Jumat, 07 Mei 2010

80 Persen Impor Ponsel dari China


Perangkat telepon seluler asal China kian menguasai pasar dalam negeri. Asosiasi Importir Seluler Indonesia atau AISI mencatat, selama kuartal 1-2010, gerojokan ponsel berbagai merek dari China mencapai 9,6 juta unit atau 80 persen dari total impor ponsel selama kuartal 1-2010 yang sebanyak 12 juta unit.

Angka impor ponsel China itu juga melonjak 52,4 persen dari kuartal 1-2009 sebanyak 6,3 juta unit. Secara total, jumlah impor ponsel yang masuk ke Indonesia selama tiga bulan pertama 2010 naik 14,3 persen dibanding periode sama 2009. Angkanya, dari 10,5 juta unit menjadi 12 juta unit.

Menurut Ketua AISI Eko Nilam, ada sejumlah penyebab derasnya impor ponsel China selama kuartal 1-2010. Misalnya, harga yang murah makin mendorong permintaan di dalam negeri. Selain itu, perangkat ponsel memiliki daya pakai terbatas. "Daya pakai ponsel maksimal empat tahun," ungkapnya kepada Kontan, akhir pekan lalu.

Dengan demikian, selain permintaan baru, sebagian besar impor ponsel juga digunakan untuk memenuhi permintaan ponsel pengganti. Ditambah lagi, ponsel juga terkait dengan teknologi. Setiap ada teknologi terbaru, orang akan meninggalkan ponsel lama dan beralih ke ponsel berteknologi baru.

Derasnya permintaan sertifikasi impor ponsel China juga terlihat dalam data izin sertifikasi perangkat telekomunikasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kemenkominfo. Sejak Januari hingga April 2010, Kemenkominfo telah menerbitkan izin sertifikasi perangkat telekomunikasi sebanyak 675 izin. Dari jumlah itu, izin untuk ponsel China lebih dari 400 izin.

Namun, Eko bilang, impor ponsel dan pemberian izin sertifikasi China yang meningkat pesat bukan akibat pengaruh perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) yang mulai berlaku awal 2010. Soalnya, sejak lama, bea masuk ponsel sudah 0 persen.

Direktur Industri Telematika Kementerian Perindustrian Ramon Bangun menilai, impor ponsel melonjak lantaran peranti ini sudah menjadi bagian gaya hidup. "Sehingga telah menjadi komoditas primer bagi semua orang," ungkap Ramon.

Dia menambahkan, 80 persen pasar ponsel di Indonesia didominasi produk ponsel dengan segmentasi kelas menengah ke bawah. Ponsel jenis ini dijual seharga Rp 600.000-Rp 1 juta per unit. Ini membuat produk ponsel bukan lagi barang mewah.

Hengky Setiawan selaku Presiden Direktur PT Telesindo, distributor ponsel China merek Tiphone, bilang, impor ponsel China terus meningkat karena distributor-distributor baru juga terus bermunculan. "Sekarang makin banyak bermunculan distributor ponsel China di dalam negeri. Jumlahnya sudah ratusan," katanya. Telesindo sendiri mengimpor 200.000 unit ponsel Tiphone per bulan.

Melihat kondisi ini, Eko optimistis, setidaknya, tahun ini impor ponsel bisa melewati jumlah 40 juta unit. Bahkan, Eko memperkirakan, impor ponsel akan naik 30 persen menjadi 45,5 juta unit. Tahun lalu, total impor ponsel 35 juta unit.

Meski begitu, Eko memprediksi, kenaikan jumlah impor ponsel ini tak akan sebanding dengan kenaikan nilai impor. la bilang, nilai impor ponsel hanya akan naik 11,5 persen, dari 5,2 miliar dollar AS pada 2009 menjadi 5,8 miliar dollar AS tahun ini. Pasalnya, harga ponsel impor kian miring, terutama dari China. (KONTAN/Herlina Kartika, Danto)


Sumber
JAKARTA, KOMPAS.com

Tidak ada komentar: