimal 20 tahun tidak diriukung oeh Undang-undang karena Undang-undang Perkawinan tahun 1974 mencantumkan usia minimal 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki. Memang telah teladi kecenderungan untuk menunda usia menikah baik bagi wanita maupun pda. Tetapi perkayanan antar remaja masih saja banyak dijumpai terutama di daerah pedesaan. Barangkali sudah tiba saatnya batas usia minimal tersebut diubah dan disesuaikan dengan perkembangan masa kini untuk mencegah bedangsungnya perkawinan usia remaja yang berdampak buruk baik bagi pihak pria, wanita , dan bayi.

Setelah tidak lagi merencanakan hamil dan melahirkan, fungsi reproduksi tidak berperan lagi. Maka tinggal fungsi seksual yang berperan dalam sisa usia yang masih panjang, bahkan semakin panjang, dengan semakin baiknya tingkat kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat. Pada masa inilah kerap muncul masalah bila kesehatan seksual tidak diperhatikan dengan benar.

MENOPAUSE DAN ANDROPAUSE

Setelah melalul masa reproduktif aktif terjadilah perbedaan yang sangat jelas antara perempuan dan lald-laid dalam hal fungsi reproduksinya. Pada usia tua perempuan akan mengalami menopause, yang ditandai dengan berhentinya menstrusi. Pada masa menopause, fungsi reproduksi perempuan berhenti sama sekali, yang berarti tidak dapat menjadi hamil lagi. Tetapi ini bukan berarti padamnya kehidupan seksual perempuan.

Pada masa ini hormon estrogen dan progesteron menurun jauh sekali, yang selanjutnya menimbulkan berbagai akibat. Sekitar 80 % perempuan mengalami gejala akibat penurunan kadar hormon tersebut. Gejala yang umum terjadi adalah rasa panas pada tubuh bagian atas disertai warna kemerahan, berkeringat, dan kadang-kadang pusing. Rasa panas akan lebih mengganggu kalau terjadi pada malam hari, yang kemudian dapat mengganggu tidur sehingga dapat menimbulkan insomnia. Biasanya rasa panas ini akan hilang sendiri setelah terjadi beberapa tahun.

Akibat rendahnya kadar estrogen, terjadilah perubahan pada kelamin perempuan. Vagina berkerut dan lapisan epitelnya menipis, di samping elastisitas jaringannya hilang. Perlendiran vagina selama fase rangsangan, hanya sedikit terjadi. Perubahan-perubahan lni sering menimbulkan rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual. Namun keadaan ini dapat diatasi sehingga tidak menghambat hubungan seksual untuk selanjutnya.

Menopause tidak menurunkan atau melenyapkah dorongan seksual perempuan bila keadaan kesehatan seara umum baik. Demikian juga kemampuan mencapai orgasme tidak berubah karena menopause.

Berbeda dengan perempuan, laki-aki tidak mengalami sesuatu yang berhenti pada usia tua. Produksi sperma terus berlangsung walaupun telah mengalami penurunan. Kadar testostemn memang menurun secara perlahan-lahan, sedang penurunan pree testosteron lebih besar. Penurunan kadar hormon seks steroid pada perempuan terjadi lebih tajam.

Sekkar 5 % laki-laki pada usia enam-puluhan mengalami keadaan yang disebut “Andropause” , suatu istiah yang barangkali kurang tepat karena tidak ada sesuatu yang berhenti pada laki-laki. Masa ini ditandai dengan beberapa keluhan yaitu kelelahan, hiangnya selera makan, hilangnya dorongan seksual yang disertai hilangnya potensi seksual, mudah tersinggung dan mudah terganggunya daya konsentrasi.

Pada usia tua reaksi seksual laki-laki mengalami perubahan sebagai berikut:
1. Diperlukan waktu lebih lama dan rangsangan langsung pada penis untuk mengalami ereksi.
2. Ereksi terjadi dalam keadaan kurang kuat dan susdut yang terbentuk antara penis dan dinding perut menjadi lebih besar.
3. Intensitas ejakulasi menurun, dan volume sperma berkurang.
4. Kebutuhan untuk mengalami ejakulasi biasanya juga berkurang.
5. Periode refrakter menjadi semakin lama.

Perubahan-perubahan yang bersifat penurunan ini seringkali mencemaskan banyak laki-laki, apalagi kalau tidak ada pengertian dari istrinya. Keadaan ini akan terasa sebagai suatu masalah cukup besar dan mengganggu kalau terdapat perbedaan usia yang mencolok dengan istrinya.
atas^

GANGGUAN FUNGSI REPRODUKSI
Di tengah gemuruhnya program KB yang intinya untuk menekan laju pertambahan penduduk, terdapat sokitar 15 % manusia Indonesia yang justru mongalami kemandulan atau gangguan kesuburan sehingga tidak dapat menjadi hamil.

Kemandulan disebabkan oleh gangguan pada suami (40%), gangguan pada isteri (40%), gangguan pada kedua pihak (10%), dan tidak diketahui sebabnya (10%). Diantara gangguan yang terjadi pada suami maupun istri, penyakit menular seksual dan penyakit infeksi lain merupakan penyebab yang banyak dijumpai.

Akibat ketidak - mengertian, sampai saat ini masih banyak suami yang menyalahkan isterinya atau menganggap istrinya mandul bila kehamilan tidak kunjung terjadi. Bahkan tidak sedikit yang kemudian menikah lagi, dan berkali-kali pula. Padahal gangguan kesuburan suami merupakan penyebab kegagalan kehamilan yang conderung semakin meningkat

Kemajuan dalam ilmu kedokteran, khususnya kedokteran reproduksi, walaupun sudah cukup dahsyat tetap tidak selalu mampu mengatasi semua masalah kemandulan. Maka lebih baik menghindari gangguan fungsi reproduksi dengan memelihara kesehatan seksual-reproduksi.
atas^

GANGGUAN FUNGSI SEKSUAL
Ada beberapa gangguan fungsi seksual yang dialami oleh pria maupun wanita, yang tidak jarang menimbulkan masalah lebih lanjut.

Gangguan fungsi seksual pada pria ialah impotensi, ejakulasi dini, ejakulasi terhambat, dan dyspharounia (rasa sakit ketika hubungan seksual). Sedang gangguan fungsi seksual pada wanita ialah kegagalan orgasme, dysphareunia, dan vaginismus (kekejangan abnormal otot vagina).

Gangguan fungsi seksual tidak jarang menimbulkan akibat buruk bagi hubungan suami istri, seperti ketidakharmonisan dalam perkawinan, terjadinya hubungan seksual ekstramadtal dengan segala akibatnya, hilangnya kebahagiaan dalam perkawinan, dan perceraian. Terhambatnya kehamilan juga dapat terjadi akibat gangguan fungsi seksual. Sebaliknya gangguan fungsi seksual juga dapat timbul akibat terhambatnya kehamilan.

Porkembengan seksologi dan andrologi telah mampu mengatasi gangguan fungsi seksual yang terjadi dengan cukup memuaskan.
atas^

PERUBAHAN PERILAKU SEKSUAL DAN AKIBATNYA
Sejak lebih dari satu dekade terakhir ini telah terjadi perubahan dalam pandangan dan perilaku seksual masyarakat, khususnya di kalangan remaja di Indonesia. Beberapa penelitan yang telah dilakukan di beberapa kota sejak tahun 1981 dengan kuat tolah menunjukkan adanya perubahan itu. Pola pergaulan menjadi semakin bebas yang diriukung oleh berbagai fasilitas, aktifitas seksual semakin mudah dilakukan, bahkan mudah berlanjut menjadi hubungan seksual. Agaknya hubungan seksual tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang sakral, yang hanya patut dilakukan dalam ikatan perkawinan. Beberapa bentuk hubungan seksual bebas yang terjadi di masyarakat ialah hubungan seksual dengan WTS/LTS, hubungan seksual dengan banyak pasangan, hubungan seksual dengan satu orang yang mompunyai banyak pasangan dan hubungan seksual dengan orang yang tidak dikenal baik.

lronisnya di sisi lain masyarakat, khusunya remaja tidak menerima pendiriikan seks yang benar dan bertanggung jawab. Mereka menerima inforrnasi tentang seks justru dari sumber yang salah, bahkan menyesatkan, misalnya dari cerita teman, video pomo, tayangan televisi dan film.

Maka tidak aneh bila timbul akibat buruk yaitu penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) tertnasuk AIDS , kehamilan pra-nikah, dan kehamilan tidak diinginkan serta pengguguran kandungan. Ketiga masalah ini sebenarnya merupakan data yang momperkuat hasil-hasil penelitian perilaku seksual yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia sehingga menjadi tidak dapat dibantah lagi.

Penyakit Menular Seksual dapat menimbul,..kan akibat lebih lanjut antara lain kemandulan, baik pada laki-laki maupun wanita. Bahkan kini penularan AIDS telah manjadi suatu ancaman yang tidak boleh diremehkan bagi keluarga, karena seks bebas morupakan cara penularan AIDS yang utama. Dari data kasus AIDS yang tercetat sampai Maret 1997 sejumiah 524,82 % mendapat penularan melalui hubungan seksual, baik heteroseksual (79,8%), maupun homoseksual (20,2%). Mereka terdiri dari kelompok usia remaja, dewasa awal, dewasa pertengahan bahkan dewasa lanjut.
atas^

PENUTUP
Kesehatan seksual-reproduksi berperan penting bagi terbentuknya sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera, yang sebenarnya merupakan inti suatu bangsa. Kalau kesehaten seksual-reproduksi masyarakat tidak sehat baik fisik maupun mental, maka kebahagisan dan kesejahteraan terganggu, bahkan lenyap. Lebih jauh, ketahanan bangsa menjadi runtuh.

Maka membina kesehatan seksual reproduksi morupakan hal penting dalam upaya membentuk masyarakat yang bahagia dan sejahtera dengan ketahanan yang andal.
atas^

DAFTAR RUJUKAN
Kolodny, R.C., Masters, W.H. , Johnson, V.E. (1979) : Textbook of Sexual Medicine. Little, Brown & Co. Boston. Pangkahila, W. (1991) : Kesehatan Seksual Remaja Dalam Era NKKBS. Seminar Peranan Kesehatan Saks Dalam Membentuk Keluarga Sejahtera, Perkumpulan Andrologi Indonesia, Surabaya, 26 Oktober 1991.

Pangkahila, W. (1992) : Hubungan Seksual Di Luar Nikah : Suatu Masalah Masyarakat Modem. Seminar Fenomena Hubungan Seksual Di Luar Nikah, Suatu tinjauan Masalah Dan Pemecahannya. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Daerah NTB. Mataram, 6 Agustus 1992.

Pangkahila, W. (1992) : Kesehatan Seksual Dalam Membina Keluarga Bahagia. Seminar Peranan Kesehatan Saks Dalam Membina Kaluarga Bahagia, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,, Ujungpandano, 14 September 1992

Pangkahlia, W. (1992) : Seksualitas Usia Muda : Kenyataan Dan Pembinaannya. Seminar Saks, Suatu Segi Bagi Keluarga Bahagia,, Rs. St. Borromeus. Bandung, 3 Oktober 1992.

Pangkahila, W. (1997) : Perkembangan Seksual Remaja : Masalah dan Upaya Mengatasinya, Lokakarya Kesehatan Reproduksi Remaja,, YLKI,, Bukitunggi, 1 1 Maret 1997.

Pangkahila, W. (1997): Perilaku Seksual dan AIDS. Ceramah pada Kunjungan Ilmiah Badan Eksekubf Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Denpasar, 12 Maret 1997.
atas^

REMAJA DAN KESEHATAN IREPRODUKSI
dr. Ramona Sari
Remaja adalah golongan yang cukup banyak terdapat dalam susunan penduduk Indonesia dimana dari 200 juta penduduk, sekitar 20 % adalah golongan yang berusia 10 - 14 tahun. Kelak mereka akan menjadi orang tua dan mempunyai anak

Remaja pun mempunyai kedudukan yang unik karena dalam ilmu kedokteran digolongkan dalam usia peralihan ( pubertas) dan masa anak-anak ke masa dewasa. Peralihan yang terjadi bukan saja fisik dan mental, tetapi juga terjadi perubahan secara berangsur-angsur pada sistim reproduksinya menjadi matang dan berfungsi seperti orang dewasa. Setiap perubahan bagaimana pun juga akan menyebabkan timbulriya goncangan bagi individu yang mengalami.

Kesehatan reproduksi secara singkat dapat digambarkan sebagai suatu keadaan dimana fisik mental dan sosial dinyatakan sehat supaya dapat menjalankan fungsi reproduksi. Hal ini berarti mencakup
1. Kemampuan ber-reproduksi
2. Berhasil mempunyai anak yang sehat, dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa
3. Aman menjalankan proses reproduksi termasuk melakukan hubungan seks, hamil, melahirkan, memilih jumlah anak dan menetapkan pemakaian KB.
Dan yang terpenting disini adalah hak laki-laki atau perempuan untuk mendapatkan informasi dun pelayanan serta menentukan keinginannya dalam kehidupan reproduksi.

Seperti yang telah disebut di atas, usia remaja berdasar antara 12 - 24 th (12 - 21 th) Pada awal usia remaja teqadi perkembangan dan pemasangan alat dan fungsi reproduksi secara berangsur-angsur sampai mereka memasuki usia dewasa muda. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan fisik seperti tubuh menjadi lebih tinggi dan otot tubuh menjadi lebih membesar, timbulnya jerawat wajah, tumbuh bulu diketiak dan kemaluan, tumbuhnya payudara, tejadi perubahan suara dan tumbuh kumis pada remaja pria. Dan yang terpenting adalah datangnya haid pada remaja putri dan hadirnya mimpi basah pada remaja putra, sebagai tanda bahwa organ reproduksinya mulai berfungsi. Perubahan ini kadang-kadang menimbulkan rasa cemas, takut, malu, merasa dirinya menjadi lain dan remaja pun bingung, karena mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dan tidak mendapat informasi yang memadai.

Selain itu terjadi pula perubahan minat dan perilaku pada remaja seperti:
• mereka mulai memperhatikan penampilannya
• mulai tertarik pada lawan jenisnya
• melakukan usaha untuk menarik perhatian lawan jenis, bertingkah laku lebih genit.

Dikota besar, gejala-gejala seperti ini dapat kita lihat dengan banyak-nya remaja yang mangkal dan “ngeceng” di pusat-pusat perbelanjaan (mal), tempat-tempat pertunjukan, atau kalau remaja tinggal di pinggiran kota atau desa, terlihat gerombolan remaja yang memadati tontonan layar tancap, pertunjukan dangdut di perayaan-perayaan.. Mereka terlihat berdandan habis-habisan memakai pakaian yang sedang “ngetrend” dan terutama perilaku remaja banyak diarahkan untuk menarik perhatian.

Salahkah sepenuhnya remaja melakukan hal tersebut?, sulit bagi kita untuk menghakimi mereka, semata-mata dari tingkahnya yang genit, bebas dan kadang beriebihan. Seiring dengan matangnya alat reproduksi, maka pada tubuh remaja juga teqadi peningkatan hormon seks (estrogen, progestron, ondmgen, antosteron) yang mempunyai libido (dorongan/gairah seks).

Libido ini adalah karunia Tuhan, untuk menimbulkan keinginan yang berhubungan dengan aktivftas seks yang diperlukan dalam reproduksi manusia. Rasa ingin tahu, sulitnya meredam dan mengendalikan dorongan seks ditambah tidak adanya pengetahuan dan informasi yang memadai mengenai kesehatan reproduksi, dapat menyebabkan remaja terjerumus pada kesulitan “besae”.

Seperti yang disebut di atas bahwa hak untuk mendapatkan informasi dan pelayanan reproduksi adalah hak setiap orang. Sementara pada orang dewasa saja agaknya sulit diriapat karena sifat ‘tabu” membicarakan masalah seks. Apalagi pada remaja, dimana seharusnya mereka lebih baik mendapat informasi dari orang tua. Tetapi karena sebagian orang tua adalah produk diriikan generasi lama yang merasa tidak pantas, malu dan mengelak untuk membicarakan seks dengan anaknya. Bahkan mereka sendiri sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi yang lebih dibanding anaknya, walaupun orang tua adalah pelaku seks yang aktif.

Memang sudah ada beberapa LSM dan pusat pelayanan remaja yang menyediakan pelayanan reproduksi dalam bentuk ceramah, konsultasi melalui telpon/surat dan ada beberapa buku saku yang pernah diterbitkan, tetapi belum banyak, menjangkau masyarakat remaja dan belum dimasyarakatkan secara maksimal. Sementara banyak pihak termasuk remaja, orang tua, guru, pendiriik pemuka agama dan tokoh, masyarakat yang merasa takut apabila informasi dan pendiriikan seks diberikan kepada remaja akan disalah gunakan oleh remaja. Maka remaja pun lebih senang bertanya pada teman sebaya yang tidak lebih baik pengetahuannya atau melihat dari film di TV , bioskop dan membaca dari buku, majalah yang lebih banyak menyajikan seks secara vulgar ketimbang pengetahuan pendiriikan seks yang benar.

Beberapa contoh “masalah” kesehatan reproduksi remaja yang sedng muncul pada saat seminar/ceramah

1. Masturbasi

Dari ceramah yang diadakan, selalu timbul pertanyaan mengenai masturbasi Amankah? berdosakah? bisa menyebabkan kemandulan? bisakah menghilangkan keperawanan?. Pertanyaan tersebut mungkin dapat mencerminkan adanya hasrat seks yang timbul pada remaja.

2. Jerawat dan bau bodan

Bisa jadi hal ini adalah sepele bagi orang dewasa, tetapi bagi remaja yang mengalami merupakan malapetaka, dapat menghilangkan percaya diri, menyebabkan rasa rendah diri dalam pergaulan. Padahal jerawat adalah keadaan normal pada saat puber yang akan hilang sendiri setelah menginjak masa dewasa. Bau badan dapat terjadi karena kelenjar keringat mulai aktif saat puber dan dapat diatasi dengan menjaga kebersihan diri. Dokter pun sering tidak menolong dengan memberikan penjelasan pada remaja, cukup memeriksa dan memberi resep.

3. Keputihan pada remja putri

Sebagian besar remaja putd mengalami keputihan, keluarnya cairan bedebih dari vagina. Walaupun keputihan bisa terjadi secara fisiologis dan normal, tetapi bisa juga disebabkan karena jamur atau kuman. Keadaan ini membuat remaja putri merasa tidak nyaman dan umumnya mereka enggan berkonsultasi dengan dokter kerena harus membicarakan dan diperiksa alat kelaminnya.

4. Keperawanan

Ternyata baik di kota besar dan kecil, topik ini banyak dipertanyakan baik oleh remaja putra maupun putri; karena walaupun zaman sudah maju, sebagian orang menganggap bahwa virgin/perawan adalah tanda pada seorang perempuan baik-baik Remaja putri sering takut bila keperawanannya dapat hilang akibat olah raga, terjatuh, terobek oleh jarinya sendiri, saat membersihkan daerah vagina ketika buang air kecil, buang air besar. Remaja putra pun sering mempertanyakan tanda fisik yang dapat dilihat dari seorang perempuan apakah dia masih perawan atau tidak Mengapa masalah keperawanan masih saja dipertanyakan dan mengapa keperjakaan tidak menjadi isu moral.

Beberapa hal yang harus menjadi perhatian utama bagi remaja dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi:

1. Penundaan Usia Nikah

Karena harus menyelesaikan sekolah dan meniti kalir, maka banyak remaja yang harus menunda usia nikah. Sementara pematangan organ reproduksi dan gairah/libido semakin mendesak Perlu ada jalan keluar untuk mengatasinya.

2. lnformosi seks yang aman.

Banyak penelitian yang mengungkapkan remaja sudah melakukan hubungan seks di beberapa tempat dengan pacarnya atau berganti-ganti pasangan. Apabila hubungan seks sudah menjadi kebutuhan biologisnya, apakah bisa kita menyuruh begitu saja menghentikan? Ada baiknya bila terdapat informasi yang baik dan lengkap untuk remaja yang ’sudah terlanjur agar mereka dapat melakukan hubungan seks yang aman sehingga dapat terhindar dari PMS/AIDS dan kehamilan yang tidak diinginkan.

3. Parnikahan pada usia muda.

Hal ini dapat terjadi pasangan remaja yang mengalami “kecelakaan”. Bagaimana dengan masa depan mereka yang harus putus sekolah, bagaimana dengan proses kehamilan dan persalinan pada remaja putri yang beresiko tinggi, dan dimana pasangan muda bisa memperoleh kontrasepsi supaya tidak terlanjur punya bayi berikut?

Pada keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, anak gadisnya adalah tambang emas untuk mengentaskan kemiskinan keluarga. Bahkan sebelum alat reproduksiriya matang, remaja putri sudah dikawinkan dengan laki-laki yang lebih tua, lebih matang, dan jam terbang pengalaman seks nya sudah banyak, dengan demikian potensi untuk tertular PMS lebih besar dan juga karena semaidn muda la memulai hubungan seks dan berpotensi melahirkan anak banyak dalam keadaan gizi kurang, remaja putri juga beresiko untuk mendapat penyakit kanker leher rahim.

4. Remaja yang menjual dirinya untuk kebutuhan hidup atau kesenangan semata.

Tingginya angka standar aborsi dikalangan remaja, sering dikaitkan dengan pola hidupnya yang tidak lepas dari pengaruh lingkungan, keinginan untuk hidup mewah, mencoba bertualang dalam cinta, ajakan teman sering membuat remaja tidak mampu mempertahankan norma-norma yang sudah diajarkan oleh agama, orang tua dan sekolah. Gemedap kehidupan sering menggoda pada remaja untuk lebih mudah melakukan hubungan seks dengan siapa saja.

Dari pembahasan di atas kita dapati bahwa ternyata tidak mudah untuk mempersiapkan remaja memasuki tahap reproduksi sehat kaitan antara remaja, orang tua, guru, tokoh masyarakat tokoh agama, pihak pemerhati dan tenaga kesehatan harus lebih terbuka dalam hal pembedan informasi dan pelajaran kesehatan reproduksi.

Sumber http://yudhim.dagdigdug.com

Tidak ada komentar: