Rabu, 02 Juni 2010

CATATAN PERJALANAN: Mengulik Rahasia Sukses Asus Sebelum Computex

Pagi tadi PCplus/InfoKomputer bersama seorang rekan wartawan lain dan orang Asus menumpang taksi untuk pergi ke kantor Asus di Peitou. Dari hotel Friends, kami menumpang taksi warna kuning. Sopirnya sudah agak tua. Begitu naik, argo menunjuk angka 70. Ini biaya buka pintu.

Perjalanan berlangsung lancar. Lalu lintas lenggang, kendati matahari sudah cukup lama bersinar. Kami berangkat pukul 8.41 waktu Taipei. Jalanan di sini lebar, empat atau tiga jalur.

O ya taksi yang kami tumpangi nyentrik juga. Kaca jendela penumpang diberi tirai/gorden hitam. Persis gorden di jendela kamar, karena bisa ditarik.

Hmm, lampu merah di sini juga punya petunjuk waktu dalam detik. Ada yang 30 detik durasi merahnya, ada yang 160 detik. Kalau di Jakarta lampu lalu lintas ini ada tiga, di sini ada empat: merah, orange, panah hijau dan hijau.

Satu yang mengagumkan, jalanan di sini tampak bersih. Tak ada sampah berceceran. Kantor Asus terletak di luar kota Taipei. Kami pun melintasi jalan tol (tapi tak berbayar). Kolong jembatan freeway ini biasanya diberi pagar. Kolong tersebut biasanya adalah tempat parkir mobil.

Sekitar 40 menit kemudian kami tiba di kantor Asus. Tidak terlalu megah dari luar. Awalnya kami salah lokasi, karena ada beberapa kantor Asus di kawasan itu. Tanya sana tanya sini, termasuk via ponsel – dilakukan oleh Lingling dari Asus Indonesia yang menemani kami – akhirnya kami tiba di lokasi yang tepat. Wah harus lapor dulu nih ke penjaga pintu. Kartu nama pun ditukar dengan badge tamu Asus.

O ya di pintu gerbang ini, ada dua mesin absensi. Setiap karyawan yang masuk akan menggesekkan kartu karyawannya di mesin tersebut. Nanti di pintu masuk dan juga setiap bagian, ia harus menggesekkan kartu karyawannya untuk membuka pintu. Tanpa kartu, jangan harap pintu terbuka.

Begitu masuk pintu kantor utama, kami disambut Eric Hwang. Ia menjabat sebagai Marketing Specialist yang menangani produk motherboard, VGA dan LCD. Seorang rekan wartawan Indonesia lain bergabung di sini.

Di tempat ini juga sudah berkumpul para wartawan dari Perancis, India dan Rusia. Juga ada satu orang desainer Asus dari Vietnam. Kami semua digiring ke sebuah ruangan di lantai 2. Setelah menunggu sejenak – sambil ngopi atau ngeteh – Cecilia Huang Fu datang. Marketing Director System Business Asustek ini memamparkan riwayat, strategi, visi dan pencapaian Asus.

Untuk motherboard misalnya, Asus ingin mengumpulkan pangsa pasar 50% dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Sementara untuk notebook, termasuk Eee PC, Asus mentargetkan untuk duduk di peringkat 3 dalam kurun 2009 – 2011. Sementara untuk mobile, sasarannya adalah menjadi pemimpin digital.

“Kami punya R&D dan tim desain yang kuat,” kata Cecilia. “Semua produk didesain sendiri oleh Asus,” tambahnya. Acara pagi itu pun dilanjutkan dengan meninjau ruang desainer Asus. Ternyata para desainer yang jumlahnya ribuan itu dimanjakan oleh Asus loh. Sebab ruangannya bak rumah sendiri. Ada sofa, dapur, bahkan meja pingpong! Pemandangan di luar jendela pun indah, menghadap ke pegunungan.

Pantas saja kalau tim desain Asus bisa memberikan yang desain nan apik dan unik dan bisa mempersembahkan banyak penghargaan yang mengangkat nama Asus di mata dunia.

Contohnya adalah Eee PC, netbook pertama di dunia. Notebook yang berlapiskan bambu adalah contoh lain. Begitu juga notebook seri NX hasil kolaborasi dengan desainer Bang & Olufsen David Lewis yang punya speaker menonjol keluar dari panel LCD dan dua touchpad yang letaknya juga tak lazim. Seri ini berfokus pada kualitas suara, yang pada notebook biasanya tidak bagus.

“Rahasia kami terletak pada diferensiasi. Strateginya ada empat: desain yang gaya, kualitas yang prima, teknologi yang matang, dan harga yang menyentuh hati,” ujar Cecilia. “Ini semua yang diharapkan kustomer.”

“Slogan kami adalah mulailah dengan orang. Mulailah sekarang,” kata Jonathan Vandamme (Designer, System Product Design Sec. 2).

Usai berkeliling di ruang desainer yang supernyaman itu, kami diarahkan ke kantin Asus di lantai bawah. Acaranya: makan siang. Maklumlah jam sudah menunjuk angka 13.00.

Agak terkejut sebenarnya kami begitu memasuki kantin Asus. Ramai benar! Dan luas! Meja-meja berjajar. Di pinggir ada sebuah meja panjang berisi lauk pauk. Daging, sayur, sampai ikan teri. Di meja sebelahnya ada tiga dandang besar. Dua berisi nasih putih, satunya nasi merah. Semua swalayan.

Piring yang dipakai di sini adalah piring kertas. O ya PCplus/InfoKomputer baru tahu kalau makanan di sini ditimbang dulu. Jadi jangan ambil nasi duluan. Nasinya gratis (kecuali nasi goreng). Pilih sendiri lauk yang diinginkan. Ambilnya juga harus pakai capit pribadi.

Nanti di ujung meja, piring kita akan ditimbang. Bayarnya sesuai apa kata timbangan. Sepertinya ada ambang angka timbangan. Jadi kalau lebih dari angka tersebut harus bayar. Potong langsung dari gaji, karena karyawan tinggal menggesek kartu ID-nya. PCplus/InfoKomputer harus bayar kontan. Soalnya bukan karyawan kan?

Selesai makan, piring dan peralatan lain harus dibawa sendiri ke loket pembuangan. Dua perempuan akan menyortirnya.

Usai sudah acara di kantor Asus hari ini. Jam 14.00 kami diajak naik bus untuk pindah lokasi: ke hotel Grand Formosa. Acaranya: press launch dengan Jonney Shih, chairman Asustek.



Sumber
TAIPEI – SENIN

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html

Tidak ada komentar: