Tumbuhnya blog dan media sosial ternyata sangat mempengaruhi perkembangan berita.
Hal ini terungkap melalui hasil penelitian terkini yang dilakukan oleh agensi kehumasan dan strategi komunikasi internasional, Burston-Marsteller.
Menurut The Burson-Marsteller Message Gap Analysis, di saat media mainstream atau tradisional, semakin berkurang, blog-blog dan media sosial semakin meningkat. Kini ada tak kurang dari 200 juta blog di internet.
Porsi konten berita di internet memang masih besar. Namun, situs-situs yang menyajikan konten berita yang benar-benar menerapkan kegiatan jurnalisme, semakin sedikit.
Kecepatan berita menggantikan akurasi. Berita yang memiliki kualitas jurnalisme semakin sedikit sementara konten berita mentah teragregasi terus meningkat.
Hal itu membuat pesan-pesan yang dibuat oleh perusahaan dan disampaikan oleh media tradisional maupun baru makin mengalami distorsi dan dilusi. “Perusahaan harus mulai memahami bagaimana pesan mereka muncul di berbagai media tradisional dan saluran media baru lainnya,” ujar Jennifer Graham Clary, Chair of Burson-Marsteller’s Global Technology Practice melalui rilis yang diterima VIVAnews.
Hasil temuan Burston-Marsteller juga mengungkap bahwa pesan atau informasi perusahaan dengan pesan yang disampaikan oleh media tradisional di wilayah Asia mengalami kesenjangan yang lebih besar daripada media tradisional di wilayah lain.
Menurut Steve Bowen, Managing Director Brand Marketing and Training, Burston-Marsteller, hal ini disebabkan beberapa hal. Pertama, perusahaan di Asia tidak begitu tertarik untuk membangun komunikasi jangka panjang dan cenderung hanya ingin meraih liputan media jangka pendek.
Selain itu, faktor bahasa-bahasa di Asia yang highly contextual (membutuhkan konteks untuk mencernanya) akan menyebabkan penyampaian pesan asli dari bahasa Inggris yang low context, jadi kurang mengena.
"Ini yang mungkin menyebabkan penyampaian pesan tidak akan sejernih aslinya," kaya Bowen kepada VIVAnews melalui surat elektronik.
Apalagi, komunikasi media dari perusahaan multinasional biasanya dirancang dan dibuat di negara asal mereka (dengan bahasa Inggris - red) dan baru diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. "Alhasil, komunikasi di media-media Asia itu tidak akan 'bunyi' sekuat komunikasi di mana pesan itu dibuat."
Oleh karenanya, kata Bowen, sejak awal, komunikasi di wilayah Asia musti dibuat di negara bersangkutan (di Asia) dengan memperhatikan sensitivitas kebudayaan dan norma-norma social yang berlaku di berbagai wilayah yang begitu beragam itu.(ywn)
Sumber
VIVAnews
Website yang berhubungan :
Tentang Aku
Sentuhan Rohani
Trik and Tips
Info Pendidikan
Info Kesehatan
Forum Di Web
Puisi-Puisi Ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar