Rabu, 09 Juni 2010

Twitter 'Bajak' Karyawan Gedung Putih?


Twitter mengumumkan rencananya untuk mengangkat karyawan pertama Washington DC. Tidak harus dari Istana Kepresidenan Amerika Serikat alias Gedung Putih, tetapi karyawan baru itu diharapkan mampu menjembatani hubungan Twitter dan Gedung Putih lebih dekat.

Twitter, situs mikroblog yang sampai saat ini belum pernah mempekerjakan orang dari luar San Francisco, sedang mencari seseorang untuk menjadi 'jembatan' dalam berhubungan antara orang-orang dan organisasi penting di ranah politik.

"Kami ingin mendapatkan orang yang memenuhi syarat terbaik, cukup berpengalaman di dunia politik dan pemerintahan, yang memiliki strategi dan taktik tingkat tinggi," papar Twitter dalam iklan di laman website resminya, Rabu 9 Juni 2010.

Nantinya, si 'penghubung pemerintah' akan bertanggung jawab untuk membantu Twitter dalam memahami layanan apa yang bisa ditawarkan situs mikroblog itu dalam melayani kandidat pejabat pemerintah atau pembuat kebijakan berbagai partai.

Selain itu, calon karyawan akan membantu para pemangku kepentingan itu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan konstituen mereka, bahkan dengan masyarakat dunia.

Menariknya, pada iklan lowongan tersebut, Twitter menyebut dirinya sebagai perusahaan yang sangat kecil, meskipun pertumbuhannya secara global sangat fenomenal. Sampai saat ini, Twitter mengaku hanya beroperasi dengan 200 orang karyawan di sebuah kantor yang berlokasi di San Francisco.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Telegraph bulan lalu, Dick Costolo, chief operating officer (COO) Twitter mengakui bahwa perusahaan kini membidik Los Angeles dan New York sebagai tujuan ekspansi kantor. Setelah itu, menyusul Inggris dan Jepang, di mana pada dua negara tersebut Twitter tumbuh sangat cepat.

"Secepatnya kami akan membutuhkan kekuatan lokal untuk memperkuat posisi kami secara global. Tapi, itu belum dijadwalkan dalam waktu dekat. Semuanya akan dilakukan secara bertahap," ujar Dick.

Sementara itu, Leena Rao, seorang pengamat sekaligus penulis di laman TechCrunch, turut menanggapi langkah Twitter sebagai sesuatu yang inovatif dan masuk akal. "Ketika menginginkan sekelompok politisi masuk ke jaringan mikroblog untuk menjangkau warganya lebih dekat, menurut saya sangat masuk akal. Wajar saja jika mereka (Twitter) mencari seseorang untuk membantu proses ini," katanya. (art)



Sumber
VIVAnews

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html

Tidak ada komentar: